RSS

MAKALAH FILSAFAT ILMU

MAKALAH ISLAM DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Filsafat Ilmu Oleh Kelomok V : 1. Sudrajat 2. Moh. Ali Ridwan 3. Ita Umi Latifah 4. Dewi Nurusitatin 5. Noviatul Khumairoh 6. Vivil Choironi 7. Nurul Istiqomah -B Dosen Pengampu : Ali Priyono R. S.Ag., M.P.di SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM Bahrul Ulum Tambakberas Jombang 2012 KATA PENGANTAR بسم الله الرحمن الر حيم الحمد لله العلي العظيم الولي الحكيم الأزلي القديم الدال على أزليته حدوث الحوادث الواحد الأحد الفرد الصمد المنزه عن الصاحبة والولد والثاني والثالث محيي الأموات ومميت الأحياء فهو الوارث لكل وارث خلق السموات بغير عمد ترونها قائمات وأمسكهن أن يقعن على الأرض فهن بقدرته دائمات مواكث ودحا الأرض على الماء وباين بينها في السفل والعلاء والحزون والرمائث أحمده على نعمه المقيمات اللوابث ودفاعه النائبات الكوارث وأشهد ألا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أفضل رسول أرسله .(أما بعد ) : Alhamdulillahi robbil ‘alamin segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rohmat, hidayah dan inayahNya pada kita semua. Sholawat dan salam semoga tetap terhaturkan pada junjungan kita nabi agung, penebar rohmat dan penyebar benih kesucian cinta Yaitu Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillahirobbil ‘alamin penulis bisa menyelesikan penulisan makalah yang berjudul “ Islam dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan “ ini tentunya berbekal pada keyakinan dan kemantapan dan yang terpenting taufiq , hidayah dan ma’unah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini. Baik dari segi bahasa, terjemah atau uslub-uslub yang ada. Maka dari itu penulis sangat berharap saran,masukan serta bimbingan dari para pembaca untuk menyumbangkan idenya, partisipasinya dan pikiran-pikirannya Akhirnya kami hanya mohon pada Allah SWT semoga makalah ini memberi manfa’at pada kita semua dan khususnya pada semua Mahasiswa STAI BU tambakberas Jombang. Sehingga dapat mengantar dan mengkader jiwa-jiwa pemuda yang bermanfa’at,berguna bagi masyarakat bangsa dan Negara. Aamiin ya Robbal “alamin. Jombang, 9 Mei 2012 Penulis BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani kuno sampai abad modern ini tampak nyata bahwa ilmu merupakan suatu aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang membentuk suatu proses. Seseorang yang melaksanakan rangkaian aktivitas yang disebut ilmu itu kini lazim dinamakan ilmuwan (scientist). Sejak istilah natural science (ilmu-ilmu kealaman) dipakai untuk menggantikan natural philosophy dalam abad XVIII, di negara Inggris orang juga menbari-cari sebutan khusus bagi mereka yang mengembangkan natural science itu untuk dibedakan dari filosuf, sejarahwan, dan kelompok-kelompok cendekiawan lainnya. Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objektif thinking) , tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian (subjektif), karena dimulai dengan fakta. Ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif. Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia. II. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan ilmu dan agama ? 2. Bagamanakah konsep ilmu dan agama ? 3. Bagaimanakah keterkaitan antara ilmu dan agama ? 4. Bagaimanakah bentuk analisis proses pengetahuan ilmu pengetahuan dalam agama ? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Konsep Ilmu dan Agama 1) Pengertian Ilmu Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu mengandung lebih dari satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah tersebut seseorang harus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari arti nama yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science in general). Amsal Bakhtiar mengutip dalam Kamus Al-Munawwir karya Ahmad Warson Munawir, disebutkan bahwa ilmu berasal dari bahasa arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dengan wajan fa’ila, yaf’alu, yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Sedangkan Muhammad Taqi Mishbah Yazdi mendefinisikan makna teknis ilmu yaitu himpunan proposisi-proposisi hakiki yang bisa dibuktikan dengan pengalaman indrawi. Sebagaimana yang dikutip The Liang Gie dari The American