RSS

MAKALAH HAKEKAT KONSEP MANUSIA II

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang hakekat dan kedudukan manusia merupakan bagian amat esensial, karena dengan pengetahuan tersebut dapat diketahui tentang hakekat manusia, kedudukan dan peranannya di alam semesta ini. Pengetahuan ini sangat penting karena dalam proses pendidikan manusia bukan saja obyek tetapi juga sebagai subjek, sehingga pendekatan yang harus dilakukan dan aspek yang diperlikan dapat direncanakan secara matang.
Untuk lebih spesifiknya penulis akan mencoba memaparkan tentang konsep, eksistensi, martabat dan macam-macam tanggung jawab manusia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah :
1. Apa pengertian dari manusia dan bagaimana prosesnya ia diciptakan ?
2. Seberapa besarkah martabat manusia dimata islam ?
3. Tanggung jawab apa sajakah yang harus dilakukan manusia atas predikat hamba dan khalifah yang disandangnya ?
C. Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, diantaranya adalah:
1. Mengetahui pengertian tentang manusia dan proses diciptakannya.
2. Mengetahui seberapa besarnya martabat manusia menurut islam.
3. Mengetahui tanggung jawab kita sebagai manusia yang selanjutnya agar kita bias melaksanakannya.
4. Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan.
5. Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.



BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
A. Konsep Manusia
1. Pengertian Manusia Menurut Al-Qur’an
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama. Itulah antara lain hakikat manusia, hakekat wujud manusia yang lain ialah bahwa manusia itu makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok.
Al-Qur’an memperkenalkan tiga kata (istilah) yang bias digunakan untuk menunjuk pengertian manusia. Ketiga kata tersebut adalah al-Basyar ( البشر ), al-Insan ( الانسان ) dan an-Nas ( الناس ).
a. Al-Insan terbentuk dari kata nasiya yang berarti lupa. Kata al-Insan dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Penggunaan kata al-Insan pada umumnya digunakan menggambarkan pada keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya. Keistimewaan tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis disamping makhluk pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal dan kalbu. Potensi ini menempatkan manusia sebagai makhluk allah yang mulia dan tertinggi disbanding makhluk-Nya yang lain.
b. Kata al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali yang tersebar dalam 26 surat. Secara Etimologi, al-Basyar merupakan bentuk jamak dari kata al-Basyarat ( البشرة ) yang berarti kuliit kepala, wajah dan tubuh menjadi tempat tumbuhnya rambut. Pemaknaan manusia dengan al-Basyar memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhlik biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, minum, perlu hiburan, seks dan lain sebagainya. Kata al-Basyar ditunjukkan kepada seluruh manusiiatanpa terkecuali.
c. Kata an-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali yang tersebar dalam 53 surat. Kata an-Nas menunjukkan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan ditunjukkan kepada seluruh manusia secara umum tanpa melihat statusnya apakah beriman atau kafir. Penggunaan kata ini lebih bersifat umum dalam mendefinisikan hakikat manusia, disbanding dengan kata al-Insan.
2. Proses Kejadian Manusia
Di dalam Alqur’an proses kejadian manusia dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Manusia dijadikan Allah Swt berasal dari sari pati tanah, (Qs Al Hijr :28).
2. Dari segumpal tanah lalu menjadi nutfah (didalam rahim) segumpal darah, segumpal daging, tulang dibungkus dengan daging dan akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna (Qs Almukminun : 12-14).
3. Ditiupkan Ruh(Qs Alhijr :29).
4. Sebelum ruh ditiupkan, ketika masih didalam ruh manusia telah berjanji dan bersaksi mentauhidkan Allah (Qs Al A’raf :172).
Al Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti: Turap, Thien, Shal-Shal dan Sualah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari macam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal itu menimbulkan pendapat bahwa manusia berasal dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka segala sesuatu dapat terjadi.
Ayat yang menyatakan bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi, maka jadilah( kun fa yakun), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki Alloh pasti terwujud seketika. Dalam hal ini mesti dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa ya kana. Apa yang dikendaki Allah pasti terwujud dan wujudnya mungkin melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu didunia juga mengalami proses.
Jika kita perhatikan surat Ali Imran 59 Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dalam otak kita akan menimbulkan pemikiran bahwa apabila Isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya, Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah Adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung apa melalui proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendirianya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dan tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia Al-Qur’an cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang ini.
Dalam penciptaan manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai pelengkap dalam menunjang tugasnya.
Diantaranya:
a) Jasad
b) Ruh
c) Akal
d) Nafsu
e) Hati
Jasad adalah bentuk lahiriyah manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafsu adalah jiwa, Akal adalah daya fikir, dan Qalb adalah daya rasa. Disamping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah(An-Nisa’ 28) suka berkeluh kesah(Al-ma’arif 19), suka berbuat zalim ingkar(Ibrahim 34), suka membantah(Al-kahfi), suka melampaui batas(Al-alaq 6),suka berburu nafsu(Al-isra’ 11) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs, sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah akal dan qalb. Tetapi jika hanya dengan akal dan qalb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu hidayah yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang yang dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut(karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan dalam surat Al-baqarah 30 terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia adalah khalifah pertama. Dalam ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedangkan kata ja’ala mengarah pada suatu yang bukan baru, dengan arti kata”memberi bentuk baru” Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat bertanya pada Allah” apakah engkau akan menjadiakan dibumi mereka yang merusak alam dan berumpah darah?”
Oleh karena itu Al-Qur’an tidak berbicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu sekedar bersifat pengayaan saint untuk menambah wawasan pendakatan diri kepada Allah. Hasil pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatau saat dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru.
3. Persamaan dan Perbedaan Manusia Dengan Makhluk Lain.
Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, laut, maupun udara. Sedangkan bintang bergerak diruangan yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
Disamping itu, manusia dibekali akal dan hati, sehingga dapat memehami ilmu yang diturunkan Allah, berupa AlQur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Alloh menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya(at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah( makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah(QS. Al-Anam :165) karena ilmunya itu manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya.

B. Eksistensi dan Martabat Manusia Menurur Islam

1. Tujuan Hidup manusia

Sebagai makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan oleh Allah didunia, peranan manusia dalam kehidupan di bumi tentulah sangat vital. Oleh karena itu dalam hidup manusia memiliki banyak sekali tujuan. Adapun tujuan-tujuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua.
• Dilihat dari arahnya, dibedakan menjadi:
1. Tujuan hidup vertikal: Mencari ridho Allah(QS Al-Baqaroh 207)
2. Tujuan hidup horisontal; Bahagia dunia akhirat
• Dilihat dari segi lingkungannya:
1. Tujuan hidup pribadi(Albaqarah 22)
2. Tujuan hidup anggota keluaraga(Arrum:21)
3. Tujuan hidup anggota lingkungan(Al a’rof: 96)
4. Tujuan hidup warga negara / bansa(Saba’ : 15)
5. Tujan hidup warga duni(Al qashas : 77)
6. Tujuan hidup alam semesta(Al anbiya : 107)

C. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah
1. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba
Sebagai hamba Allah tanggung jawab manusia amat luas dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya.
Tanggung jawab manusia secara umum digambarkan oleh rasulullah SAW. Didalam hadist berikut. Dari umar RA katanya; “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda yang bermaksud:
“Semua oarang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggung jawabkan terhadap apa yang digembalainya. Serang laki-laki adalah pengembala dalam keluarganaya dan akan ditanya tentang pengembalaanya. Seoarang istri adalah pengembala dirumah suaminya dan akan ditanaya tentang pengembalaanya. Seoarang khadam adalah pengembala dalam harta tuannya dan akan ditanaya tentang pengembalaanya. Maka semua orang dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang penembalaanya”
(Mutafaq ‘alaih)
2. Manusia sebagai Khalifah Allah.
Diantara anugerah utama Allah kepada manusia adalah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakil-Nya di bumi. Dengan ini manusia berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapus kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Allah SWT berfirman yang artinya:
“dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepda malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan seoarang khalifah dibumi.Berkata malaikat : adakah hendak kau jadikan dibumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami senatisa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah: 30)
Dikalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih Allah melaksanakan tanggung jawab tersebut. Kareana manusia makhluk yang paling istimewa.
Dalam ayat lain Alloh SWT berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya), maka mereka enggan untuk memikulnya adn bimbang tidak dapat menyempurnakannya(karena tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan(pada ketika itu) manusia(dengan persediaan yang ada padanya)sanggup memikulnya(ingatlah)sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”
Dalam hal tanggung jawab manusia sebagai hamba juga sebagai khalifah serta kelebihan-kelebihan yang diberikan pada manusia maka, penting bagi manusia mengembangkan hal-hal tersebut.
1) Optimalisasi kemampuan
Dengan berbagai kelebihan tersebut, sangat penting bagi manusia untuk dapat mengembangkan diri dan mengoptimalkan kemampuan. Optimalisasi kemampuan tercermin dalam pemanfaatan kemampuan dari manusia itu sendiri terhadap terhadap potensi-potensi yang dimlikinya. Manusia diberikan kelebihan fisik tersebut guna memaksimalkan tugas kekhalifahan dibumi. Dengan otak manusia diharapkan kehidupan dibumi secara umum dapat berkembang dan terjaga dari kerusakan. Dengan tangan manusia diharapkan memiliki kemampuan mencipta, dalam arti mmemanfaatkan potensi sumber daya dari Allah. Dengan lisan manusia diharapkan memiliki kemampuan komunikasi baik. Dari hal-hal tersebut diatas maka jelaslah bahwa optimalisasi kemampuan tercermin dari optimalisasi potensi materi yang dimiliki oleh manusia dari Allah. Sekarang kita bisa melihat hasilnya yaitu dengan adanya kapal, pesawat terbang, motor, mobil, dan teknologi lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan makhluk: manusia, hewan dan tumbuhan.
2) Optimalisasi Pemanfaatan sumber Daya alam
Sesungguhnya semua fasilitas yang sudah tersedia didunia secara gratis seperti tumbuhan, binatang ,angin,udara,air dan apapun adalah untuk lanusia. Tentunya hal tersebut dimaksudkan untuk membantu kekhalifahan manusia dibumi. Allah berkali-kali mengatakan bahwa dalam melakukan suatu hal, janganlah pernah melampaui batas. Artinya manusia harus bisa berlaku normal sebagai mana adanya. Allah menyatakan bawasanya potensi-potensi alam itu tidak akan pernah habis tetapi hal tersebut berlaku apabila manusia memanfaatkan dengan sewajarnya. Namun kejadian sekarang ini, akibat industrialisasi, seluruh potensi alam hampir habis diserap untuk kepentingan manusia tanpa berfikir baik buruknya sehingga terjadi ketidak seimbangan dalam ekosistem. Sesungguhnya hal tersebut tidak harus terjadi apabila manusia taat dan patuh pada perintah Allah. Janganlah janganlah melampaui batas.
Keoptimalan peran manusia sebagai khalifah dibumi akan tercapai dengan sempurna apabila manusia dapat memanfaatkan segala pikiran hebatnya yang dianugerahkan dari Allah dengan menciptakan teknologi yang canggih dengan berdasarkan nilai keilahiannya(sifa-sifat Allah-asmaul Husna).






















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi pada diri kita. Kita juga dituntut terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah dibumi.
B. Saran-saran
1. Selalu bersyukurlah atas nikmat dan kebesaran allah yang telah menjadikan kita sebagai makhluk yang paling mulia disbanding dengan makhluk-Nya yang lain.
2. Mari kita buktikan akan rasa syukur kita dengan selalu berusaha melaksanakan apa-apa yang telah menjadi perintah-Nya dan manjauhi apa-apa yang telah manjadi larangan-Nya.
3. Mari kita jaga predikat sebagai makhluk yang paling mulia disisi-Nya dengan sekuat tenaga dan jangan sampai derajat mulia tersebut hilang darri kita.


$0A










DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis.2008.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Kalam Mulia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar