RSS

IKHLAS

I K H L A S
A. Pengertian Ikhlas
Seorang salik yang sangat menginginkan Ridha Allah Ta’ala dan pendekatan diri kepada Allah, maka harus ikhlas dalam semua amal, karena ikhlas itu disamping merupakan syarat diterimanya semua amal juga merupakan rukun yang terbesar (terpenting) dari berbagai macam amal batin yang menjadi sumber ibadah kepada Allah Ta’ala.
Ulama’-ulama’ sufi berbeda-beda dalam mendefinisikan ikhlas diantaranya :
1. Syeikh Junaid Al-Baghdadi berkata :
وَقَالَ الْجُنَيْدُ : الْإِخْلاَصُ تَصْفِيَّةُ الْعَمَلِ مِنَ الْكُدُوْرَاتِ
Artinya : “Ikhlas adalah membersihkan amal dari kotoran-kotoran amal”.
2. Syeikh Sahal bin Abdillah berkata :
وَقَالَ سَهْلُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالى : الْإِخْلاَصُ اَنْ يَكُوْنَ سُكُوْنُ $D8�لْعَبْدِ وَحَرَكاَتُهُ لِلهِ تَعَالى خَاصَّةً
Artinya : “Ikhlas ialah apabila semua diam dan geraknya hamba hanya khusus karena Allah Ta’ala.”
3. Syeikh As-Sayyid Abu Bakar bin As-Sayyid Muhammad syatho Ad-Dimyati ra berkata :
الْإِخْلاَصُ اَنْ يَكُوْنَ قَصْدُ الْإِنْسَانِ فِى جَمِيْعِ طَاعَتِهِ وَاَعْمَالِهِ مُجَرَّدُ التَّقَرُّبِ اِلَى اللهِ تَعَالى
Artinya : “Ikhlas ialah apabila tujuan manusia dalam semua amal ibadahnya melulu hanya pendekatan diri kepada Allah Ta’ala.”
B. Keutamaan Ikhlas
Ikhlas itu adalah satu perbuatan batin yang dapat membersihkan amal dari bermacam-macam afaat (penyakit hati), sepertiujub, riya’ dan lain-lain. Ada beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW yang menunjukkan keutamaan ikhlas itu diantaranya :
1. Dalam surat Al-Bayyinah ayat: 5
وَمَا أُمِرُوْا اِلَّا لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”
2. Dalam surat Az-Zumar ayat : 3
أَلَا لِلهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ
Artinya : “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).”
3. Dalam Hadits Nabi SAW :
قَالَ النَّبِىُّ ص.م. لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلِ : يَا مُعَاذُ أَخْلِصْ دِيْنَكَ يَكْفِكَ الْعَمَلُ الْقَلِيْلُ.
Artinya : "Wahai Muadz, bersihkan agamamu. Maka cukup untuk kamu amal yang sedikit.”
4. Suatu ketika Rasulullah ditanya tentang iman, maka beliau menjawab :
هُوَالْإِخْلاَصُ لِلهِ تَعَالى
Artinya : “Iman adalah ikhlas hanya karena Allah Ta’ala.”
5. Dalam Hadits Nabi SAW :
قَالَ النَّبِىُّ ص.م : لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنَ الْاَعْمَالِ إِلَّا مَا كَانَ خَالِصًا لَهُ وَبْتُغِيَ بِهَا وَجْهُهُ.
Artinya : “Allah tidak akan menerima dari amal-amal ibadah kecuali amal yang bersih hanya karena Allah Ta’ala dan amal itu digunakan untuk mencari Ridha Allah Ta’ala.”
6. Dalam Hadits Nabi SAW :
قَالَ النَّبِىُّ ص.م : مَنْ أَخْلَصَ لِلهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا أَظْهَرَ اللهُ يُنَابِيْعَ الْحِكْمَةَ مِنْ قَلْبِهِ عَلى لِسَانِهِ
Artinya : “Barang siapa yang ikhlas beramal hanya karena Allah Ta’ala selama 40 hari, maka Allah Ta’ala akan menampakkan sumber-sumber hikmah dari hatinya dan keluar lewat lisannya.”
7. Dalam Hadits Nabi SAW :
قَالَ النَّبِىُّ ص.م : مَنْ فَارَقَ الدُّنْيَا عَلَى الْإِخْلَاصِ لِلهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَاتَى الزَّكَاةَ فَارَقَهَا وَاللهُ عَنْهُ رَاضٍ.
Artinya : “Barang siapa yang berpisah dari dunia diatas amal ikhlas hanya karena Allah, sendiri-Nya tiada sekutu bagi-Nya dan menegakkan shalat, memberikan zakat, maka ia akan pisah dari dunia sedangkan Allah Ta’ala meridhainya.”
8. Abu Dzar ra berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ikhlas, apakah ikhlas itu ?
Maka beliau menjawab : “Akan aku tanyakan dulu hal itu kepada Jibril”. Maka Rasulullah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas itu.
Jibril menjawab : “Akan aku tanyakan dulu kepada Mikail”. Kemudian Jibril bertanya kepada Mikail.
Mikail menjawab : “Aku akan bertanya dahulu kepada Rabbul Izzah”. Kemudian Mikail bertanya kepada Allah SWT.
Maka Allah menjawab :
الْإِخْلَاصُ سِرٌّ مِنْ أَسْرَارِيْ أُوَدِّعُهُ قَلْبَ مَنْ أَشاٌءُ مِنْ عِبَادِيْ
Artinya : “Ikhlas adalah rahasia dari rahasia-rahasiaku yang aku taruh dalam hati orang yang aku kehendakidari hamba-hambaku”.
Dalam Hadits lain :
وَعَنِ الْحَسَنِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : يَقُوْلُ اللهُ تَعَالى : الْإِخْلَاصُ سِرٌّ مِنْ سِرِّي اسْتَوْدَعْتُهُ قَلْبَ مَنْ أَحْبَبْتُ مِنْ عِبَادِي.
Artinya : “Ikhlas adalah rahasia dari rahasiaku yang aku taruh di hati orang yang aku cintai dari hamba-hambaKu.”
Dari penjelasan diatas dapat saya simpulkan bahwa sifat ikhlas itu sangat penting dimiliki oleh setiap orang, karena hal inilah yang mempengaruhi tentang diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang oleh Allah. Dan sesungguhnya amal itu hanyalah bentuk lahiriah yang ibaratbya sangkar, sedangkan keikhlasan merupakan sumber kekuatan dan kehendakmu.
Rasulullah juga pernah mengajarkan tentang pokok-pokok amalan ikhlas, “Sesungguhnya Allah tidak akan menilai bentuk tubuhmu dan tidak pula melihat rupamu, namun Dia menilai hatimu.” Lalu dalam sabdanya yang lain, “Manusia itu seluruhnya akan binasa, kecuali mereka yang beriman. Mereka yang beriman itu seluruhnya akan binasa, kecuali yang beramal. Dan mereka yang beramal seluruhnya akan binasa, kecuali mereka yang ikhlas.”
Seorang salik agar dapat memperoleh keikhlasan yang sempurna herus memperhatikan beberapa hal :
1. Semua amal ibadahnya hanya bertujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan mencari keridloan-Nya.
2. Semua amal ibadahnya tidak bercampur dengan tujuan kepentingan duniawi, seperti pujian masyarakat, pengaruh di hati masyarakat dan lain-lain.
As-Sayyid Abdullah Al-Haddad ra. dalam kitab An-Nasho’ih beliau berkata :
“Orang yang beramal karena bertujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan mencari Ridho Allah dan pahala-Nya, maka orang itu adalah orang yang ikhlas. Dan orang yang beramal karena Allah dan karena riya’ pada masyarakat, orang itu adalah orang yang riya’ dan amalnya tidak diterima. Dan orang yang beramal hanya karena riya’ kepada masyarakat, seandainya tidak ada masyarakat maka ia tidak beramal sama sekali, maka persoalan orang itu adalah sangat dikhawatirkan dan berbahaya serta riya’nya termasuk riya’ orang-orang munafik. Kami mohon perlindungan kepada Allah dari hal-hal tersebut dan kami mohon kepada Allah agar selamat dari semua ujian.”
