KATA PENGANTAR بسم الله الرحمن الر حيم الحمد لله حمدا يوافي نعمه بمنه وإفضاله , ويدافع نقمه بعزه وجلاله , ويكافئ مزيده بحسن فعاله , والصلاة والسلام على سيدنا محمد وآله وصحبه وتابعيه في أقواله وأفعاله , ما دام المولى يتفضل على عبيده بنواله.(أما بعد ) : Alhamdulillahi robbil ‘alamin segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rohmat, hidayah dan inayahNya pada kita semua sehingga sampai saat ini kita semua masih dalam keadaan sehat kuat. Sholawat dan salam semoga tetap terhaturkan pada junjungan kita nabi agung, penebar rohmat dan penyebar benih kesucian cinta Yaitu Nabi Muhammad SAW. Pun kepada keluarga, para sahabat, tabi’in dan semua kaum muslimin muslimat. Alhamdulillahirobbil ‘alamin penulis bisa menyelesikan penulisan makalah yang berjudul “ Filsafat Ibnu Rusyd “ ini tentunya berbekal pada keyakinan dan kemantapan dan yang terpenting taufiq , hidayah dan ma’unah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini. Baik dari segi bahasa, terjemah atau uslub-uslub yang ada. Maka dari itu penulis sangat berharap saran,masukan serta bimbingan dari para pembaca untuk menyumbangkan idenya, partisipasinya dan pikiran-pikirannya Akhirnya kami hanya mohon pada Allah SWT semoga makalah ini memberi manfa’at pada kita semua dan khususnya pada semua Mahasiswa STAI BU tambakberas Jombang. Sehingga dapat mengantar dan mengkader jiwa-jiwa pemuda yang bermanfa’at,berguna bagi masyarakat bangsa dan Negara. Aamiin ya Robbal “alamin. Jombang, 11 Maret 2012 Penulis DAFTAR ISI Halaman Judul i Kata Pengantar I Daftar Isi II BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang IV 1.2 Rumusan Masalah IV BAB II PEMBAHASAN 1. Latar belakang Kehidupan Ibnu Rusyd serta pemikiran dan Filsafatnya 5 2. Kontribusi Rasionalisme Ibnu Rusyd Dalam Syari’ah 9 3. Karya-karya Ibu Rusyd 10 Daftar Pustaka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tentu kita masih ingat akan sejarah kedatangan Thariq bin Ziyad bersama pasukannya pada bulan Mei tahun 711 M memasuki selat Gibraltar yang terletak di teluk Algeciras, sebagai cikal bakal perkembangan kebudayaan Islam dan kerajaan-kerajaan Islam yang mulai bercokol di tanah Andalusia (sekarang Spanyol). Berkat kedatangan Islam di Andalusia hampir delapan abad lamanya kaum muslim menguasasi kota-kota penting seperti Toledo, Saragosa, Cordoba, Valencia, Malaga, Seville, Granada dan lain sebagainya, mereka membawa panji-panji ke-Islaman, baik dari segi Ilmu pengetahuan, Kebudayaan, maupun segi Arsitektur bangunan. Di negeri inilah lahir tokoh-tokoh muslim ternama yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Agama Islam, Kedokteran, Filsafat, Ilmu Hayat, Ilmu Hisab, Ilmu Hukum, Sastra, Ilmu Alam, Astronomi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dengan segala kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad. Maka tak heran waktu itu pula bangsa-bangsa Eropa lainnya mulai berdatangan ke negeri Andalusia ini untuk mempelajari berbagai Ilmu pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Diantara tokoh-tokoh Islam yang tidak dapat di lupakan jasa dan sumbangannya oleh Dunia ialah Ibnu Rusyd atau lebih di kenali di Barat dengan nama “Averroes“. Beliau adalah ahli falsafah, ahli perubatan dan ahli perundangan Islam yang hebat. Dalam makalah ini saya akan mencoba mengulas sedikit