KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan kuasa –Nya. Kami dapat menyusun makalh tentang hubungan antara islam dan masyarakat.
Semoga solawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni addinul islam.
Dengan terselesaikannya makalh ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang disekitar kami yang selalu member motifasi kepada kami sehingga kami mau berusaha keras untuk menyelesaikan makalah tentang Penjelasan Tentang Ilmu dan Pengalaman Pra Ilmiyah ini. Dan semoga makalah yang kami buat ini dapat menjadikan manfaat dan tambahnya ilmu bagi siapapun yang membacanya.
Ucapan terima kasih kami juga kami sampaikan kepada :
1. Orang tua kami yang telah membiayai kami untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi yang penuh barokah yakni (STAI BU)
2. Dosen kami Bu Machnunah Ani Zulfa, M. Pd. I, kami ucapkan terima kasih karena telah membimbing kami, memberikan ilmu pengetahuan kepada kami sehingga kami dapat membuat makalah ini.
Kami sebagai pembuat makalah ini sangat menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini sehingga laporan ini menjadi laporan yang sempurna, baik dan bermanfaat.
Jombang, 13 Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
A. Penjelasan tentang ilmu 2
B. Klasifikasi ilu dalam kurikulum pendidikan 6
C. Ilmu dan pengalaman pra ilmiah 7
BAB III : PENUTUP 11
A. kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu adalah hal yang sangat penting di dunia dalam menjalankan kehidupan manusia.Tanpa sebuah ilmu sesungguhnya manusia akan kesulitan dalam menghadapi problem- problem yang terjadi dalam kehidupannya, oleh karena itu semua manusia di dunia ini harus mempunyai ilmu sebagai bekal dalam kehipannya Ilmu adalah alat untuk menuju sebuah kesuksesan dan juga sebagai kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Keilmuan seseorang sebenarnya sudah dimiliki sejak ia dilahirkan ke dunia ini. Ilmu mempunyai peran yang sangat penting di kehidupan diantaranya sebagai alat untuk bagaimana mempunyai hidup yang sempurna. Ilmu itu da pada diri manusia sejak manusia itu mempunyai sebuah kemauan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan ilmu ?
2. Apa sajakah peran dari ilmu itu sendiri ?
3. Mengapa ilmu sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan?
4. Bagaiman caranya kita bisa untuk mendapatkan ilmu?
C. TUJUAN PENULIS
Dalam setiap hal pasti memiliki tujuan tersendiri seperti halnya makalah ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
1. Agar masyarakat tahu apa makna dari ilmu yang sebenarnya.
2. Menjadikan hidup lebih baik dengan menjdi orang yang berilmu.
3. Agar masyarakat tidak terpuruk dengan kebodohan.
4. Menjadikan masyarakat untuk lebih semangat dalam mencari ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penjelasan tentang ilmu
ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).
--MohammadHatta--
Definisi ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera manusia ------- Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan -suatu proposisi dalam bentuk: "jika,...maka..."
Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indera-indera masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu dalam memroses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu juga, definisi ilmu bisa berlandaskan aktivitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Kita dapat melihat hal itu melalui metode yang digunakannya.
Sifat-sifat ilmu
Dari definisi yang diungkapkan Mohammad Hatta dan Harjono di atas, kita dapat melihat bahwa sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang...
1. Berdiri secara satu kesatuan,
2. Tersusun secara sistematis,
3. Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
4. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
5. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya.
6. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.
7. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut: Segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan.
Mengapa ilmu hadir?
Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab, banyak sekali sisi-sisi kehidupan yang menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh sebab itulah, timbul pengetahuan (yang suatu saat) setelah melalui beberapa proses beranjak menjadi ilmu.
Bagaimanakah manusia mendapatkan ilmu?
Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran inilah, manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu pengetahuan sosial, ilmu pertanian, ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, dan lain-lain. Akal dan pikiran memroses setiap pengetahuan yang diserap oleh indera-indera yang dimiliki manusia.
Dengan apa manusia memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu?
Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu. Jadi, ilmu tidak hanya diam di satu tempat atau di satu keadaan. Ilmu pun dapat berkembang sesuai dengan perkembangan cara berpikir manusia.
B. Klasifikasi Ilmu dalam Kurikulum Pendidikan Islam
Ada beberapa pengklasifikasian tentang ilmu dalam pendidikan islam menurut beberapa pakar ilmu diantaranya :
1. Al-ghazaly membagi ilmu pengetahuan menjadi 3 kelompok ilmu, yaitu :
a. Ilmu yang tercela banyak atau sedikit. Ilmu ini tidak ada manfaatnya bagi manusia di dunia atau di akhirat, misalnya ilmu sihir, nujum dan perdukunan.
b. Ilmu yang terpuji, banyak atau sedikit, missal ilmu tauhid, ilmu agama.
c. Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu yang tidak boleh dialami, karena ilmu ini dapat membawa kepada kegoncangan iman, missal, ilmu filsafat.
1. Dari segi kelompok ilmu tersebut. Al- ghozaly membagi lagi menjadi 2 kelompok dilihat dari kepentingannya, yaitu:
a. Ilmu yang fardhu (wajib a’in) yaitu ilmu diketahui semua orang muslim yaitu ilmu agama. Ilmu Yang bersumber dari kitab suci Allah.
b. Ilmu yang fardhu kifayah untuk dipelajari oleh sebagian muslim. Ilmu ini adalah ilmu yang digunakan untuk memudahkan urusan duniawi, missal, matematika, ilmu kedokteran dll.
2. Ibnu Kaldum membagi ilmu menjadi 3 macam, yaitu :
a. Ilmu Lisan (bahasa) yaitu ilmu lugha, nahwu, bayan, dan satra (adab) atau bahasa yang tersusun secara puitis (syair).
b. Ilmu Naqli yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci al-qur’an dan sunah Nabi.
c. Ilmu Aqly yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia mempergunakan daya pikir atau kecerdasannya kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan.
3. Pendapat ibnu sina, pengetahuan ada 2 jenis yaitu :
a. Ilmu teoritis (nazhari) ialah ilmu alam, dan ilmu riyadhi (ilmu urai atau matematika).
b. Ilmu praktis (amali) ialah ilmu yang membahas tentang tingkah laku manusia dilihat dari segi tingkah laku individualnya. Ilmu ini menyangkut ilmu akhlak.
C. Aliran-Aliran Teori Pengetahuan
Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku
Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan. Termasuk ke dalamnya:
" Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa manusia."
" Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap pancainderanya".
" Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri."
Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk ke dalamnya:"
" Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada."
" Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya Pengetahuan Pra Ilmiah
C. Ilmu dan pengalaman pra ilmiah
Ilmu atau sains berasal dari bahasa latin scintia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami gejala-gejala alam.. ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren.agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah untuk menjadi Sesuatu bidang tertentu dan kenyataan dan disusun secara metodis, sistematis, serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci, dan setepat- tepatnyanya.
Ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan ilmiah dan pengetahuan pra ilmiah.
Pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas) ilmiahnya. Sedangkan pengetahuan yang prailmiah, walaupun sesungguhnya diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat acak, yaitu tanpa metode, apalagi yang berupa intuisi, sehingga tidak dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian, pengetahuan pra-ilmiah karena tidak diperoleh secara sistematis-metodologis ada yang cenderung menyebutnya sebagai pengetahuan “naluriah”.
Yang Dalam sejarah perkembangannya, di zaman dahulu yang lazim disebut tahap-mistik, tidak terdapat perbedaan di antara pengetahuan - pengetahuan yang berlaku juga untuk obyek-obyeknya. Pada tahap mistik ini, sikap manusia seperti dikepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya, sehingga semua obyek tampil dalam kesemestaan dalam artian satu sama lain berdifusi menjadi tidak jelas batas-batasnya.
Tiadanya perbedaan di antara pengetahuan-pengetahuan itu mempunyai implikasi sosial terhadap kedudukan seseorang yang memiliki kelebihan dalam pengetahuan untuk dipandang sebagai pemimpin yang mengetahui segala-galanya. Fenomena tersebut sejalan dengan tingkat kebudayaan primitif yang belum mengenal berbagai organisasi kemasyarakatan, sebagai implikasi belum adanya diversifikasi pekerjaan. Seorang pemimpin dipersepsikan dapat merangkap fungsi apa saja, antara lain sebagai kepala pemerintahan, hakim, guru, panglima perang, pejabat pernikahan, dan sebagainya. Ini berarti pula bahwa pemimpin itu mampu menyelesaikan segala masalah, sesuai dengan keanekaragaman fungsional yang dicanangkan kepadanya. mengambil jarak dari obyek di sekitarnya, dan dapat menelaahnya.
Orang-orang yang tidak mengakui status ontologis obyek-obyek metafisika pasti tidak akan mengakui status-status ilmiah dari ilmu tersebut. Itulah mengapa tahap ontologis dianggap merupakan tonggak ciri awal pengembangan ilmu. Dalam hal ini subyek menelaah obyek dengan pendekatan awal pemecahan masalah, semata-mata mengandalkan logika berpikir secara nalar. Hal ini merupakan salah satu ciri pendekatan ilmiah yang kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi metode ilmiah yang makin mantap berupa proses berpikir secara analisis dan sintesis. Dalam proses tersebut berlangsung logika berpikir secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan khusus dari yang umum. Hal ini mengikuti teori koherensi, yaitu perihal melekatnya sifat yang terdapat pada sumbernya yang disebut premis-premis yang telah teruji kebenarannya, dengan kesimpulan yang pada gilirannya otomatis mempunyai kepastian kebenaran. Dengan lain perkataan kesimpulan tersebut praktis sudah diarahkan oleh kebenaran premis-premis yang bersangkutan. Walaupun kesimpulan tersebut sudah memiliki kepastian kebenaran, namun mengingat bahwa prosesnya dipandang masih bersifat rasional–abstrak, maka harus dilanjutkan dengan logika berpikir secara induktif. Hal ini mengikuti teori korespondensi, yaitu kesesuaian antara hasil pemikiran rasional dengan dukungan data empiris melalui penelitian, dalam rangka menarik kesimpulan umum dari yang khusus. Sesudah melalui tahap ontologis, maka dimasukan tahap akhir yaitu tahap fungsional. Pada tahap fungsional, sikap manusia bukan saja bebas dari kepungan kekuatan-kekuatan gaib, dan tidak semata-mata memiliki pengetahuan ilmiah secara empiris, melainkan lebih daripada itu. Sebagaimana diketahui, ilmu tersebut secara fungsional dikaitkan dengan kegunaan langsung bagi kebutuhan manusia dalam kehidupannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimulan
1. Dengan lain perkataan, tidak menggarap hal-hal yang gaib seperti soal surga atau neraka yang menjadi garapan ilmu keagamaan.
2. Telaahan kedua adalah dari segi epistimologi, yaitu meliputi aspek normatif mencapai kesahihan perolehan pengetahuan secara ilmiah, di samping aspek prosedural, metode dan teknik memperoleh data empiris. Kesemuanya itu lazim disebut metode ilmiah, meliputi langkahlangkah pokok dan urutannya, termasuk proses logika berpikir yang berlangsung di dalamnya dan sarana berpikir ilmiah yang digunakannya.
3. Telaahan ketiga ialah dari segi aksiologi, yang sebagaimana telah disinggung di atas terkait dengan kaidah moral pengembangan penggunaan ilmu yang diperoleh.
Saran
a. jadilah seseorang yang berilmu, karena ilmu memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan di dunia ini.
b. Carilah ilmu sebanyak- banyaknya supaya bisa menakhlukkan dunia.
c. Pelajarilah ilmu karena ilmu tak kan pernah habis untuk dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nursa Sa’ad. Tathawwur al-fikry al- tarbawi. qahirah: Maktabah al- Istiglal, al-Kubra, 1970
MAKALAH ILMU DAN ILMIAH
23.08 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar