KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الر حيم
الحمد لله الذي قوى بدلائل دينه أركان الشريعة وصحح بأحكامه فروع الملة الحنيفية أحمده سبحانه على ما علم وأشكره على ما أنعم وأشهد أن لا إله إلا الله الملك الحق المبين وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله المبعوث رحمة للعالمين القائل من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه صلاة تنشرح بها الصدور وتهون بها الأمور وتنكشف بها الستور وسلم تسليما كثيرا ما دامت الدهور
أما بعد :
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rohmat, hidayah dan inayahNya pada kita semua sehingga sampai saat ini kita semua masih dalam keadaan sehat wa al-fiyat, Aamiin ya Robb al-‘alamin.
Sholawat dan salam semoga tetap terhaturkan pada junjungan kita nabi agung, penebar rohmat dan penyebar benih kesucian cinta Yaitu Nabi Muhammad SAW. Pun kepada keluarga, para sahabat, tabi,in dan semua kaum muslimin muslimat.
Alhamdulillahirobbil ‘alamin penulis bisa menyelesikan penulisan makalah yang berjudul “ Kemu’jizatan Al-Qur’an “ ini tentunya berbekal pada kesungguhan usaha, keyakinan dan kemantapan dan yang terpenting adalah berkat taufiq , hidayah dan inayah dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini. Baik dari segi bahasa, terjemah atau kutipan-kutipan yang ada. Maka dari itu penulis sangat berharap saran, masukan serta bimbingan dari para pembaca untuk menyumbangkan idenya, partisipasinya dan pikiran-pikirannya
Akhirnya kami hanya mohon pada Allah SWT semoga makalah ini memberi manfa’at pada kita semua dan khususnya pada semua Mahasiswa STAI BU tambakberas Jombang. Sehingga dapat mengantar dan mengkader jiwa-jiwa pemuda yang bermanfa’at,berguna bagi masyarakat bangsa dan Negara. Aamiin ya Robbal “alamin.
Jombang, 26 Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN
1. Pengertian Mu’jizat.................................................................................... 6
2. Ma’na Kemu’jizatan Al-Qur’an................................................................. 8
3. Bentuk Kemu’jizatan Al-Qur’an .............................................................. 8
BAB III ............................................................................................................... PENUTUP
1. Kesimpulan........................................................................................... 15
2. Saran..................................................................................................... 16
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril dengan cara mutawatir (berangsur-angsur) dan bernilai ibadah bagi yang membacanya. Al-Qur`an sebagai kitab samawi terakhir yang diberikan kepada Muhammad sebagai penuntun dalam rangka pembinaan umatnya sangatlah fenomenal. Lantaran di dalamnya sarat nilai-nilai yang unik, pelik dan rumit sekaligus luar biasa. Hal ini lebih disebabkan karena eksistensinya yang tidak hanya sebagai ajaran keagamaan saja, melainkan ajaran kehidupan yang mencakup total tata nilai semenjak hulu peradaban umat manusia hingga hilirnya.
Diantara nilai-nilai tersebut adalah pada aspek kebahasaannya, isyarat-isyarat ilmiyah dan muatan hukum yang terkandung didalamnya. Saking pelik, unik, rumit dan keluar biasaanya tak pelak ia menjadi objek kajian dari berbagai macam sudutnya, yang darinya melahirkan ketakkjuban bagi yang beriman dan cercaan bagi yang ingkar.
Namun demikian, seiring dengan waktu dan kemajuan intelekstualitas manusia yang diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern, sedikit demi sedikit nilai-nilai tersebut dapat terkuak dan berpengaruh terhadap kesadaran manusia akan keterbatasan dirinya, sebaliknya mengokohkan posisi Al-Qur`an sebagai kalam Tuhan yang Qudus yang berfungsi sebagai petunjuk dan bukti terhadap kebenaran risalah yang dibawa Muhammad. Serentetan nilai Al-Qur`an yang unik, pelik, rumit sekaligus luar biasa hingga dapat menundukkan manusia dengan segala potensinya itulah yang lazimnya disebut dengan mu’jizat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan uraian yang diulas di atas maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan I’jaz atau mu’jizat.
2. Bagaimanakah pengetahuan tentang al-Qur’an.
3. Apa saja dan Bagaimana rahasia-rahasia yang ada dalam al-Qur’an
4. bagaimanakah segi-segi kemu’jizatan al-Qur’an
C. Tujuan
Setiap sesuatu yang ada di dunia ini pasti mempunyai tujuan. tak terkecuali makalah ini, pasti juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, diantara tujuannya adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan I’jaz atau mu’jizat.
2. Lebih memperdalam pengetahuan tentang al-Qur’an.
3. Menyingkap rahasia-rahasia yang ada dalam al-Qur’an
4. Mengetahui segi-segi kemu’jizatan al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN
1. Pengertian Mu’jizat
Kata “Mukjizat” menurut Quraish Shihab berasal dari bahasa Arabأعجز yang berarti “melemahkan atau menjadikan tidak mampu”, sedangkan ة“” ta’ marbutah pada kata معجزة menunjukkan makna mubalaghoh (superlative)[1]. Menurut kamus besar Purwo Darminto adalah “kejadian ajaib/luar bisaa yang sukar dijangkau oleh kemampuan manusia”[2]. Sedangkan menurut pakar agama Islam adalah “suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang disebut Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang di tantangkan pada yang meragukan, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut”. Manna’ Khalil Al-Qattan menjelaskan bahwa pengertian “Kelemahan” secara umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, sehingga nampaklah kemampuan dari “mu’jis”(sesuatu yang melemahkan). Dan kata I’jas dalam konteks ini adalah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab beserta generasi-generasi setelahnya untuk menghadapi mu’jizatnya yang abadi( Al-Qur`an).
Dari definisi tersebut di atas dapat diturunkan beberapa pengertian diantaranya:
a) Kejadian luar biasa yang “sukar” dijangkau oleh kemampuan manusia.
Dalam bukunya yang berjudul “Mukjizat Al-Qur`an” Quraish Shihab menjelaskan bahwa kejadian luar biasa yang dimaksud adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat yang terdapat secara umum pada hukum-hukum alam (sunatullah) yang diketahui oleh manusia. Namun demikian penulis lebih berpendapat bahwa semua keajaiban yang terjadi di alam termasuk mukjizat semuanya adalah rasional artinya bahwa sebenarnya akal mampu menerima kebenaran logis terhadap mukjizat.
b) Melemahkan
Istilah ini juga menggoda pada kita untuk mengkaji ulang. Diantara pendapat datang kaum Sirfah. Abu Ishaq Ibrahim An-Nizam dan pengikutnya dari kaum syi’ah seperti al-Murtadha mengatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur`an adalah dengan cara shirfah (pemalingan). Artinya bahwa Allah memalingkan orang-orang Arab untuk menantang Qur’an, padahal sebenarnya mereka mampu, maka pemalingan inilah yang luar biasa yang selanjutnya pendapat ini di habisi oleh Qadi Abu bakar al-Baqalani ia berkata: “kalau yang luar biasa itu adalah shirfah maka kalam Allah bukan mukjizat melainkan Shirfah itu sendiri yang mukjizat” dengan berlandasan pada QS. Al-Isra’:88.
c) Dibawa oleh seorang nabi
Dalam buku yang sama Quraish Shihab menjelaskan, selain yang membawa nabi kejadian luar biasa tersebut bukan dinamakan mukjizat. Beliau menambahkan kalau terjadi pada seseorang yang kelak akan menjadi nabi maka disebut Irhash, adakalanya terjadi pada hamba Allah yang taat yang disebut karomah, dan apabila terjadi pada hamba yang durhaka disebut Istidroj (rangsangan untuk lebih durhaka) atau Ihanah (penghinaan). Semua peristiwa tersebut adalah merupakan tanda-tanda dan bukti atas kebesaran Allah agar siapapun yang menyaksikannya baik melalui akal maupun hatinya dapat beriman kepada Allah.
d) Sebagai bukti kerasulan
Dari definisi mukjizat, makna “bukti atau tanda” inilah yang paling utama bukan lemah dan melemahkan karena tujuan risalah (kerasulan) adalah agar seseorang mampu memahami dan meyakini bahwa risalah tersebut benar-benar dari Zat yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT. Adapaun bagi mereka yang sudah percaya terhadap kerasulan Nabi beserta apa yang disampaikannya yang berupa wahyu dari Tuhan maka peristiwa luar bisaa tersebut tetap disebut mukjizat. Sebab dimensi lain makna mukjizat(ketidak mampuan akal) tetap berlaku pada orang yang sudah percaya tersebut. Oleh karena itu fungsinya disamping sebagai “bukti” juga merupakan penjelasan dan pemantapan terhadap keyakinan seseorang.
e) Mengandung tantangan
Memang kebanyakan ulama diantara misalnya Syahrur juga melihat QS. Al-Isra’: 88 mengandung tantangan dan tantangan tersebut berakhir pada kelemahan mu’jas, namun hemat penulis bahwa sebenarnya Allah tidak hendak menantang orang-orang kafir. Bagaimana bisa Tuhan menantang mahluknya jelas inpossible, karena maksud dan tujuannya bukan untuk menantang.