tentang riwayat hidupnya dan filsafatnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan judul, latar belakang dan tujuan di atas, maka beberapa konsep yang akan diulas dalam makalah ini adalah Bagaimanakah latar beakang kehidupan dan Filsafat Ibnu Rusyd. BAB II PEMBAHASAN FILSAFAT IBNU RUSYD 1. Latar Belakang Kehidupan Ibnu Rusyd Serta Pemikiran dan Filsafatnya Ibnu Rusyd atau nama aslinya Abu Ya‘la al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd (1126-1198), atau yang lebih terkenal dengan sebutan Ibn Rusyd atau Averroes, adalah filosof Muslim Barat terbesar di abad pertengahan. Dia adalah pendiri pikiran merdeka sehingga memiliki pengaruh yang sangat tinggi di Eropa. Michael Angelo meletakkan patung khayalinya di atas atap gereja Syktien di Vatikan karena ia dipandang sebagai filosof free thinker. Dante dalam Divine Comedia-nya menyebutnya “Sang Komentator” karena dia dianggap sebagai komentator terbesar atas karya-karya Aristoteles. Secara resmi, Ibn Rusyd memang diminta oleh Amir Abu Ya‘la Ya’qub Yusuf untuk menulis komentar atas berbagai karya Aristoteles, di mana untuk setiap buku dia membuat tiga kategori komentar: 1). Ringkasan (jami’) 2). Komentar singkat (talkhis) dan 3). Komentar detail (sharh atau tafsir). Yang terakhir disiapkan untuk mahasiswa tingkat tinggi. Akan tetapi, untuk jangka waktu yang sangat lama, di dunia Muslim, Ibn Rusyd tidak dikenal karena komentar-komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles, tapi karena Tahafut al-Tahafut-nya yang ditulisnya sebagai bantahan terhadap terhadap buku al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah. Komentar-komentarnya banyak berada di dunia Yahudi dan Kristen sehingga kebanyakan komentar-komentarnya tidak lagi ditemukan dalam bahasa Arab, tapi sudah dalam bentuk terjemahan bahasa Hebrew atau Latin. Memang, Ibn Rusyd merupakan komentator besar karya-karya Aristoteles, namun perhatian intelektualnya yang vital dalam konteks pemikiran filsafat Islam diabaikan, kita telah berbuat tidak adil terhadapnya. Sekalipun bersikap sebaliknya juga sama tidak adilnya. Akan tetapi bagaimanapun juga, untuk memperoleh suatu pemahaman yang benar tentang pemikiran filosofis dan teologis Ibn Rusyd, sumber yang paling penting tentu saja Tahafut al-Tahafut. Ia lahir di kota Cordova, Ibu Kota Andalusia.Kakeknya adalah seorang ahli fiqh dan ilmu hukum terkenal. Di samping menjabat sebagai imam besar di Masjid Jami’ Cordova, ia juga diangkat menjadi hakim agungn (qadi al-jama’ah). Setelah meninggal, jabatan hakim agung ini diteruskan oleh puteranya, ayah Ibn Rusyd. Tampak di sini bahwa Ibn Rusyd terlahir dari keluarga ahli-ahli fiqh dan hakim-hakim. Tidak mengherankan jika salah satu karyanya yang sangat terkenal, Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtasid, merupakan karyanya dalam bidang fiqh. Buku ini merupakan suatu studi perbandingan hukum Islam, di mana di dalamnya diuraikan pendapat Ibn Rusyd dengan mengemukakan pendapat-pendapat imam-imam fiqh. Dia juga sebagai seorang dokter dan astronomer. Tapi, posisi ini kurang terkenal dibanding dengan reputasinya sebagai filosof. Dia dianggap sebagai salah satu dokter terbesar di zamannya. Menurut Sarton (G. Sarton, “Introduction of the History of Science, vol. II (Baltimore, 1931) dia adalah orang pertama yang menerangkan fungsi retina dan orang pertama yang menjelaskan bahwa serangan cacar pertama akan membuat kekebalan berikutnya pada orang yang bersangkutan. Sebagai seorang penulis masalah obat-obatan, dia menyusun satu ensiklopedia yang berjudul Kitab al-Kulliyat fi al-Tibb. Ensiklopedi tersebut terdiri dari tujuh buku yang berhubungan dengan anatomi, fisiologi, patologi umum, diagnosis, materia medica, kesehatan dan terapi umum. Ensiklopedi ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin yang kemudian menjadi tex-book di berbagai universitas Kristen. Dia juga menulis komentar tentang puisi medis Ibn Sina, Arjuzah fi al-Tibb. Sebagai penulis masalah astronomi, dia menyiapkan ringkasan Almagest-nya Ptolemy dan juga menyusun satu karya tentang gerakan benda-benda langit dengan judul Kitab fi al-Harakah al-Aflak. Filsafat Ibn Rusyd merepresentasikan titik kulminasi pemikiran Muslim dalam sebuah arah yang sangat esensial, yaitu memahami Aristoteles. Mulai al-Kindi, itu merupakan upaya dari seluruh filosof Muslim untuk memahami sistem pemikiran Aristoles, tapi kebanyakan di antara mereka tergelincir ke dalam jebakan Neoplatonisme. Para filosof Muslim tersebut mengira berbagai karya para filosof Neoplatonik sebagai karya Aristoles. Di masa Ibn Rusyd, banyak karya Aristoteles yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan tulisan-tulisan Pseudo-Aristotelian telah dikenali. Perbedaan utama antara Ibn sina dengan Ibn Rusyd adalah bahwa yang terakhir lebih memiliki pemahaman yang jelas dan luas tentang Aristoteles. Arsitoteles, bagi Ibn Rusyd, adalah pemikir yang sangat besar, filosof terbesar yang pernah lahir, yang sama sekali tidak memiliki kesalahan dalam pikiran-pikirannya. Temuan-temuan baru dalam filsafat dan ilmu pengetahuan tidak ada perubahan yang signifikan dan substansial dari apa yang telah dielaborasi oleh Aristoteles. Tentu saja bahwa penilaian terhadap Aristoteles ini bisa jadi salah dalam hal posisinya dalam sejarah pemikiran manusia, tapi ketika Aristoteles bisa dipahami secara baik, sistemnya akan berkaitan dengan pengetahuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia. Ibn Rusyd sangat mengagumi logika Aristoteles. Ia menyatakan, “Tanpanya, orang tidak bisa bahagia dan sungguh kasihan bahwa Plato dan Socrates telah menyia-nyiakannya”. (Saeed Shaikh, Studies in Muslim Philosophy (Delhi: Adam Publishers & Distributors, 1994: 171-172). Karena penghormatannya yang sangat tinggi terhadap Aristoteles, Ibn Rusyd harus membayar sangat mahal. Dia diserang oleh kaum ortodoks karena usahanya untuk menjajarkan ajaran Aristoteles dengan Islam. Para teolog merasa bahwa Ibn Rusyd, dalam rangka untuk merekonsiliasi dogma Islam dengan filsafat Aristoteles, telah menodai ajaran Islam. Mereka sangat murka terhadap Ibn Rusyd dan menuduhnya telah murtad. Salah satu akibat dari serangan para teolog terhadap doktrin-doktrin filsafat Ibn Rusyd adalah pada tahun 1194-1195, Amir Abu Ya‘la Yusuf Ya’qub al-Mansur, di Sevila, menyuruh untuk membakar semua tulisan Ibn Rusyd kecuali beberapa kita yang berisi tentang pengobatan, aritmatika dan astronomi. Tuduhan yang paling keji justru datang dari Eropa-Kristen. Ernest Renan, sebagaimana yang dikutip Ahmad, menyatakan bahwa dunia Kristen menuduh Ibn Rusyd sebagai gembong ateis yang