College Dictionary karya C.L. Barnhart, Arti kedua dari ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti sesuatu cabang ilmu khusus seperti misalnya antropologi, biologi, geografi atau sosiologi. Istilah Inggris ‘science’ kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistematis mengenal dunia fisis atau material. Dari segi makna, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yakni, pengetahuan, aktivitas, dan metode. Dalam hal yang pertama ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan (knowledge). Sementara itu proses sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna yaitu runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu, rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk. The Liang Gie mendefinisikan ilmu dari wujudnya dibagi ke dalam 3 bagian yaitu ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk. 2) Pengertian Agama Etimologi agama. apabila kita kaji etimologinya, kata agama membawa kita pada bahasa Sansekerta. Akar kata a-gam-a ialah gam yang berarti pergia tau berjalan. Sansekerta adalah bahasa Indo Jerman. Dalam bahasa Belanda dan Inggris (kedua-duanya juga bahasa-bahasa Indo Jerman) kita temukan kata-kata ga (Belanda=gaan,dan Inggris=go) yang serumpun dengan gam dan berarti sama. Dengan ditambah dengan awalan a dan akiran a, gam menjadi agama.Yang berarti jalan .Jalan kemana ? Dalam agama Hindu tentu jalan ke Nirwana. Paling kurang ada tiga ciri yang ditemukan pada tiap religi. 1. Percaya kepada yang Kudus. 2. Melakukan hubungan kepada Yang Kudus itu dengan ritus (upacara) ,kultus (Pemujaan) dan permohonan. 3. Doktrin tentang Yang Kudus dan hubungan itu. 4. Biasanya ada ciri Yang ke 4,yaitu sikap hidup yang ditumbuhkan oleh ketiga cirri tersebut. Apabila yang kudus itu dipercayai sebagai pribadi, yakni Tuhan (God), maka kata religi dalam bahasa Belanda berubah menjadi godsdienst (Kebaktian Kepada Tuhan) Di tengah-tengah kekaburan dan kekacauan pengertian agama baiklah kita identikkan agama itu dengan religi, sehingga keempat cirri tersebu menjadi pertanda pula bagi agama. Sains dan agama berbeda dalam banyak hal. Juga, ilmu pengetahuan dan agama adalah sama dalam beberapa hal. Pertama, ilmu pengetahuan dan agama berbeda karena ilmu tergantung pada metodologi yang berbeda dari agama untuk menjelaskan adanya kehidupan di bumi. Siswa yang seharusnya untuk menunjukkan perbedaan antara agama dan ilmu pengetahuan saat menulis makalah agama. Ini akan memastikan surat-surat yang sejalan dengan kebutuhan instruktur. Selain itu, siswa harus mencakup fitur yang berbeda dari ilmu pengetahuan dan agama dalam makalah agama mereka. Sebagai contoh, siswa harus mencakup metode yang berbeda digunakan untuk memberikan ide-ide atau konsep dalam sains dan agama. Agama dan ilmu pengetahuan memiliki fitur-fitur umum. Misalnya, agama dan mencari ilmu untuk kebenaran. Padahal, ilmu tidak benar-benar mencari kebenaran, konsep-konsep dalam ilmu pengetahuan memiliki beberapa kebenaran. Di sisi lain pencarian agama, untuk kebenaran. Berbagai agama seperti Kristen harus memiliki pemahaman yang jelas tentang keyakinan Kristen dan nilai-nilai. Siswa harus bagaimana ilmu pengetahuan dan agama berbeda dalam mencari kebenaran dalam makalah agama mereka. Selanjutnya, mahasiswa harus menunjukkan bagaimana kedua pencarian ilmu pengetahuan dan agama untuk memahami lebih lanjut tentang konsep-konsep tertentu. Juga, mereka harus menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan dan iman agama latihan dalam cara yang berbeda. Sebagai contoh, para ilmuwan menjalankan iman ketika melakukan percobaan. Penggunaan eksperimen dalam ilmu pengetahuan didasarkan pada iman. Para ilmuwan harus memiliki keteguhan iman dalam alam. Berbagai agama menjalankan iman. Para siswa harus menjelaskan bagaimana iman berkontribusi terhadap Kristen dan ilmu pengetahuan. Selain itu, siswa harus mencakup testability sebagai fitur dalam ilmu dan agama. Para ilmuwan merasa sulit untuk menjelaskan beberapa konsep. Juga, agama merasa sulit untuk menjelaskan beberapa hal. Para siswa harus menunjukkan mengapa para ilmuwan dan agama merasa kesulitan untuk menjelaskan beberapa konsep dalam makalah agama. Sebagai contoh, para ilmuwan merasa kesulitan untuk menjelaskan evolusi organisme. Juga, agama menemukannya kesulitan untuk menjelaskan terjadinya rasa sakit dan penderitaan. Para siswa harus memastikan surat-surat agama mencakup fitur yang relevan dan mereka didukung menggunakan konten yang relevan. Ini akan membantu siswa mencetak nilai tinggi dalam makalah agama mereka. Juga, para siswa akan dapat menawarkan kertas kualitas agama dan, karenanya memenuhi kebutuhan instruktur. B. Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dan Agama Di dalam kitab suci Al-Qur’an, banyak sekali ayat-ayat mengenai ilmu pengetahuan. Beberapa ilmu yang terkait seperti astronomi, geologi, zoologi, entomologi, biologi, genetika dan ilmu kedokteran. Salah satu contoh kaitan antara agama dengan ilmu pengetahuan adalah pada teori relativitas. Allah berfirman dalam surat al Hajj: 47 ”... Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” Hal inilah yang dijelaskan oleh ilmuwan terkemuka Albert Einstein, dalam teori relativitasnya ketika berkata, ”Titik terdekat dengan pusat bumi akan berjalan lebih lambat. Sedangkan, titik terjauh dari pusat bumi akan berjalan lebih cepat. Karena, lingkaran yang dijalani oleh titik terdekat lebih kecil dari lingkaran yang dijalani oleh lingkaran terjauh pada waktu yang sama.” Begitu banyak penemuan-penemuan ilmiah terbaru di abad modern ini ternyata sudah ditegaskan oleh Al-Qur’an sejak belasan abad lampau. Contoh-contoh lainnya adalah tentang garis dan waktu edar matahari, bulan, bumi dan planet-planet lainnya, susunan kimia manusia dan batu, gravitasi bumi, siklus hujan, sampai rahasia warna hijau pada daun-daunan. Dengan adanya bukti ilmiah yang sesuai dengan kitab suci, maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya agama selaras dengan ilmu pengetahuan. Tidak ada pertentangan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Tidak ada kontradiksi diantara keduanya, bukankah sumber dari agama dan ilmu pengetahuan adalah sama, yaitu dari Allah yang Maha Esa? Agama tidak mengekang ilmu pengetahuan. Agama hanyalah mengatur agar ilmu pengetahuan tidak melewati batas-batas norma dan etika yang adanya. Di dalam agama, untuk hal-hal yang sifatnya bukan ibadah umum terdapat kaidah ”segala hal itu diperbolehkan kecuali yang dilarang.” Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat terus berkembang dan bermanfaat bagi umat manusia. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Batas penjelajahan ilmu sempit sekali, hanya sepotong atau sekeping saja dari sekian permasalahan kehidupan manusia, bahkan dalam batas pengalaman manusia itu, ilmu hanya berwenang menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Demikian pula tentang baik buruk, semua itu (termasuk ilmu) berpaling kepada sumber-sumber moral (filsafat Etika), tentang indah dan jelek (termasuk ilmu) semuanya berpaling kepada pengkajian filsafat Estetika. Telah kita kaji hubungan antara sisi manusiawi manusia dan sisi hewaninya. Dengan kata lain, hubungan antara kehidupan budaya serta spiritual manusia dan kehidupan materialnya. Kini sudah jelas bahwa sisi manusiawi manusia itu eksistensinya independen dan bukanlah sekadar cermin kehidupan hewaninya. Juga sudah jelas bahwa ilmu pengetahuan dan agama merupakan dua bagian pokok dari sisi manusiawi manusia. Kini marilah kita telaah keterkaitan yang terjadi atau yang dapat terjadi antara dua segi dari sisi manusiawi manusia itu. Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta ”, demikian kata tokoh Einstein. Kebutuaan moral dari ilmu itu mungkin membawa kemanusiaan kejurang malapetaka. Relativitas atau kenisbian ilmu pengetahuan bermuara kepada filsafat dan relativitas atau kenisbian ilmu pengatahuan serta filsafat bermuara kepada agama. Dalam kisah Nabi Adam dan Buah Khuldi yang sudah kita tahu, Menurut konsepsi tentang manusia, Tuhan, ilmu pengetahuan dan kedurhakaan ini, Tuhan tidak mau kalau manusia sampai tahu yang baik dan yang buruk. Pohon Terlarang adalah pohon pengetahuan. Manusia baru dapat memiliki pengetahuan kalau dia menentang perintah Tuhan (tidak menaati ajaran agama dan para nabi). Namun karena alasan itulah manusia terusir dari surga Tuhan. Menurut konsepsi ini, semua isyarat buruk merupakan isyarat ilmu pengetahuan, dan nalar merupakan iblis sang pemberi isyarat. Sebaliknya, dari Al-Qur’an Suci kita menjadi mengetahui bahwa Allah mengajarkan semua nama (realitas) kepada Adam, dan kemudian menyuruh para malaikat untuk sujud kepada Adam. Iblis mendapat kutukan karena tak mau sujud kepada khalifah Allah (Adam) yang mengetahui realitas. Hadis-hadis Nabi menyebutkan bahwa Pohon Terlarang adalah pohon keserakahan, kekikiran dan hal-hal seperti itu, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan sisi hewani Adam, bukan berhubungan dengan sisi manusiawi Adam. Iblis selalu mengisyaratkan hal-hal yang bertentangan dengan akal dan hal-hal yang dapat memenuhi hasrat rendah (hawa nafsu). Yang mencerminkan iblis di dalam diri manusia adalah hasrat seksual, bukan akal. Beda dengan semua ini, yang kita temukan dalam Kitab Kejadian sungguh-sungguh sangat mengherankan. Konsepsi ini telah membagi sejarah budaya Eropa selama 1500 tahun yang baru lalu menjadi dua periode, yaitu “Zaman Agama” dan “Zaman Ilmu Pengetahuan”, dan telah menempatkan ilmu pengetahuan dan agama saling bertentangan satu sama lain. Sebaliknya, sejarah budaya Islam dibagi menjadi “Periode Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Agama” dan periode Ketika Ilmu Pengetahuan dan Agama Mengalami Kemunduran”. Kaum Muslim hendaknya menjauhkan diri dari konsepsi yang salah ini, sebuah konsepsi yang membuat ilmu pengetahuan, agama dan ras manusia mengalami kerugian yang tak dapat ditutup. Kaum Muslim juga jangan secara membuta menganggap kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama sebagai fakta yang tak terbantahkan. Bagaimana kalau kita melakukan studi analisis terhadap masalah ini, kemudian kita lihat apakah kedua segi dari sisi manusiawi manusia ini hanya ada pada periode atau zaman tertentu, dan apakah manusia pada setiap zaman nasibnya adalah hanya menjadi setengah manusia, dan selalu menderita akibat keburukan yang terjadi karena kebodohan atau karena kedurhakaan. Seperti akan kita ketahui, setiap agama tentunya didasarkan pada pola pikir tertentu dan konsepsi khusus tentang kosmos (jagat raya). Tak diragukan lagi, banyak konsepsi dan interpretasi tentang dunia, meskipun boleh jadi menjadi dasar dari agama, tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan prinsip rasional dan prinsip ilmu pengetahuan. Karena itu, pertanyaannya adalah apakah ada konsepsi tentang dunia dan interpretasi tentang kehidupan yang rasional dan sekaligus sesuai dengan infrastruktur sebuah agama yang sangat pada tempatnya? Jika ternyata konsepsi seperti itu memang ada, maka tak ada alasan kenapa manusia sampai dianggap untuk selamanya ditakdirkan mengalami nasib buruk akibat kebodohan atau kedurhakaan. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama dapat dibahas dari dua sudut pandang. • Sudut pandang yang pertama adalah kita lihat apakah ada sebuah agama yang konsepsinya melahirkan keimanan dan sekaligus rasional, atau semua gagasan yang ilmiah itu bertentangan dengan agama, tidak memberikan harapan dan tidak melahirkan optimisme. • Sudut pandang kedua yang menjadi landasan dalam membahas hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan adalah pertanyaan tentang bagaimana keduanya ini berpengaruh pada manusia. Apakah ilmu pengetahuan membawa kita ke satu hal, dan agama membawa kita kepada sesuatu yang bertentangan dengan satu hal itu ? Apakah ilmu pengetahuan mau membentuk (karakter) kita dengan satu cara dan agama dengan cara lain ? Atau apakah agama dan ilmu pengetahuan saling mengisi, ikut berperan dalam menciptakan keharmonisan kita semua ? Baiklah, kita lihat sumbangan ilmu pengetahuan untuk kita dan sumbangan agama untuk kita. Ilmu pengetahuan memberikan kepada kita cahaya dan kekuatan. Agama memberi kita cinta, harapan dan kehangatan. Ilmu pe¬ngetahuan membantu menciptakan peralatan dan mempercepat laju kemajuan. Agama menetapkan maksud upaya manusia dan sekaligus mengarahkan upaya tersebut. Ilmu pengetahuan membawa revolusi lahiriah (material). Agama membawa revolusi batiniah (spiritual). Ilmu pengetahuan menjadikan dunia ini dunia manusia. Agama menjadikan kehidupan sebagai kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan melatih temperamen (watak) manusia. Agama membuat manusia mengalami pembaruan. Ilmu pengetahuan dan agama sama-sama memberikan kekuatan kepada manusia. Namun, kekuatan yang diberikan oleh agama adalah berkesinambungan, sedangkan kekuatan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan terputus-putus. Ilmu pengetahuan itu indah, begitu pula agama. Ilmu pengetahuan memperindah akal dan pikiran. Agama memperindah jiwa dan perasaan. Ilmu pengetahuan dan agama sama-sama membuat manusia merasa nyaman. Ilmu pengetahuan melindungi manusia terhadap penyakit, banjir, gempa bumi dan badai. Agama melindungi manusia terhadap keresahan, kesepian, rasa tidak aman dan pikiran picik. Ilmu pengetahuan mengharmoniskan dunia dengan manusia, agama menyelaraskan manusia dengan dirinya. Kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan maupun agama telah menarik perhadan kaum pemikir religius maupun pemikir sekular. Dr. Muhammad Iqbal berkata: “Dewasa ini manusia membutuhkan tiga hal: • Pertama : interpretasi spiritual tentang alam semesta. • Kedua : kemerdekaan spiritual. • Ketiga : prinsip-prinsip pokok yang memiliki makna universal yang mengarahkan evolusi masyarakat manusia dengan berbasiskan rohani.” Dari sini, Eropa modern membangun sebuah sistem yang realistis, namun pengalaman memperlihatkan bahwa kebenaran yang diungkapkan dengan menggunakan akal saja tidak mampu memberikan semangat yang terdapat dalam keyakinan yang hidup, dan semangat ini ternyata hanya dapat diperoleh dengan pengetahuan personal yang diberikan oleh faktor supranatural (wahyu). Inilah sebabnya mengapa akal semata tidak begitu berpengaruh pada manusia, sementara agama selalu meninggikan derajat orang dan mengubah masyarakat. Idealisme Eropa tak pernah menjadi faktor yang hidup dalam kehidupan Eropa, dan hasilnya adalah sebuah ego yang sesat, yang melakukan upaya melalui demokrasi yang saling tidak bertoleransi. Satu-satunya fungsi demokrasi seperti ini adalah mengeksploitasi kaum miskin untuk kepentingan kaum kaya. Percayalah, Eropa dewasa ini paling merintangi jalan kemajuan akhlak manusia. Sebaliknya, dasar dari gagasan-gagasan tinggi kaum Muslim ini adalah wahyu. Wahyu ini, yang berbicara dari lubuk hati kehidupan yang paling dalam, menginternalisasi (menjadikan dirinya sebagai bagian dari karakter manusia dengan cara manusia mempelajarinya atau menerimanya secara tak sadar-pen.) aspek-aspek lahiriahnya sendiri. Bagi kaum Muslim, basis spiritual dari kehidupan merupakan masalah keyakinan. Demi keyakinan inilah seorang Muslim yang kurang tercerahkan pun dapat mempertaruhkan jiwanya. “Reconstruction of Religious Thought in Islam” (Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam). Will Durant, penulis terkenal “History of Civilization” (Sejarah Peradaban), meskipun dia bukan orang yang religius, berkata: “Beda dunia kuno atau dunia purba dengan dunia mesin baru hanya pada sarana, bukan pada tujuan. Bagaimana menurut Anda jika ternyata ciri pokok seluruh kemajuan kita adalah peningkatan metode dan sarana, bukan perbaikan tujuan dan sasaran?” Dia juga mengatakan: “Harta itu membosankan, akal dan kearifan hanyalah sebuah cahaya redup yang dingin. Hanya dengan cintalah, kelembutan yang tak terlukiskan dapat menghangatkan hati.” Kini kurang lebih disadari bahwa saintisisme (murni pendidikan ilmiah) tidak mencetak manusia seutuhnya. Saintisisme melahirkan setengah manusia. Pendidikan seperti ini hanya menghasilkan bahan baku untuk manusia, bukan manusia jadi. Yang dapat dihasilkan pendidikan seperti ini adalah manusia unilateral, sehat dan kuat, namun bukan manusia multilateral dan bajik. Semua orang kini menyadari bahwa zaman murni ilmu pengetahuan sudah berakhir. Masyarakat sekarang terancam dengan terjadinya kekosongan idealistis. Sebagian orang bemiaksud mengisi kekosongan ini dengan murni