2. Ma’na Kemu’jizatan Al-Qur’an
Berdsarkan sifatnya, mukjizat (Al-Qur`an) yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. Sangatlah berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi terdahulu. Jika para nabi sebelumnya bersifat Hissiy-Matrial sedangkan Al-Qur`an bersifat maknawy / immateri. Perbedaan tersebut bertolak pada dua hal mendasar yaitu ;
pertama, para nabi sebelum Muhammad SAW Ditugaskan pada masyarakat dan masa tertentu. Oleh karenanya mukjizat tersebut hanya sementara. Sedangkan Al-Qur`an tidak terbatas pada masyrakat dan masa tertentu sehingga berlaku sepanjang masa.
Kedua, secara historis-sosiologis dalam pemikirannya manusia mengalami perkembangan. Auguste Comte(1798-1857) sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab- ia berpendapat bahwa pikiran manusia dalam perkembangannya mengalami tiga fase. Pertama Fase keagamaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia ia mengembalikan penafsiran semua gejala yang terjadi pada kekuatan Tuhan atau dewa yang diciptakan dari benaknya. Kedua fase metafisika, yaitu manusia berusaha menafsirkan gejala yang ada dengan mengembalikan pada sumber dasar atau awal kejadiannya. Ketiga fase ilmiah, dimana manusia dalam menafsirkan gejala atau fenomena berdasarkan pengamatan secara teliti dan eksperimen sehingga didapatkan hukum-hukum yang mengatur fenomena tersebut[3]. Posisi Al-Qur`an sebagai mukjizat adalah pada fase ketiga dimana ditengarahi bahwa potensi pikir-rasa manusia sudah luar biasa sehingga bersifat universal dan eternal.
3. Bentuk Kemu’jizatan Al-Qur’an
Bila kita berbicara tentang kemu’jizatan al-Qur’an maka tiada haibisnya, oleh karena itu pada bahasan ini akan kami ulas secara globalnya. Diantaranya dilihat dari segi-segi tertentu :
a. Dari Segi Sastra
Dari segi kebahasaan dan kesastraannya Al-Qur`an mempunyai gaya bahasa yang khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari pemilihan huruf dan kalimat yang keduanya mempunyai makna yang dalam. Usman bin Jinni (932-1002) seorang pakar bahasa Arab sebagaimana dituturkan Quraish Shihab- mengatakan bahwa pemilihan kosa kata dalam bahasa Arab bukanlah suatu kebetulan melainkan mempunyai nilai falsafah bahasa yang tinggi. Kalimat-kalimat dalam Al-Qur`an mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang konkrit sehingga dapat dirasakan ruh dinamikanya, termasuk menundukkan seluruh kata dalam suatu bahasa untuk setiap makna dan imajinasi yang digambarkannya. Kehalusan bahasa dan uslub Al-Qur`an yang menakjubkan terlihat dari balgoh dan fasohahnya, baik yang konkrit maupun abstrak dalam mengekspresikan dan mengeksplorasi makna yang dituju sehingga dapat komunikatif antara Autor(Allah) dan penikmat (umat)[4].
Kajian mengenai Style Al-Qur`an, Shihabuddin menjelaskan dalam bukunya Stilistika Al-Qur`an, bahwa pemilihan huruf dalam Al-Qur`an dan penggabungannya antara konsonan dan vocal sangat serasi sehingga memudahkan dalam pengucapannya. Lebih lanjut dengan mengutip Az-Zarqoni keserasian tersebut adalah tata bunyi harakah, sukun, mad dan ghunnah(nasal). Dari paduan ini bacaan Al-Qur`an akan menyerupai suatu alunan musik atau irama lagu yang mengagumkan. Perpindahan dari satu nada ke nada yang lain sangat bervariasi sehingga warna musik yang ditimbulkanpun beragam. Keserasian akhir ayat melebihi keindahan puisi, hal ini dikarenakan Al-Qur`an mempunyai purwakanti beragam sehingga tidak menjemukan. Misalnya dalam surat Al-Kahfi (18: 9-16) yang diakhiri vocal “a” dan diiringi konsonan yang berfariasi, sehingga tak aneh kalau mereka (masyarakat Arab) terenyuh dan mengira Muhammad berpuisi. Namun Walid Al-mughiroh membantah karena berbeda dengan kaidah-kaidah puisi yang ada, lalu ia mengira ucapan Muhammad adalah sihir karena mirip dengan keindahan bunyi sihir (mantra) yang prosais dan puitis. Sebagaimana pula dilontarkan oleh Montgomery Watt dalam bukunya “bell’s Introduction to the Qoran” bahwa style Quran adalah Soothsayer Utterance (mantera tukang tenung), karena gaya itu sangat tipis dengan ganyanya tukang tenung, penyair dan orang gila. Terkait dengan nada dan lagam bahasa ini, Quraish Shihab mngutip pendapat Marmaduke -cendikiawan Inggris- ia mengatakan bahwa Al-Qur`an mempunyai simponi yang tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita. Misalnya dalam surat An-Naazi’at ayat 1-5. Kemudian dilanjutkan dengan lagam yang berbeda ayat 6-14, yang ternyata perpaduan lagam ini dapat mempengaruhi psikologis seseorang.
b. Dari Segi kebahasaan
· Keunikan dalam aspek kebahasaan;
a. Keseimbangan jumlah kata dengan antonimnya, diantaranya; al-hayy (hidup) dan al-maut (mati) sebanyak 145 kali; al-naf (manfaat) dan al-madharah (madarat) sebanyak 50 kali; al-har (panas) dan al-badr (dingin) sebanyak 4 kali
b. Keseimbangan jumlah kata dan sinonimnya, diantaranya; al-hars dan al-zi’arah (membajak/bertani) sebanyak 14 kali; al-zhahr dan al-‘alamiyah (nyata/tidak nyata) sebanyak 16 kali
c. Keseimbangan jumlah antara suku kata dengan kata lain yang menunjuk kepada akibatnya, diantaranya; al-infak (infak) dengan al-rida (rida) sebanyak 73 kali; al-bukhl (kikir) dan al-khasyarah (penyesalan); al-fasyah (keji) dengan al-ghadzbah (murka) sebanyak 26 kali
d. Keseimbangan antara jumlah kata dengan kata penyebabnya, misal; al-asra’ (tawanan) dengan al-harb (perang); as-salam (kedamaian) dengan al-thayyibah (kebajikan) sebanyak 60 kali
e. Keseimbangan-keseimbangan lain yang bersipat khusus, misalnya; kata yaum [hari] dengan bentuk tunggal sebanyak 365 kali, sesuai dengan jumlah hari dalam setahun. Kata ayyam [bentuk jama dari yaum] jumlah pemakainnya 30 kali, sesuai dengan jumlah hari dalam sebulan. Kata syahr [bulan] hanya ada 12 kali, sesuai dengan jumlah bulan dalam setahun
· Keindahan susunan kata dan pola-pola kalimatnya dalam ragam bahasanya yang indah, fasih dan mudah dipahami; bebas dari tanafur (kontradiksi) dan ta’kid (rumit dan sulit).
c. Aspek ilmiyah Al Qur’an
Kemukjizatan ilmiah Al Qur’an bukanlah terletak pada pencakupan akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah. Akan tetapi ia terletak pada dorongan untuk berpikir, mengkaji, meneliti dan menggunakan akal serta memperhatikan alam semesta. Kemukjizatan Al Qur’an terdapat pada isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkan dalam konteks hidayah. Beberapa Contoh;
a. Oksigen dapat berkurang pada lapisan-lapisan udara yang tinggi. Semakin tinggi manusia berada dilapisan udara, maka semakin sesak dan sulit bernapas. Firman-Nya:” [QS. Al-An’am: 125].
b. Matahari bergerak kea rah yang telah ditentukan. (QS. Yaa Siin:38-40) Sebelum abad ke 20 para ilmuwan bependapat bahwa matahari tidak bergerak. Padahal matahari memiliki gerakan hakiki di ruang angkasa dengan ukuran dan arah tertentu.
c. Evolusi bentuk janin (QS. Nuh:14)
d. Dan lain sebagainya yang tersebar dalam berbagai disiplin ilmu.
Ibnu Suraqah berkata, "Ahlul Ilmi berpendapat tentang sisi kemukjizatan Al-qur`ân. Mereka menyebutkan Al-qur’ân, dan menyebutkan sisi-sisinya yang sangat banyak yang kesemuanya penuh hikmah dan benar.
Sekelompok Ulama’ berkata, "Sisi kemukjizatannya terletak pada penyampaiannya yang ringkas dengan kandungan balaghahnya.
Diantara pendapat yang lainnya adalah :
a. Terletak pada albayân dan fashahâhnya
b. Pembacanya tidak merasa bosan dengannya
c. Menyebutkan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu
d. Isinya mencakup semua ilmu pengetahuan, dan lain-lainnya.
Syekh Muhammad Abdul `azhim Azzarqani menyebutkan 14 sisi-sisi kemukjizatan yang terdapat dalam Alqur`ân. Diantaranya adalah:
1. Dari sisi bahasa dan uslubnya yang indah, sehingga membuat para ahli fashâhah terkesima
2. Alqur`an diturunkan secara berangsur-angsur, selama lebih dari 20 tahun.
3. Kandungannya yang mencakup seluruh sisi pengetahuan manusia
4. Selaras dengan kebutuhan manusia di segala masa dan waktu
5. Adanya ayat-ayat teguran untuk rasulullah saw. Kalau lah alqur`an itu perkataan nabi muhammad saw, tidaklah mungkin beliau mencantumkan terguran-teguran itu di dalam alqur`an.
Pendapat-pendapat Para Ulama’ Tentang Mu’jizat Al-Qur’an
§ Abu Ishaq Ibrahim An Nazhzham berpendapat, bahwasanya kemukjizatan Al- Qur`an adalah dengan shurfâh, pendapat ini pun diikuti oleh pengikutnya yang bernama Al Murtadha dari golongan Syi`ah.
Ash shurfâh dalam pandangan An Nazhzham adalah: bahwasanya Allah memalingkan bangsa Arab dari penentangan terhadap Al-Qur`an meskipun mereka mempunyai kemampuan untuk itu sehingga pemalingan ini suatu hal diluar kesanggupan mereka.
§ Sebagian kaum berpendapat, bahwa A-Qur`an memiliki sisi- sisi kemu`jizatan dari sisi balaghahnya yang telah mencapai puncak kegemilangannya yang tidak ada tandingannya. Pendapat ini dikemukan oleh pakar bahasa Arab yang sangat mencintai nilai- nilai sastra yang tinggi.
§ Sebagian yang lain mengatakan, sesungguhnya sisi kemu`jizatan Al-Qur`an itu terdapat pada sisi Al Fawâshil dan Al maqâthi`.
§ Yang lain mengatakan bahwasanya i`jâz Alquran itu terletak pada pengkabarannya terhadap perkara–perkara yang gaib, baik yang akan terjadi di masa depan ataupun yang sudah terjadi di masa lalu.
§ Sebagian yang lain berpendapat bahwasanya sisi-sisi kemu`jizatan al-Qur`an itu terdapat pada kandungannya, berbagai macam disiplin ilmu dan hikmah yang tinggi.
d. Aspek Kemukjizatan Syariat
Manusia secara naluri membutuhkan orang lain. Dan rasa saling membutuhkan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari manusia. Sikap hidup saling bantu membantu merupakan gambaran begitu perlunya terbina hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain.
Namun disi lain, sering kali kita temukan seseorang berlaku zhalim pada orang, atau mengambil hak-hak orang lain dengan paksa. Hal ini terjadi disebabkan tidak adanya nya peraturan atau undang-undang yang diberlakukan untuk menjaga kehormanisan kehidupan ditengah manusia. Sehingga pada akhirnya kehidupan manusia akan kacau dan hak-hak setiap orang terampas oleh orang yang lebih kuat.
Sudah banyak kita temukan dalam sejarah kehidupan manusia tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan adil, tapi sering kali upaya itu tidak sampai pada tujuan yang diinginkan. Sehingga kehidupan harmonis yang diharapkan tidak pernah terealisasi.
Islam datang membawa keadilan, membawa syariat untuk menciptakan kenyaman dalam hidup bermasyarakat. Dalam pembentukan masyarakat yang baik tidak dapat terlepas dari upaya awal untuk membentuk dan mendidik kepribadian yang baik pula. Sehingga bila setiap individu yang menjadi anggota masyarakt telah baik, secara tidak langsung kebaikan itu akan memunculkan kebaikan koletif.
Al-Qur`an menuntun setiap muslim untuk memegang teguh ketauhidan yang merupakan landasan pokok dalam beramal. Ketauhidan ini akan menjauhkan dirinya dari keyakinan terhadap khurafat, keraguan, dan dari menjadi budak nafsu serta penyembahan terhadap syahwat. Sehingga ia menjadi seorang hamba yang bersih keyakinannya pada Allah. Yang hanya patuh dan tunduk pada Tuhan yang satu. Tidak butuh kepada selainNya. Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Yang darinya datang segala kebaikan untuk segenap makhlukNya. Dialah tuhan yang satu, pencipta yang satu, yang maha kuasa atas segala sesuatu.
Apabila akidah seorang muslim telah lurus dan benar maka hendaklah ia mengambil konsep hidupnya sesuai dengan tuntunan syariat yang dinyatakan dalam Al-Qur`an. Setiap ibadah fardhu yang ditujukan untuk kemaslahatan individu akan tetapi pada waktu yang bersamaan ia juga bertujuan untuk kemaslahatan hidup bersama.
Ibadah shalat bertujuan untuk mencegah seseorang dari berperilaku keji dan mungkar [Al-Angkabut : 45]. Dengan terlaksananya shalat dengan baik, akan terpancarlah pada diri seorang muslim sikap yang baik pula, tenang dan membawa kedamaian pada orang yang ada disekitarnya.
Zakat membuang dari diri sikap bakhil, kecintaan pada dunia, ketamakan pada harta. Disisi lain zakat akan menjadi sarana saling tolong menolong antara yang kaya pada yang miskin. Dimana yang kaya memberikan sebahagian dari hartanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan berhak.
Ibadah haji adalah sarana untuk latihan diri menempuh kesulitan. Pada saat haji semua manusia akan berkumpul pada satu tempat, semuanya dengan pakaian yang sama, dan tidak ada yang membedakan mereka kecuali ketakwaan.
Sedangkan puasa melatih seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya. Ketika berpuasa seseorang akan dilatih untuk menahan amarahnya. Disamping akan terlatih kejujurannya. Semua ibadah diatas bila dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya akan melahirkan dalam diri setiap muslim pribadi yang soleh, Al-Qur`an juga mengajarkan untuk berlaku sabar, jujur, bersikap adil, ihsan, memaafkan orang lain dan sikap-sikap mulia lainnya.
e. Kemukjizatan Al-Qur`an dari aspek kisah-kisah purba
Diantara hal yang menarik dari Al-Qur`an adalah bahwa Al-Qur`an memuat beberapa cerita kaum-kaum terdahulu, hingga jauh ke hulu sejarah peradaban umat manusia yang tak mungkin buku sejarah manapun mampu mengcover secara akurat. Memang Al-Qur`an tidak memaparkan secara kronologis-histories, karena memang Al-Qur`an bukanlah buku sejarah. Al-Qur`an menggunakan sejarah purba tersebut hanya sebagai icon terhadap sebuah fenomena tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu. Sehingga starting pointnya dalam memahami kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an bukan dari dimensi histories ansih, melainkan dari dimensi agama kisah merupaka metode Tuhan dalam rangka menyampaikan ajaran yang terkandung di dalamnya.
Bahkan Al-Qur`an juga memberi informasi terhadap kejadian-kejadian yang bakal terjadi, misalnya kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia pada masa sekitar sembilan tahun sebelum peristiwa tersebut terjadi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Menanggapi masalah definisi mukjizat yang telah dihadirkan para ulama, penulis lebih cenderung pada makna “bukti”, hal ini didasarkan pada bahwa kata “mukjizat” tidak ditemukan dalam al-quran melainkan kata “ayat”. Bukti-bukti inilah yang luar biasa sehingga manusia khusunya masyarakat Arab ketika itu bertekuk lutut atau paling tidak sebenarnya mereka mengakuinya. Diantara bukti-bukti yang luar biasa tersebut adalah pada aspek kebahasaannya, isyarat-isyarat ilmiyah dan muatan hukum yang terkandung didalamnya.
Ditilik dari kebahasaan, Al-Qur`an mempunyai kandungan makna luar biasa baik yang dihasilkan dari pemilihan kata, kalimat dan hubungan antar keduanya, efek fonologi terhadap nada dan irama yang sangat berpengaruh terhadap jiwa penikmatanya atau efek fonologi terhadap makna yang ditimbulkan serta deviasi kalimat yang sarat makna. Ditambah lagi adanya keseimbangan redaksinya serta keseimbangan antara jumlah bilangan katanya. Sehingga tak heran bila Al-Qur`an menempatkan dirinya sebagai seambrek simbul yang sangat kominikatif lagi fenomenal.
Tak kalah serunya Al-Qur`an dilihat dari demensi ilmiyah. Bagaimana Al-Qur`an mendiskripsikan tentang reproduksi manusia, hal ihwal proses penciptaan alam beserta frora dan faunanya tentang awan peredaran matahari dan seterusnya yang semua itu dapat dibuktikan keabsahannya melalui kacamata ilmiyah, sehingga menujukkan bahwa Al-Qur`an sejalan dengan rasio dan akal manusia.
Adanya kisah-kisah misterius dalam Al-Qur`an, menempatkannya sebagai ajaran kehidupan yang mencakup total tata nilai mulai hulu peradaban umat manusia hingga hilirnya. Bahwa peristiwa-peristiwa tersebut sengaja dihadirkan oleh Tuhan agar manusia mampu menjadikannya sebagai ‘ibrah kehidupan. Ia merupakan sebuah metode yang dipilih Tuhan untuk menuangkan nilai yang terkandung didalamnya.
Keistimewaan Al-Qur`an yang paling esensi adalah petunjuk hukum secara kooperatif, komprehensif dan holistik baik yang berkenaan masalah akidah, agama, sosial, pilitik dan ekonomi yang secara umum bertolak pada azaz keadilan dan keseimbangan, baik secara jasmani dan rohani, dunia dan akhirat atau manusia sebagai indifidu, social masyarakat atau dengan Tuhannya. Demikianlah yang dapat penulis paparkan dan akhirnya wallahu ‘alam bish-shawab.
2. Saran
Demikianlah makalah ini kami persembahkan dan hanya sebatas inilah kemampuan penulis dalam menyusun makalah. Semoga para pembaca terutama dosen pengampuh mata kuliah ilmu Bahasa Indonesia Perguruan tinggi STAI BU Tambakberas Jombang dapat mengambil sedikit banyak manfa’at dari makalah ini.
Saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak terutama teman-teman seperjuangan di perguruan tinggi STAI BU Tambakberas Jombang serta dari dosen-dosen yang sangat kami harapkan. Dan semoga makalah ini memberi guna dan manfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http:/alqur’an.www.com
islam/http://ms.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://answering-
Al-Qur`an Terjemah versi مجمع الملك المدينة المنورة 1418 H
Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 596, Balai Pustaka Jakarta, Cet. Ke II 1989
Shihab. M Qurays, Mukjizat Al-Qur`an, Misan Bandung. 1999
Manna’ Khalil al_Qattan. Studi Ilmu Qur’an ( terjamahan dariمباحث في علوم القرآن ), Litera Antar Nusa dan Pustaka Ilmiyah, IKAPI : Yogyakarta
Munawar. Said Aqil, MA. Al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002
Qulyubi.Shihabudin. Stilistika Al-Qur`an. Titan Ilahi Perrs : yogyakarta
Syahrur.M. al-Kitab wa Al-Qur`an (qiraatun mu’asharatun), Syarikah Al-matbuu’ah littauzii’ wa an-nasyr Beirut Libanon
Ahmad Ash Showy (et.al) Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP Jakarta cet. Ke IV 1999
[2] Dekdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 596, Balai Pustaka Jakarta, Cet. Ke II 1989
[3] Lih. M. Syahrur dalam bukunya al-Kitab wa al-Quran (qiraatun mu’sharatun), Syarikah Al-matbuu’ah littauzii’ wa an-nasyr Beirut Libanon cetakan ke VI 2000. hal 179
[4] Prof. DR. H. Said Aqil Munawar, MA, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Ciputat Press Jakarta, Cetakan ke 2 Agustus 2002, hal. 33-34
0 komentar:
Posting Komentar