paling besar, musuh agama dan pembenci nabi-nabi suci. Dituduhkan bahwa ia pernah mengatakan bahwa dunia telah dirusak oleh tiga dajal: Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiga dajal tersebut adalah Musa yang membawa agama kanak-kanak, Isa yang membawa agama tidak rasional, dan Muhammad yang membawa agama babi. Ajarannya tidak boleh dipelajari dan buku-bukunya harus dimusnahkan. Para pengikutnya dikejar-kejar, bahkan ada yang dibakar. Kejadian ini sebetulnya murni faktor politik. Selama masa Ibn Rusyd, kondisi politik di dunia Islam mengalami penurunan. Ketika berperang melawan Kristen, al-Mansur sangat membutuhkan bantuan para teolog dan ahli fiqh ortodoks. Perlu juga dicatat bahwa Amir al-Mansur ketika di Sevila tidak hanya menyuruh membakar buku-buku Ibn Rusyd, tapi juga menuduhnya telah murtad dan membuangnya ke Lucena, dekat Cordova. Tapi ketika sang Amir kembali ke Maroko pada tahun, dia membebaskan Ibn Rusyd dari hukuman buang dan mengundangnya ke istana dengan penuh penghormatan pada tahun 1197. Perubahan sikap Amir ini dapat dijelaskan bahwa penduduk Spanyol lebih ortodoks daripada penduduk Berber. Tapi, setahun kemudian, ia meninggal dunia. Tepatnya pada tanggal 10 desember 1198 di kota Marakish, Ibu Kota Maroko. Setahun kemudian sang Khalifah juga meninggal dunia. Doktrin utama filsafat Ibn Rusyd yang membuatnya dicap sebagai murtad berkaitan dengan keabadian dunia, sifat pengetahuan Tuhan dan kekekalan jiwa manusia dan kebangkitannya. Membaca sekilas tentang Ibn Rusyd memang bisa memberi kesan bahwa dia murtad dalam hubungannya dengan masalah-masalah tersebut, tapi penelaahan yang serius akan membuat orang sadar bahwa dia sama sekali tidak menolak ajaran Islam. Dia hanya menginterpretasikannya dan menjelaskannya dengan caranya sehingga bisa sesuai dengan filsafat. Terhadap doktrin keabadian dunia, dia tidak menolak prinsi penciptaan (creation), tapi hanya menawarkan satu penjelasan yang berbeda dari penjelasan para teolog. Ibn Rusyd memang mengakui bahwa dunia itu abadi, tapi pada saat yang sama membuat pembedaan yang sangat penting antara keabadian Tuhan dengan keabadian dunia. Ada dua macam keabadian: keabadian dengan sebab dan keabadian tanpa sebab. Dunia bersifat abadi karena adanya satu agen kreatif yang membuatnya abadi. Sementara, Tuhan abadi tanpa sebab. Lebih dulunya Tuhan atas manusia tidak terkait dengan waktu. Keberadaan Tuhan tidak ada kaitannya dengan waktu karena Dia ada dalam keabadian yang tak bisa dihitung dengan skala waktu. Lebih dulunya Tuhan atas dunia ada dalam keberadaan-Nya sebagai sebab yang darinya muncul semua keabadian. 2. Kontribusi Rasionalisme Ibn Rusyd dalam Syari’ah Salah satu pandangan Ibnu Rusyd yang menonjol adalah teorinya tentang harmoni (perpaduan) agama dan filsafat (al-ittishâl baina al-syarî`ah wa al-hikmah). Ibn Rushd memberikan kesimpulan bahwa “filsafat adalah saudara sekandung dan sesusuan agama”. Dengan kata lain, tak ada pertentangan antara wahyu dan akal; filsafat dan agama; para nabi dan Aristoteles, karena mereka semua datang dari asal yang sama. Ini didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an dan karakter filsafat sebagai ilmu yang dapat mengantarkan manusia kepada “pengetahuan yang lebih sempurna” (at-tâmm al-ma`rifah). Mengenai hal ini dituangkan