3. Seorang salik harus selalu menghindari riya’ yang dapat melebur amal ibadah dan selalu ingin dilihat Allah dalam amal ibadahnya tidak menginginkan dilihat oleh masyarakat.
Asy-Syaikh Ali bin Ahmad Al-Jaizi ra. dalam kitabnya Tuhfatul Khowash beliau berkata :
“Riya’ adalah perbutan ibadah dengan bertujuan agar dilihat masyarakat, agar memperoleh harta, kedudukan atau pujiian. Riya’ itu adalah termasuk dosa-dosa besar (dalam hati). Semua amal yang dicampur dengan riya’ itu adalah batal dan ditolak (tidak diterima). Adapun amal selain tersebut, seperti haji disertai dengan dagang dan sesuci disertai dengan agar segar dibadan, maka amal ituu ada pahalanya sebatas dorongan karena akhirat walaupun hanya sedikit dan riya’ itu bisa masuk kedalam semua amal hingga membaca sholawat kepada Nabi SAW. Menurut qaul yang lebih shoheh seperti fatwa Syaikhul Isam Zakaria Al-Anshori dan Imam Ar-Romli.”
4. Seorang salik jangan sekali-kali menampakkan amal ibadahnya kepada masyarakat yang bertujuan agar dianggap masyarakat sebagai orang yang utama, karena hal itu sangat dikhawatirkan terjangkitnya penyakit riya’ yang dapat menghapuskan pahala amal ibadahnya. Adapun memperlihatkan amal ibadah agar diikuti orang-orang yang bodoh dan orang-orang yang bodoh itu gemar beramal yang baik, maka hal itu adalah lebih utama daripada merahasiakan amal ibadah tersebut.
Al-Habib Abdullah Al-Haddad ra dalam kitab An-Nashoih, menerangkan secara rinci sebagai berikut :
“Seandainya seseorang itu mengkhawatirkan dirinya terjangkit riya’, maka hendaklah merahasiakan amal-amalnya dan lelakukannya secara samar sekiranya masyarakat tidak melihatnya, hal itu adalah lebih berhati-hati dan lebih selamat. Dan amal sirri itu adalah lebih utama secara mutlak sehingga bagi orang yang tidak mengkhawatirkan dirinya terjangkit riya’ kecuali bagi orang yang mukhlis yang sempurna yang memperhatikan amalnya dengan harapan agar diikuti oleh masyarakat pada amalnya (benar apa yang dikatakan) dari berbagai macam amal itu ada amal yang manusia tidak mungkin melakukan kecuali dengan jelas dan tampak seperti menuntut ilmu, mengajarkan ilmu dan seperti berjamaah, haji, berperang dan sebagainya. Barang siapa yang khawatir terjangkit riya’, maka seharusnya ia tidak meninggalkannya bahkan harus melakukannya dan berusaha keras untuk menolak riya’ dari dirinya dan mohon pertolongan kepada Allah karena Dia adalah sebaik-baik Dzat yang menguasai dan menolong.”
5. Seorang salik harus memahami dan mengerti bahwa iman seseorang (ikhlas seseorang) tidak sempurna hingga ia tidak membedakan antara amal yang dilihat manusia dan amal yang dilihat binatang, karena tujuan beramal yang ikhlas itu hanya ingin dilihat Allah, maka dipuji atau dicela manusia baginya sama saja.
Imam Ghozali ra berkata :
“Tanda-tanda ikhlas ialah apabila Khothir (krentek hati) merasa senang di tempat yang seperti halnya senang diantara banyak orang dan kedatangan orang lain tidak menjadi sebab datangnya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar