PEMBAHASAN
MASYARAKAT
Berisi Pengertiannya, Asal-usul Terbentuknya, dan Tingkatan-tingkatannya
Manusia adalah hayawan an-nathiq yaitu makhluk atau hewan yang punya ketajaman akal atau pikiran, oleh sebab itu manusia disebut makhluq yang paling sempurna dalam bumi ini. Manusia dibekali akal, hati, nafsu dan syahwat oleh Allah SWT. Dari sinilah manusia derajatnya terangkat jauh di atas para malaikat dan para makhluk yang lain.
Di sisi lain ada hal yang menarik untuk kita bahas. Dari hati, nafsu, syahwat dan akal manusia mempunyai inisiatif-inisiatif serta kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi. Menurut Mohammad Ismail dalam diri manusia terdapat ithoqoh al-hayat (daya kehidupan ) yang memotivasi manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang menuntut adanya pemenuhan kebutuhan tersebut. Menurut Syeh Abu Bakar Al ahdali Tingkatan kebutuhan itu ada lima macam :
a. Tingkat Dlorurot
Tingkatan ini menyebabkan adanya kematian atau mendekati kematian jika kebutuhan itu tidak terpenuhi. Sehingga pada tingkatan ini seorang boleh melakukan hal-hal yang dilarang seperti makan bangkai.
b. Tingkat hajat
Dalam tingkatan ini seorang menuntut sampainya hal yang dibutuhkan, bila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka ia akan merasakan kesulitan atau keberatan. Ini bisa dicontohkan bermasyarakat, karena tanpa adanya interaksi dan hubungan satu manusiadengan manusia yang lain ia akan merasa kesulitan dan kegelisahan yang mendalam.
c. Tingkat Manfa’at
Kebutuhan tingkat ini adalah dengan maksud mencari nilai tambah yang diperuntukkana untuk kemaslahatan dirinya. Dalam hal ini islam masih memperbolehkan . missal seorang makan dengan menggunakan 4 sehat 5 sempurna.
d. Tingkat Zinah ( berhias )
Pemenuhan kebutuhan ini dimaksudkan untuk suatu kepuasan dan kesenangan. Dalam tingkatan ini pun masih diperbolehkan selagi tidak menerobos rambu-rambu hukum.
e. Tingkat fudlul
dalam tingkatan ini sudah menganggap sepelenya hukum haram dan syubhat. Tingkat inilah yang dilarang agama.
Kebutuhan-kebutuhan di atas yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah kebutuhan bermasyarakat. Tanpa masyarakat atau interkasi dengan manusia yang lain seorang manusia akan merasa resah dan tidak tenang, karena hal ini bertujuan untuk saling bantu membantu, tolong menolong dan saling melengkapi diantara satu dengan yang lain.
A. Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah populasi tertentu yang mendiami suatu wilayah yang didalamnya terdapat norma-norma, hukum, nilai-nilai, aturan yang berjalan dan berfungsi kesemuanya itu mengatur individu-individu di wilayah tersebut untuk menjadi lebih baik bagi diri pribadi maupun khalayak atau orang lain.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan lain sebagainya manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
Sedang menurut para ahli sosiologi pengertian masyarakat diungkapkan sebagai berikut :
1) Peter l. Berger
Definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan.
2) Marx
masyarakat ialah keseluruhan hubungan - hubungan ekonomis, baik produksi maupun konsumsi, yang berasal dari kekuatan-kekuatan produksi ekonomis, yakni teknik dan karya
masyarakat ialah keseluruhan hubungan - hubungan ekonomis, baik produksi maupun konsumsi, yang berasal dari kekuatan-kekuatan produksi ekonomis, yakni teknik dan karya
3) Gillin & gillin
Masyarakat adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.
4) Harold j. Laski
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama
5) Robert maciver
Masyarakat adalah suatu sistim hubungan-hubungan yang ditertibkan (society means a system of ordered relations)
6) Selo soemardjan
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan
7) Horton & hunt
Masyarakat adalah suatu organisasi manusai yang saling berhubungan
8) Mansur fakih
Masyarakat adalah sesuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan masing-masing bagian secara terus menerus mencari keseimbangan (equilibrium) dan harmoni.
B. Asal-Usul Terbentuknya Masyarakat
Seperti pada penjelasan dan deskripsi di atas, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Hubungan timbal balik tersebut sudah barang tentu membutuhkan berkumpulnya satu individu dengan individu yang lain.
Manusia bisa membentuk masyarakat dengan rangkaian berikut :
1. Memiliki keinginan untuk menyatu
2. Adanya Norma yang menyatukannya
3. Bisa berinteraksi dengan alam lingkungan di sekitarnya.
4. Memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya.
5. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
Dari uraian di atas bisa kita simpulkan bahwasannya masyarakat bisa terbentuk harus ada anggotanya, dan menyadari norma-norma yang ada yang dihasilkan dari komunikasi, kebudayaan dan keterkaitan satu sama lainnya.
C. Tingkatan-tingkatan Dalam Masyarakat
Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.
Sebagian para ahli mencoba mengklasifikasikan masyarakat dengan cirri-ciri tertentu. Menurut Endang Saifuddin anshori dengan menggunakan paradigm Al-qur’an mengelompokkan masyarakat dalam 10 macam ;
1. Masyarakat muttaqun ( masyarakat yang taqwa )
Dalam Surat Ali Imron Ayat : 15 :
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (15)
2. Masyarakat mu’minun ( masyarakat yang beriman )
Dalam surat al-Mu’minun ayat 1-5 Allah berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5)
3. Masyarakat muslimun ( Masyarakat yang islami )
Dalam surat Ali Imron ayat 102 Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102)
4. Masyarakat muhsinun ( masyarakat yang punya sifat ihsan )
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat : 128
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ (128)
5. Masyarakat kafirun ( Masyarakat yang kafir )
Allah berfirman dalam surat Aal-A’rof ayat : 45
الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُمْ بِالْآَخِرَةِ كَافِرُونَ (45)
6. Masyarakat musyrikun ( masyarakat yang musyrik )
Dalam surat Yusuf ayat : 106
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ (106)
7. Masyarakat munafiqun ( mayarakat yang munafiq )
Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat : 101
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ (101)
8. Masyarakat fasiqun ( masyarakat yang fasiq )
Firman Allah dalam Surat al-Maidah 81
وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (81)
9. Masyarakat Dholimun ( Masyarakat yang dholim )
Dalam Surat al-Qosos ayat 59
وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِنَا وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَى إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ (59)
10. Masyarakat mutrofun ( masyarakat yang tidak perna bersyukur )
Dalam Surat al-Waqi’ah ayat 42-46
وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ (41) فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ (42) وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ (43) لَا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ (44) إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ (45) وَكَانُوا يُصِرُّونَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيمِ (46)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim ( al-maktabah as-syamilah )
Giddens Anthony dan David Held, 1981, Pendekatan Klasik dan Kontemporer mengenai Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik; Teori Sosial Kontemporer, Jakarta, Rajawali Pers.
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, Bulan Bintang, Jakarta,
Al-Qur’an al-Karim
Long, Norman, 1987, Sosiologi Pembangunan Pedesaan, Jakarta, Bina Aksara.
Mubyarto dan Sartono Kartodirdjo, 1988, Pembangunan Pedesaan Di Indonesia, Yogyakarta, Liberty.
Laeyendecker L. 1991, Tata, Perubahan, dan Ketimpangan; Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Arifin Nor H.M. 1997, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta, Pustaka Setia
Cohen Bruce J. 1983, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Bina Aksara
0 komentar:
Posting Komentar