dalam buku kecilnya yang berjudul Kitâb Fash al-Maqâl fî Mâ Bain al-Syarî’ah wa al-Hikmah min al-Ittishâl (Kaitan filsafat dengan Syariat) ini menjelaskan tentang harmonitas antara `aql (akal/nalar) dengan naql (tranferensi) mengenai metode (manhaj) dan tujuan akhir (ghâyah) (Fasl al-Maqal, 1968: 58). Menurutnya, belajar filsafat dan berfilsafat itu sendiri tidak dilarang dalam agama Islam, bahkan al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam berisi banyak ayat yang menghimbau agar mempelajari filsafat. Untuk menghindari adanya pertentangan antara pendapat akal serta filsafat dan teks al-Qur’an, Ibnu Rusyd menegaskan bahwa teks al-Qur’an itu hendaknya diberi interpretasi sedemikian rupa atau dilakukan takwîl. Takwîl ini lah merupakan salah satu bahasan penting dalam buku kecil ini. Yang satunya lagi mengenai masalah tingkatan manusia dalam menerima pembuktian kebenaran sesuai dengan watak dasar dan kapasitasnya masing-masing). Khususnya mengenai hubungan antara agama dan filsafat, menawarkan satu pandangan baru yang sama sekali orisinil dan rasional. Dalam arti mampu menangkap dimensi rasionalitas baik dalam agama maupun dalam filsafat. Rasionalitas filsafat dibangun atas landasan keteraturan dan keajekan alam ini, dan juga pada landasan prinsip kausalitas. Sementara itu, rasionalitas agama juga dibangun atas dasar maksud dan tujuan yang diberikan sang Pembuat Syari’at, dan yang pada akhirnya bermuara pada upaya membawa manusia kepada nilai-nilai kebajikan atau al-fâdlilah. Menurut Muhammad Abid al-Jâbirî bisa dikatakan kemudian bahwa gagasan “maqâshid al-syâri” dalam disiplin ilmu-ilmu agama sebanding dengan gagasan “hukum-hukum kausalitas di alam ini” (Abid al-Jabiri, 2000: 165-166). Prinsip semacam inilah yang kemudian dirujuk oleh al-Syâthibî dalam rasionalisme agama, dan Ibn Khaldûn dalam rasionalisme sejarah. 3. Karya-Karya Monumental Ibnu Rusyd Buku-buku yang dikarang oleh Ibnu Rusyd banyak sekali dari berbagai disiplin ilmu: Filsafat, Kedokteran, Politik, Fikih, dan masalah-masalah agama. Diantaranya : • Kitâb Fash al-Maqâl fî Mâ Bain al-Syarî`ah wa al-Hikmah min al-Ittishâl • Al-Kasyf ‘an Manâhij al-Adillah fî `Aqâid al-Millah (Menyingkap pelbagai Matode Argumentasi Ideologi Agama-agama) • Tahâfut al-Tahâfut (Kerancuan dalam Kitab Kerancuan karya al-Ghazâlî) • Bidâyah al-Mujtahid (permulaan bagi Mujtahid). • Kulliyah fit-Thibb’ 16 jilid ilmu perubatan secara umum; • ‘Mabadil Falsafah’ (Pengantar Ilmu Falsafah) • ‘Tafsir Urjuza’ yang membicarakan perubatan dan tauhid. • ‘Taslul’ buku mengenai ilmu kalam; • ‘Kasyful Adillah’ yang mengungkap persoalan falsafah dan agama; dan • ‘Muwafaqatil Hikmah Wal Syari’a’ yang menyentuh persamaan antara falsafah dengan agama. • Beliau juga telah menulis sebuah buku mengenai muzik yang diberi judul “De Anima Aristoteles” (Commentary on the Aristotle’s De Animo). DAFTAR PUSTAKA http;/ biografi ibnu rusydriwayat ibnu rusdyibn rusydibnu rusyd.www.com http;/ konsep pendidikan agama islam ibnu rusyd. www.com http;/ makalah agama dan filsafat. www.com Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1997 http;/ makalah biografi ibnu rusdi. www.com
Your browser does not support iframes.
< Sudarsono, Filsafat Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
0 komentar:
Posting Komentar