PEMBAHASAN
Pengertian, Terbentuknya Dan Tingkatan Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, laut, maupun udara. Sedangkan binatang bergerak di ruangan yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Disamping itu, manusia dibekali akal dan hati, akal untuk berfikir dan hati untuk merasa, sehingga manusia dapat memahami ilmu, kenyataan, dan fakta yang ada. Dari hati dan akal ini lah manusia mempunyai fitroh-fitroh atau watak kemanusiaan yang diantaranya butuh ilmu, butuh uang, butuh pekerjaan dan butuh sosialisasi atau bermasyarakat.
Beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia adalah sebagai berikut :
a. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
b. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
c. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
d. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
2. Proses Terbentuknya Masyarakat
Seperti pada uraian di atas Istilah “masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”.[1] Sedang, istilah “sosial” berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan”.[2]
Perdebatan sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah berlangsung semenjak era Plato. Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati, berseberang pandang dengan kaum sofis yang berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia. Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis ilmiah rasional.
Merujuk pada perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia” (antroposentris), ditemui bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis bertemu satu sama lain, kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas keluarga kian berkembang sehingga membentuk “keluarga besar” atau “suku”. Pada tahapan berikutnya, suku kian berkembang dan terbentuklah “wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan ciri fisik dan kebudayaan yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir dari proses tersebut adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana kita temui saat ini. Ada dua faktor yang mengarahkan seseorang bergabung dalam suatu kelompok sosial , yaitu kedekatan dan kesamaan.
Syarat-syarat terbentuknya Kelompok Sosial atau masyarakat :
a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari keseluruhan anggota kelompok yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
c. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh seluruh anggota kelompok , sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama
d. Terbentuk secara berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
3. Tingkatan Dalam Masyarakat
Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.
Sebagian ahli mencoba mengklasifikasikan masyarakat dengan cirri-ciri tertentu. Menurut Endang Saifuddin anshori dengan menggunakan paradigma Al-qur’an mengelompokkan masyarakat dalam 10 macam ;
1. Masyarakat muttaqun
Yaitu masyarakat yang taqwa
2. Masyarakat mu’minun
Yaitu masyarakat yang beriman
3. Masyarakat muslimun
Yaitu Masyarakat yang islami
4. Masyarakat muhsinun
Yaitu masyarakat yang punya sifat ihsan
5. Masyarakat kafirun
Yaitu Masyarakat yang kafir
6. Masyarakat musyrikun
Yaitu masyarakat yang musyrik
7. Masyarakat munafiqun
Yaitu mayarakat yang munafiq
8. Masyarakat fasiqun
Yaitu masyarakat yang fasiq
9. Masyarakat Dholimun
Yaitu Masyarakat yang dholim
10. Masyarakat mutrofun (
Yaitu masyarakat yang tidak perna bersyukur
DAFTAR PUSTAKA
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi. Bulan Bintang: Jakarta. 1976
Gordon Marshall, A Dictionary of Sociology, Oxford University Press: New York. 1998
Arifin Nor H.M. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Pustaka Setia
Cohen Bruce J. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Bina Aksara
Al-Qur’an al-karim
Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah (Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh). Dr. Yusuf Qardhawi. 1997. Citra Islami Press
0 komentar:
Posting Komentar