filsafat, sebagian lainnya merujuk kepada sastra, seni dan ilmu-ilmu humanitarian ( ilmu-ilmu yang mempromosikan kesejahteraan manusia ). Di negeri kami (Iran-pen.) ada usulan agar kekosongan tersebut diisi dengan sastra yang penuh kebajikan, khususnya sastra sufi karya Maulawi, Sa’di dan Hafiz. Para pendukung rencana ini lupa bahwa sastra ini sendiri mendapat ilham dan agama dan dan semangat agama yang penuh kebajikan, semangat yang menjadikan agama menarik perhatian, yaitu semangat Islam. Kalau tidak, mengapa sastra modern, meski ada klaim lantang bahwa sastra modern itu humanistis, begitu hambar, tak ada roh dan daya tariknya. Sesungguhnya kandungan manusiawi dalam sastra sufi kami, merupakan hasil dan konsepsi Islami sastra tersebut tentang alam semesta dan manusia. Seandainya roh Islam dikeluarkan dari mahakarya-mahakarya ini, maka yang tersisa hanyalah kerangkanya saja. Will Durant termasuk orang yang menyadari adanya kekosongan itu. Menurutnya, hendaknya sastra, filsafat dan seni mengisi kekosongan itu. Dia berkata: “Kerusakan atau kerugian yang dialami oleh sekolah dan perguruan tinggi kita, sebagian besar adalah akibat teori pendidikannya Spencer. Definisi Spencer mengenai pendidikan adalah bahwa pendidikan membuat manusia menjadi selaras dengan lingkungannya. Definisi ini tak ada rohnya, dan mekanis sifatnya, serta lahir dari filsafat keunggulan mekanika. Setiap otak dan jiwa yang kreatif menentang definisi ini. Akibatnya adalah sekolah dan perguruan tinggi kita hanya diisi dengan ilmu-ilmu teoretis dan mekanis, sehingga tak ada mata pelajaran sastra, sejarah, filsafat dan seni, karena mata pelajaran seperti ini dianggap tak ada gunanya. Yang dapat dicetak oleh suatu pendidikan yang murni ilmu pengetahuan hanyalah alat. Pendidikan seperti ini membuat manusia tak mengenal keindahan dan tak mengenal kearifan. Akan lebih baik bagi dunia seandainya saja Spencer tidak menulis buku.” Sangat mengejutkan, meskipun Will Durant menganggap kekosongan ini pertama-tama sebagai kekosongan idealistis yang terjadi akibat pemikiran yang salah dan akibat tak ada kepercayaan kepada tujuan manusia, namun dia masih saja berpendapat bahwa problem ini dapat dipecahkan dengan sesuatu yang non-material, sekalipun mungkin imajinatif belaka. Menurutnya, menyibukkan din dengan sejarah, seni, keindahan, puisi dan musik dapat mengisi sebuah kekosongan. Kekosongan ini ada karena manusia memiliki naluri mencari ideal dan kesempurnaan. C. Proses Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam Tidak bisa dipungkiri dalam pembangunan sebuah peradaban manusia, ilmu pengetahuan memegang peranan yang sangat penting, maju tidaknya sebuah peradaban manusia , salah satunya ditentukan seberapa “majukah “ pengembangan ilmu pengetahuanya. Islam sebagai agama yang bersifat syamil wa mutakammil dimana ajaran - ajarannya mencakup seluruh segi kehidupan manusia,sesungguhnya sangat memperhatikan ilmu (pengetahuan) sebagai salah satu faktor yang dipandang akan mendorong manusia pada kehidupan yang lebih baik. Banyak sekali nash- nash di dalam Al qur’an maupun hadits nabi yang menganjurkan supaya seorang muslim benar benar memperhatikan persoalan ilmu ( pengetahuan ). Beberapa nash Al qur’an yang berbicara tentang persoalan ilmu : “Allah mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain dari pada Nya dan malaikat malaikat mengakui dan orang orang berilmu,yang tegak dengan keadilan” (QS Ali Imran 18) Maka lihatlah bahwasanya, betapa Allah SWT memulai dengan diriNya sendiri, kemudian malaikat dan yang berikutnya adalah orang orang yang berilmu. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT sangat memuliakan orang orang yang berilmu. Pada ayat lain Allah SWT berfirman “Diangkat oleh Allah orang orang yang beriman daripada kamu dan orang orang yang diberi ilmu dengan beberapa tingkat”(QS Al Mujadalah 11) Cukuplah kiranya ayat ayat Al qur’an diatas menjadi hujjah bahwasanya islam sebagai agama yang menyeluruh dan komperehensif sangat memuliakan ilmu sebagai salah satu sarana bagi ummat manusia untuk bisa menjadikan kehidupan menjadi lebih baik. Adapun beberapa hadits nabi yang berbicara tentang masalah ilmu adalah sebagai berikut : “isi langit dan buni meminta ampun untuk orang yang berilmu”(HR Abu Darda) Nabi saw bersabda: “manusia yang terdekat kepada derajat kenabian ialah orang yang berilmu dan berjihad.Adapun orang yang berilmu, maka memberi petunjuk kepada manusia akan apa yang dibawa Rosul Rasul.Dan orang orang yang berjihad, maka berjuang dengan pedang membela apa yang dibawa para rasul itu” Dari paparan diatas semakin nyatalah terlihat bahwasnya islam memang benar benar sangat memperhatikan persoalan ilmu ini. Islam pernah mengalami masa keemasan dimana pada saat itu, islam menjadi pusat peradaban dunia,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai sekarang tidak bisa dipungkiri sesungguhnya berkat sumbangsih dari peradaban islam yang pernah mengalami kejayaan. Bertolak belakang dengan keadaan ummat muslim ketika mencapai masa keemasan barat sedang berada pada masa yang disebut sebagai abad kegelapan(dark age). Berbeda dengan kondisi saat ini ummat islam mengalami kemunduran yang cukup drastis dalam hal ilmu pengetahuan. Wacana yang sekarang muncul berkaitan dengan islam adalah islam sama dengan tradisional: kolot : miskin : terbelakang dan stigma-stigma buruk lainnya. Sebagai seorang muslim menjadi kewajiban kita semua untuk bisa menegakan kembali kejayaan dhien yang haq ini di muka bumi,karena sesungguhnya kita mempunyai dua buah modal yang sangat luar biasa,yang seharusnya mampu mengantarkan ummat islam ini meraih kembali kejayaannya.Dua modal besar itu adalah al qur’an dan al hadits. Sebagian besar sejarawan modern sepakat bahwasanya Al qur’an dan Al hadits adalah pendorong utama kemajuan ilmu dan peradaban islam yang pernah dicapai. Sehingga pada dasarnya kunci utama bangkitnya kembali ilmu dan peradaban islam adalah dengan kembali kepada Alquran dan Al hadits.karena sesungguhnya di dalam al quran dan alhadits kaya akan konsep konsep bagaimana seharusnya pengembangan ilmu(sebagai salah satu upaya untuk membangkitkan lagi peradaban islam )dilakukan dan sesungguhnya konsep konsep ini sudah terbukti ampuh.Sejarah membuktikan bahwasanya kejayaan yang pernah diraih ummat islam dicapai melalui penggalian secara mendalam terhadap al quran dan alhadits. • Pengaruh pengembangan ilmu dalam bangunan peradaban islam Ditilik dari sejarah,menurut al hasan ada empat faktor mengapa peradaban islam berkembang pesat di masa lalu.Faktor faktor itu adalah kekuasaan,ekonomi, stabilitas politik dan sarana pengembangan ilmu.Sesudah Rosululloh SAW wafat, beliu telah meletakan dasar dasar yang merupakan bekal yang sangat berharga bagi generasi penerusya. Salah satunya adalah ashab al suffah yang menjadi cikal bakal tradisi intelektual islam. Jika dianalogikan dengan sebuah kurva, maka sesudah masa Rosululloh SAW maka peradaban islam sedang merangkak naik sehingga pada akhirnya menjadi pusat peradaban dunia. Dimulai dari masa khulafaur rasyidin, dinasti umayah, dinasti abasiyah dan kesultanan turki usmani. Memang didalam perjalananya kita juga mengakui ada masa naik dan turun juga. Tetapi secara umum bisa dikatakan pada saat itu islam benar benar menjadi “pusat perhatian” bagi dunia.. Pandangan hidup yang berasal dari Al quran dan assunnah, benar benar menjadi “modal berharga” yang termanfaatkan dengan baik pula. Mereka merambah komunitas sahabat, thabiin, tabi’it tabiin dan ulama ulama pewarisnya yang diikat dalam pandangan hidup, visi misi kegamaan yang sama sehingga menjadi ummat besar yang menyatukan bangsa bangsa di dunia. • Pengembangan ilmu pengetahuan dalam konsepsi islam Pada dasarnya pengembangan ilmu pengetahuan dalam perpektif islam dipusatkan pada konsepsi tauhid. Manusia sebagai subyek dari ilmu, diharapkan akan semakin bertambah keyakinananya terhadap Allah SWT sehingga hasil akhir dari sebuah pengembangan ilmu pengetahuan dalam pandangan islam,selalu dikembalikan kepada “pusat” pengetahuan itu sendiri yaitu Allah SWT. Dari QS Al Alaq 1 sebagai prolog dari tulisan ini, terlihat dengan jelas kosepsi yang sudah saya sebutkan diatas. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu”. Mengenai ayat ini Sayyid Qutb dalam tafsirnya yang sangat terkenal Fi Zhilalil Qur’an mengatakan..”kemudian tampaklah sumber pengajaran dan ilmu pengetahuan bahwa sumbernya adalah Allah. Dari Nya lah manusia mengembangkan apa yang telah dan akan diketahuinya. Juga, dari Nyalah manusia mengembangkan apa yang dibukakan untuknya tentang rahasia rahasia semesta, kehidupan, dan dirinya sendiri.Semua itu dari sana,dari sumber satu satunya itu,yang tidak ada sumber lain disana selain Dia “. Manusia yang dilahirkan dari proses ini adalah manusia insan kamil atau manusia yang universal. Berbeda dengan konsepsi barat ,pengembangan ilmu yang dilakukan seolah olah melepaskan Tuhan. Tuhan seakan akan menjadi penghalang dalam pengembangan ilmu sehingga harus dikucilkan Tuhan tidak mereka ikut sertakan dalam penggalian dan pengembangan ilmu yang mereka lakukan. Mereka meletakan manusia diatas segala galanya. “Manusia adalah ukuran dari segala sesutau,segala sesuatu yang ada adalah ada,dan segla sesutau yang tuidak ada adalah tidak ada,”Maka lahirlah manusia manusia yang sekuler dan materialistik. Tetapi sayangnya di sebagian negara negara yang mayoritas penduduknya muslim, konsepsi pendidikan dalam pandangan barat lah yang sering dipakai, menjadi tugas kita semua untuk bisa mengembalikan proses pengembangan ilmu yang dilakukan adalah sesuai dengan konsepsi islam. • Tahapan pengembangan ilmu untuk membangun kembali peradaban islam di masa sekarang Dari gambaran sejarah bangun dan jatuhnya peradaban islam. Secara umum ada tiga hal penting yang patut kita catat. Pertama peradaban islam dimulai dari komunitas kecil yang bergiat mempelajari Al Quran dan assunnah. Kedua komunitas yang dipengaruhi oleh pandangan hidup yang bersumber dari Al quran dan assunnah tersebut kemudian semakin berkembang sehingga membentuk institusi yang berbentuk negara, karena universalitas islam maka negara bangsa tadi dilebur menjadi satu dibawah naungan al islam. Ketiga walaupun kekuatan dan orientasi politik ummat islam begitu besar, namun visi misi yang diusung adalah hampir sama yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan.. Jika dimasa lalu peradaban islam dibangun dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang bersumber pada Al quran dan assunnah maka di masa sekarang seperti itu pula kita membangun peradaban islam pada masa sekarang., Namun, di masa kini kondisi politik dan ekonomi ummat islam tidak mendukung pengembangan ilmu pengetahuan islam,”sama persis” seperti masa lalu.. Selain itu masuknya nilai nilai barat seperti demokrasi, sekularlisme, liberalisme, kapitalisme, sosialisme dan lain sebagainya telah memepengaruhi dan bahkan merubah cara berfikir ummat islam, sehingga diperlukan adanya proses yang disebut rekonstruksi prinsip ilmu, dimana proses ini unuk mengembalikan ilmu penegtahuan dalam islam kedalam ‘khitahnya’, yaitu bersumber pada Al quran assunnah Untuk bisa semakin ‘mengislamisasi ‘ pengetahuan maka diperlukan sebuah sarana untuk bisa semakin menyebarluaskan proses ini. Di masa sekarang institusi pendidikan adalah sarana yang paling tepat untuk bisa melakukan proses ini, terutama melalui universitas. Di dalam islam, universitas berperan dalam pendidikan kearah individu yang memahami kedudukan dirinya baik dalam konteks hubungannya dengan Allah SWT, dengan sesama manusia serta tentang dirinya sendiri. DAFTAR PUSTAKA Gazalba Sidi. Sistematika Filsafat. 1973. Bulan Bintang : Jakarta Syadali Ahmad, Mudzakir. 2004. Filsafat Umum. Pustaka Setai : Bandung Zuhairini. Pendidikan Islam. 2004. Filsafat Pendidkan Islam. Bumi Aksara : Jakarta http/;ilmu pendidikan dan agama.com http/;hubungan antara ilmu pendidikan dan agama.co.id Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007 Departemen pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2002 Jujun. S. Sumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000 Kunjtojo, Makalah dalam Presentasi Ilmiah, Paradigma Ilmu sebagai Proses, Prosedur, dan Produk. The Liang Gie. Pengantar Filsafat Ilmu. Jogjakarta: Liberty, 1996 The Liang Gie. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar