RSS

BUKU NAHWU

Memahami

Tahapan awal belajar
dengan Mudah

Written by :
Mbah Duan




PP. Kyai Mojo
Tambakberas Jombang Jawa Timur
Jl. KH. Abd. Wahab Chasbullah no. 216
Tlp: 0321 867232


جمعها ونقلها
الاستاد محمد علي رضوان البصري


يطلب من المعهد الاسلامي السلفي كياهي ماجا
تامباء براس جومبانج


KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الر حيم
الحمد لله رب العالمين. نحمده ونستعينه , ونستغفره من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا , أشهد أن لا اله الله وأشهد أن محمدا عبده رسوله , أللهم صل علي سيدنا محمد عبدك ورسولك النبي الأمي وعلي أله وصحبه وسلم تسليما بقد ر عظمة داتك في كل وقت وحين . أما بعد :
Alhamdulillahi robbil ‘alamin segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rohmat,hidayah dan inayahNya pada kita semua sehingga sampai saat ini kita semua masih dalam keadaan sehat kuat dan yang terpenting dalam keadaan iman dan islam.
Sholawat dan salam semoga tetap terhaturkan pada junjungan kita nabi agung, penebar rohmat dan penyebar benih kesucian cinta Yaitu Nabi Muhammad SAW. Pun kepada keluarga, para sahabat, tabi,in dan semua kaum muslimin muslimat.
Penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua yang tidak perna lelah mendidik dan membekali penulis sehingga masih bisa meneruskan jenjang pendidikanya secara terus menerus.
2. Kepada pengasuh PP Kyai Mojo ( Abah Drs KH. Imron Djamil & Bu Nyai HJ.Titi Maryam) yang telah banyak memberi inspirasi serta pendidikan lahir maupun batin.
3. Pada adhik tercinta yang sekarang dalam proses tahfidhul Qur’an yang senantiasa memberi dorongan-dorongan moral baik secara nasehat maupun teguran.
4. Pada semua santri pondok pesantren Kyai mojo yang telah memberi inspirasi dan bantuan sehingga penulis bisa menyeleseikan buku cetakan ini.

Semoga amal kalian semua diterima disisi Allah SWT dan dicatat sebagai amal hasanah yang menjadi syafa’at di hari kiamat nanti.

Penulis merasa terilhami untuk membuat buku atau cetakan yang berisi pelajaran-pelajaran pondok baik itu semisal terjemah ataupun penjelasan-penjelasan akan pelajaran-pelajaran yang ada di pesantren khusunya Pondok Pesantren Kyai Mojo. Karena penulis merasakan betapa pentingnya sebuah literatur sekaligus penjelasan akan pelajaran-pelajaran agama terkhusus di dunia pesantren mengingat banyaknya santri di era-era baru ini kesulitan dalam memahami kitab-kitab kuning.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan buku cetakan ini. Baik dari segi bahasa, terjemah atau uslub-uslub yang ada. Maka dari itu penulis sangat berharap saran,masukan serta bimbingan dari para pembaca untuk menyumbangkan idenya, partisipasinya dan pikiran-pikiran guna untuk lebih memperbaiki buku ini.
Akhirnya kami hanya mohon pada Allah SWT semoga buku ini memberi manfa’at pada kita semua dan khususnya pada semua santri terkhusus santri pondok pesantren kyai mojo tambakberas Jombang. Sehingga dapat mengantar dan mengkder anak-anak didik yang bermanfa’at,berguna bagi masyarakat bangsa dan Negara. Aamiin ya Robbal “alamin.

Jombang,25 Februari 2011
Penulis :

Moh Ali Ridwan
Sambutan Pengasuh Ponpes Kyai Mojo
Drs. KH Imron Djamil
بسم الله الرحمن الر حيم
ان الحمد لله جميعا والصلا ة والسلا م علي سيد نا محمد اشرف الخلق جمعا وعلي اله ا وصحبه الدي ننال السعا دة الحقيقية في الد نيا و العقبي اللهم صل علي محمد عبدك و نبيك ورسو لك النبي الامي وعلي اله وصحبه و سلم تسليما بقد ر عظمة دتك في كل وقت .
Segala puji bagi Allah sekaligus sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi Agung Mohammad SAW.
Alhamdu lillahi Robb al-‘alamin, Pondok Pesantren Kyai Mojo makin hari semakin mengembangkan sayap-sayapnya untuk semakin melangkah ke depan. Bukti yang mendasar anak-anak Kyai Mojo sudah semakin menanjakkan pemikiran dan kekreatifitasanya. Terkhusus pada terbitnya buku cetakan pertama ini. Saya ucapkan banyak terimakasih pada semua santri-santriku khususnya pada para mustahiq dan jajaran dewan guru yang senantiasa member bimbingan pada para santri walau melewati tanjakan-tanjakan batu serta tikungan-tikungan tajam dalam melangkah.
Pesan saya pada semuanya, terkhusus pada penulis, “Jadilah kalian orang yang suka laden-laden ilmu”. Artinya kemanapun kalian melangkah dan dimanapun kalian berada jadilah orang yang memberikan manfa’at dengan “ intisyaru al-ilmi” atu bentuk kemanfa’atan seperti dalam prinsip Kyai Mojo yang ada 5 poin:
1. Dzikir
2. Sebarkan manfa’at dan hindarkan madlorot
3. Selalu suci
4. Laksanakan sesuai aturan, dan
5. Tanyalah bila tidak tahu
Semoga dengan terbitnya buku cetakan ini para santri semakin terdorong untuk lebih berkeatif, berkarya dan yang terpenting adalah selalu dan selalu menambah wawasaan ilmu pengetahuan sekaligus menyebarkan ilmu-ilmu itu lewat kekreatifitasannya.
Semoga buku ini memberikan manfa’at pada kita semua baik di dunia maupun di akhirat, terkhusus pada penulis. Aamin ya Robb al-‘alamin.
Jombang,5 Februari 2011





Macam-macam Kalimat

• Keterangan :
Macam-macam kalimat yaitu :
1) Kalimat Isim : kalimat yang menunjukkan arti / makna pada dirinya sendiri tanpa disertai keterangan waktu atau zaman ( dengan kata lain isim adalah nama benda atau orang ).
Contoh : رجل , بيت , الرجل , البيت , مدرسة , غنم
 Tanda-tanda kalimat Isim
1. Bisa Kemasukan “al” (alif lam)
Contoh : الجهلِ والجُبنِ والبُخل
2. Bisa dibaca tanwin :
Contoh : موضوعٌ, فائزٌ, عليٌّ
3. Bisa dibaca jer atau bisa kemasukan huruf jer
Contoh : مررتُ بدارِكَ, سرتُ عن البلدِ, سرتُ في النّهار
4. Bisa dijadikan bentuk mudlof-mudlof ileh
Contoh : طالبُ علمٍ, لُؤْلؤُ الدمعِ, كتابُ رجلٍ

2) Kalimat Fi’il : kalimat yang menunjukkan pada dirinya sendiri yang disertai dengan keterangan waktu atau zaman ( atau lebih dikenal dengan kata kerja ).
Contoh نصر , ضرب , فتح , فرح , رضي ,
 Macam-macam Fi’il

a. Fi’il Madhi
Fi’il atau kata kerja yang menunujukan arti dirinya sendiri yang disertai dengan keterangan waktu lampau. Contoh : نصر , ضرب , فتح , فرح , رضي
Tanda-tanda kalimat Fi’il Madli :
1. Bisa kemasukan Qod ( قد ) yang mempunyai arti menguatkan. Contoh : قد قام زيد (zaid benar-benar telah berdiri)
2. Bisa kemasukan dlomir Mutaharek atau Ta’ Failah,
Contoh : فَعَلَت, فَعَلَتا, فَعَلتما, فَعَلتم, فَعَلنا
3. Bisa kemasukkan Ta’ ta’nis sakinah
Contoh : فَعَلَت, نصرت
4. Bisa kemasukan Nun Niswah
Contoh : فَعَلن

b. Fi’il Mudlore’
Fi’il atau kata kerja yang menunujukan arti dirinya sendiri yang disertai dengan keterangan waktu sekarang atau akan datang. Contoh : ينصر , يضرب , يفتح
Tanda-tanda Fi’il Mudlore’
1. Kemasukan huruf Mudloro’ah ( أ ن ي ت )
2. Bisa kemasukan Qod ( قد ) yang mempunyai arti jarang atau terkadang-kadang. Contoh : قد قام زيد (zaid benar-benar telah berdiri)
3. Bisa kemasukan Sin Tanfis ( س ) yang mempunyai arti akan datang.
Contoh : سيقوم زيد و سيحضر محمد وسيتعلم يكر
4. Bisa kemasukan saufa ( سوف ) yang berarti akan datang,
Contoh : سوف يقوم زيد و سوف يحضر محمد وسوف يتعلم يكر
5. Bisa kemasukan bisa kemasukan Nun Niswah ( نون نسوة )
Contoh : يَفْعِلن, تَفْعِلن,
6. Bisa kemasukan Ya’ Muannats Mukhotobah
Contoh : تَفْعِلين
7. Bisa kemasukan Nun Taukid
• Nun Taukid Tsaqilah (bersyiddah) contoh : يَفْعِلن, تَفْعِلن,
• Nun Taukid Khofifah (tanpa Syiddah) contoh : يَفْعِلن, تَفْعِلن,
8. Bisa kemasukan Ya’ Muannats Ghoibah
Contoh : يَفْعِلن, تَفْعِلن,

b. Fi’il Amar
Fi’il atau kata kerja yang menunujukan arti dirinya sendiri yang disertai dengan keterangan waktu sekarang atau akan datang. Contoh : أنصر , اضرب , افتح
Tanda-tanda Fi’il Amar
a. Bisa kemasukan Nun Taukid
• Nun Taukid Tsaqilah (bersyiddah) contoh : أَفْعِلن, أفْعِلن,
• Nun Taukid Khofifah (tanpa Syiddah) contoh : أفْعِلن, أفْعِلن,
b. Bisa kemasukan Lam Taukid
Contoh : ليَفْعِلن, لتَفْعِلن

3) Kalimat Huruf : kalimat yang tidak menunjukkan nama benda atau pekerjaan ( kata Bantu / kata sambung, atausemisalnya ).
Contoh : huruf jer , huruf athof , huruf istifham dll.
MACAM-MACAM HURUF
( KATA DEPAN, SAMBUNG, PENGHUBUNG DLL )
1. Huruf Nafi ( Menegatifkan Kalimat )
• " لم " (Menegatifkan kata kerja masa Sekarang)
(Dengan Cara menjazemkan fi’il Mudlore’nya ) contoh :لم ينصر زيد بكرا ( ZaidTidak menolong Bakar )
• " ولمَّا " ( sama dengan " لم " )
• "لن" (Menegatifkan kata kerja masa Akan datang)
(Dengan Cara menashobkan fi’il Mudlore’nya ) contoh :لن ينصر زيد بكرا ( ZaidTidak akan menolong Bakar )
• " ما " (Menegatifkan kata kerja masa lampau) contoh : ما رأيتَ المرأة ( Engkau tidak melihat wanita )
• " إنْ " (Menegatifkan kata kerja masa lampau) contoh : إن جاءَ إلا أنا ( Tidak ada yang datang kecuali saya )
• " لا " (Menegatifkan kata kerja masa lampau dan kata kerja masa Akan datang)

2. Huruf Athof ( kata penghubung )
1. الواوُ " (dan ) (menunjukkan arti kebersamaan )
2. " الفَاءُ " ( Maka/kemudian ) ( menunjukkan arti urutan )
3. " ثُمَّ " ( Kemudian ) ( menunjukkan arti urutan )
4. " حَتَّى " ( Kemudian / sehingga ) ( menunjukkan arti urutan/ akibat /hasil suatu pekerjaan )
5. " أَمْ " ( atau ) ( menunjukkan arti pilihan )
6. " أَوْ " ( atau ) ( menunjukkan arti pilihan )
7. " لَكِنْ " ( tetapi ) ( menunjukkan arti pertentangan )
8. " بَلْ " (tetapi / bahkan ) (menunjukkan arti perlawanan )
9. "لا "(tidak /bukan ) ( arti negative )

3. Huruf Jer
1. مِنْ ( dari )( Saking )
2. َإِلَى ( sampai / mareng )
3. َعَنْ (dari/sakeng/tentang )
4. َعَلَى (di atas/di / ingatase )
5. َفِي ( di / di dalam / ing dalem )
6. َرُبَّ ( pada / ing )
7. َالْبَاءُ (dengan / kelawan )
8. َالْكَافُ ( seperti / koyo )
9. اللَّامُ ( bagi / untuk / kepada (mareng /keduwe )
10. َحُرُوفُ اَلْقَسَمِ ( demi ) (demi Allah dll )
 اَلْوَاوُ
 َالْبَاءُ
 التَّاءُ
4) Huruf Jawab
 لا ( tidak )
 نعم ( Iya )
 بلي ( Iya )
5) Huruf Syarat
 ان ( jika / kalau / andaikata )
 لو ( jika / kalau / andaikata / seandainya )
 أما ( adapun )
6) Huruf Istifham ( kata Tanya )
 هل ( apakah )
 أ ( apakah )
7) Dan lain sebagainya .


SUSUNAN KALIMAT


KALAM
اَلْكَلَامُ : هو اَللَّفْظُ اَلْمُرَكَّبُ, اَلْمُفِيدُ بِالْوَضْعِ
KALAM adalah : lafadz yang tersusun dari dua kalimat atau lebih yang berfaidah dengan menggunakan wadlo’ (kesengajaan / bahasa arab).

• Lafadh adalah suara yang mengandung sebagian huruf hijaiyah, jika melihat pengertian ini maka suara burung, suara ayam dan suara mnbil tidak lah bisa disebut kalam.
• Mufid adalah sesuatu (ucapan/tulisan) yang memberi faidah secara sempurna sekira orang yang mendengar tidak menimbulkan pertanyaan lagi.
• Murokab adalah kalimat yang tersusun dari dua klimat atau lebih baik memberi faidah atau tidak
• Wadlo’ mempunyai dua pengertian :
a. Sesuai dengan kaidah bahasa arab
b. Sengaja dalam mengucapkannya.

Contoh Kalam
- قام زيد , ضرب عمرو بكرا
- حضر زيد
JUMLAH


Catatan :
a. Jumlah Fi’liyyah adalah jumlah yang tersusun atas fi’il dan fa’il seperti contoh : قام ابوه
b. Jumlah Ismiyah adalah jumlah yang tersusun atas Mubtada’ dan khobar. Contoh : زيد عالم

Cara Penyusunan Kalimat :
• Jika Berupa Jumlah Ismiyyah yang Mubtada’dan khobarnya sama-sama kalimat isim.
 Khobar Harus Sesuai Dengan Mubtada’nya
- Jika Mubtada’nya Mudzakkar maka Khobarnya harus Mudzakkar.
- Jika Mubtada’nya Muannats maka khobarnya harus Muannats.
- Jika Mubtada’nya Mufrod maka Khobarnya harus Mufrod.
- Jika Mubtada’nya Tasniyah maka khobarnya harus tasniyah.
- Jika Mubtada’nya jama’ maka khobarnya harus jama’.
Contoh :
1) Mubtada dan Khobar sama-sama Mudzakkar dan sama-sama mufrod.
سالم
المسلم

-Kata “ سالم “ Mudzakkar,
karna Mubtada’nya juga mudzakkar
-ia juga Mufrod karena Mubtada’nya juga mufrod. -Mudakkar
-Mufrod
2) Mubtada dan Khobar sama-sama Mudzakkar dan sama-sama Tatsniyah.
سالمان
المسلمان

-Kata “ سالمان “ Mudzakkar,
karna Mubtada’nya juga mudzakkar
-ia juga tasniyah karena Mubtada’nya juga tasniyah. -Mudakkar
-tasniyah

3) Mubtada dan Khobar sama-sama Mudzakkar dan sama-sama jama’ .
سالمون
المسلمون

-Kata “ سالمون “ Mudzakkar,
karna Mubtada’nya juga mudzakkar
-ia juga jama’ karena Mubtada’nya juga jama’. -Mudakkar
-jama’

4) Mubtada dan Khobar sama-sama Muannats dan sama-sama Mufrod .


سالمة
المسلمة

-Kata “ سالمة “ Muannats,
karna Mubtada’nya juga mudzakkar
-ia juga mufrod karena Mubtada’nya juga mufrod -Muannats
-mufrod

• Jika Berupa Jumlah Ismiyyah yang Mubtada’nya kalimat isim tetapi khobarnya kalimat fi’il)
 Khobar Harus Sesuai Dengan Mubtada’nya
- Jika Mubtada’nya Mudzakkar maka Khobarnya(fi’ilnya) harus Mudzakkar.
- Jika Mubtada’nya Muannats maka khobarnya(fi’ilnya) harus Muannats.
- Jika Mubtada’nya Mufrod maka Khobarnya(fi’ilnya) harus Mufrod.
- Jika Mubtada’nya Tasniyah maka khobarnya(fi’ilnya) harus tasniyah.
- Jika Mubtada’nya jama’ maka khobarnya(fi’ilnya) harus jama’.
- Jika Mubtada’nya ghoib maka khobarnya(fi’ilnya) harus ghoib.
- Jika Mubtada’nya mukhotob maka khobarnya(fi’ilnya) harus mukhotob.
- Jika Mubtada’nya mutakallim maka khobarnya(fi’ilnya) harus mutakallim.
Contoh :
a) Mubtada dan Khobar (fi’ilnya) sama-sama Mudzakkar ghoib dan sama-sama mufrod.


يحضر
زيد

-Kata “يحضر “ itu mudzakkar
karena mubtada’nya mudzakkar.
-juga mufrod karena mubtada’nya juga mufrod
-juga ghoib karena mubtada’nya juga ghoib. -mubtada’ mufrod
-mubtada’ mudzakkar
-mubtada’ ghoib
b) Mubtad` dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama Mudzakkar ghoib dan sama-sama tatsniyahnya.
يحضران
زيدان

-Kata “يحضران “ itu mudzakkar
karena mubtada’nya mudzakkar.
-juga tasniyah karena mubtada’nya juga tasniyah
-juga ghoib karena mubtada’nya juga ghoib. -mubtada’ tasniyah
-mubtada’ mudzakkar
-mubtada’ ghoib
c) Mubtada dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama Mudzakkar ghoib dan sama-sama jama’nya.
يحضرون
زيدون

-Kata “يحضرون “ itu mudzakkar
karena mubtada’nya mudzakkar.
-juga jama’ karena mubtada’nya juga jama’
-juga ghoib karena mubtada’nya juga ghoib. -mubtada’ berbentuk jama’
-mubtada’ mudzakkar
-mubtada’ ghoib

d) Mubtada dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama Muannats ghoibah dan sama-sama mufrod.
تحضر
فاطمة

-Kata “تحضر “ itu muannats
karena mubtada’nya muannats.
-juga mufrod karena mubtada’nya juga mufrod
-juga ghoib karena mubtada’nya juga ghoib. -mubtada’ mufrod
-mubtada’ muannats
-mubtada’ ghoib
e) Mubtada dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama Muannats ghoibah dan sama-sama tasniyah.
تحضران
فاطمتان

-Kata “تحضران “ itu muanats
karena mubtada’nya muannats.
-juga tatsniyah karena mubtada’nya juga tasniyah
-juga ghoib karena mubtada’nya juga ghoib. -mubtada’ tasniyah
-mubtada’ muannats
-mubtada’ ghoib
f) Mubtada dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama Muannats ghoibah dan sama-sama jama’.
يحضرن
فاطمات

-Kata “يحضرن “ itu muannats
karena mubtada’nya muannats.
-juga jama’ karena mubtada’nya juga jama’
-juga ghoib karena mubtada’nya juga ghoib. -mubtada’ jama’
-mubtada’ muannats
-mubtada’ ghoib
g) Mubtada dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama mudzakkar mukhothob dan sama-sama mufrod.
تحضر
أنت

-Kata “تحضر “ itu mudzakkar
karena mubtada’nya mudzakkar.
-juga mufrod karena mubtada’nya juga mufrod
-juga mukhothob karena mubtada’nya juga mukhotob. -mubtada’ mufrod
-mubtada’ mudzakkar
-mubtada’ mukhothob
h) Mubtada dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama mudzakkar mukhothob dan sama-sama tastniyah.
تحضران
أنتما

-Kata “تحضران “ itu mudzakkar
karena mubtada’nya mudzakkar.
-juga tasniyah karena mubtada’nya juga tasniyah
-juga mukhothob karena mubtada’nya juga mukhotob. -mubtada’ tasniyah
-mubtada’ mudzakkar
-mubtada’ mukhothob
i) Mubtada dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama mudzakkar mukhothob dan sama-sama jama’.
تحضرون
أنتم

-Kata “تحضر “ itu mudzakkar
karena mubtada’nya mudzakkar.
-juga jama’ karena mubtada’nya juga jama’
-juga mukhothob karena mubtada’nya juga mukhotob. -mubtada’ jama’
-mubtada’ mudzakkar
-mubtada’ mukhothob
j) Mubtada dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama mutakallim dan sama-sama mufrod.
أحضر
أنا

-Kata “أحضر “juga mufrod karena mubtada’nya juga mufrod
-juga mutakallim karena mubtada’nya juga mutakallim. -mubtada’ mufrod
-mubtada’ mukhothob
-bentuk mudzakkar dan muannats sama saja
k) Mubtada dan Khobar(fi’ilnya) sama-sama mudzakkar mukhothob dan sama-sama mufrod.
نحضر
نحن

-Kata “نحضر “ itu mutakallim karena mubtada’nya juga mutakllim -mubtada’ mutakallim
-untukm tasniyah dan jama’ bentuk nya sama
• JIka khobarnya berupa jer majrur atau dgorof madhruf
a) Maka tidak ada ketentuan bagi khobar, apapun bentuk mubtada’nya ( bebas )
Contoh :
في البيت / أمام المدرسة المسلم
في البيت / أمام المدرسة. المسلمان
في البيت / أمام المدرسة المسلمون
في البيت / أمام المدرسة أنت
في البيت / أمام المدرسة أنتما
في البيت / أمام المدرسة أنا

Jumlah Fi’liyah
Jumlah Fi’liyyah adalah jumlah yang tersusun atas fi’il dan fa’il seperti contoh : قام ابوه
Dalam ha ini harus memenuhi Ketentuan berikut :
1. Fi’il harus bersandar pada fa’ilnya , artinya fi’il harus disamakan dalam hal berikut :
• Mudzakkar dan Muannatsnya
- Jika fa’il mudzakkar maka fi’il juga harus mudzakkar
- Jika fa’il muannats maka fi’il juga harus muannats
2. Fi’il boleh disamakan juga boleh tidak disamakan dalam hal tastniyah dan jama’nya. Artinya :
 Jika fa’il tasniyah maka fi’il boleh berbentuk tasniyah juga boleh tetap mufrod.
 Jika fa’il jama’ maka fi’il boleh berbentuk jama’ juga boleh tetap mufrod.

Akan tetapi kebanyakannya / lazimnya fi’il tetap mufrod ( dengan catatan jika dalam bentuk jumlah fi’liyyah )
Contoh :
a) Fail berbentuk Mudzakar maka fi’ilnya juga harus mudzkkar
المسلم يفرح
b) Fail berbentuk Mudzakar maka fi’ilnya harus mudzkkar dan boleh tetap mufrod meskipun fa’ilnya berbentuk tasniyah atau jama’
المسلمان / المسلمون يفرح
c) Fail berbentuk Muanats maka fi’ilnya juga harus muannats
المسلمة تفرح
d) Fail berbentuk Muannats maka fi’ilnya harus muannats dan boleh tetap mufrod meskipun fa’ilnya berbentuk tasniyah atau jama’
المسلمتان / المسلمات تفرح

Kesimpulan





I’ROB
اَلْإِعْرَابُ هُوَ تغيير أَوَاخِرِ اَلْكَلِمِ لِاخْتِلَافِ اَلْعَوَامِلِ اَلدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظًا أَوْ تَقْدِيرًا.
I’ROB adalah : Perubahan akhir kalimat dikarenakan beda-bedanya amil yang masuk padanya. baik secara lafadz atau dikira-kirakan.
Dalam bahasan ilmu nahwu tidak akan perna terlepas dari tiga pokok bahasan, yaitu :
a) ‘Amil
العاملُ ما يُحدِثُ الرفعَ، أو النصب، أو الجزمَ، أو الخفضَ، فيما يَليهِ
Sesuatu yang bisa menyebabkan sebuah kalimat yang menyertainya menjadi Rofa’ , nashab , jer/khofdl dan Jazem .
b) ‘Amal
العملُ (ويُسمّى الإعرابَ أيضاً) هو الأثرُ الحاصلُ بتأثير العامل، من رفعٍ أو نصبٍ أو خفض أو جزم
‘Amal ( yang biasa disebut I’rob ) adalah akibat yang dihasilkan dari ‘amil baik rofa’, nashob, jer dan jazem.
c) Ma’mul
المعمولُ هو ما يَتغيَّرُ آخرُهُ برفعٍ، أو نصبٍ، أو جزمٍ، أو خفضٍ بتأثير العامل فيه
Ma’mul adalah sesuatu atau kalimat yang akhirnya bisa berubah baik dengan rofa’, nashob, jer, jazem yang disebabkan oleh ‘amil-‘amil yang masuk padanya.
Dalam kitab “ Jami’u al-Durus “ dijelaskan bahwa ‘amil adalah :
العاملُ ما يُحدِثُ الرفعَ، أو النصب، أو الجزمَ، أو الخفضَ، فيما يَليهِ
Sesuatu yang bisa menyebabkan sebuah kalimat yang menyertainya menjadi Rofa’ , nashab , jer/khofdl dan Jazem .
Dalam hal ini ‘amil terbagi menjadi dua :
a) ‘Amil Ma’nawi
b) ‘Amil Lafdhi
‘Amil Ma’nawi adalah :
هو تَجرُّدُ المبتدأ من عامل لفظي كان سبب رفعه. وتجرّدُ المضارع من عوامل النصب والجزم كان سببَ رفعه أيضاً
Yaitu sunyinya Mubtada’ dari ‘amil lafdhi yang mana menjadikan ia dibaca rafa’ dan sepinya fi’il mudlore’ dari ‘amil-‘amil nasshob dan jazem yang mana menyebabkan ia dibaca rofa’ pula.
Sedang ‘amil Lafdhi adalah هوَ المؤثرُ الملفوظُ
Yaitu ‘amil yang membekas yang dilafadhkan ( berbentuk lafadh ). Diantaranya :
1. الفعلُ
2. شِبهُ الفعل
3. الأدواتُ التي تنصبُ المُضارع أو تجزمُهُ
4. الأحرفُ التي تنصبُ المبتدأ وترفعُ الخبرَ
5. الأحرفُ التي ترفع المبتدأ وتنصب الخبر
6. حروف الجرِّ
7. المُضافُ
8. المبتدأ
MACAM-MACAM I’ROB
I’rob terbagi menjadi empat :
1). Rofa’ 2). Nashob 3). Jer /Khofedh 4). Jazem



1. TANDA-TANDA I’ROB ROFA’

a. DLOMMAH


b. WAWU

c. ALIF
Secara Khusus Alif menjadi tanda Rofa’ hanya pada asatu tempat yaitu pada isim Tastniyah. Contoh :
قام المسلمان , حضر الرجلان

d. NUN
Nun sebagai tanda I’rob Rofa’ juga hanya pada satu tempat yaitu pada Afa’alul khomsah. Yaitu fiil Mudlore’ yang bertemu dengan Dlomir Tatsniyah, wawu jam’ dan ya’ Muannats Mukhotobah. Contoh : يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين

2. I’rob NASHOB
I’rob Nashab mempunyai Lima tanda :

a. Fathah


b. Alif
Secara khusus Alif menjadi tanda Nashob pada Asmaul Khomsah. Contoh :
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ
c. Ya’

d. Kasroh
Kasroh Menjadi tanda nashob pada Satu Tempat yaitu Pada Jama’ Muannats Salim.
e. Membuang Nun
Membuang Nun Menjadi Tanda I’rob Nasob pada Satu Tempat yaitu Af’alul Khomsah ketika kemasukan amil Nawashib.yang akandijelaskan pada bab Af’al.

3. I’rob JER / KHOFEDL


a. Kasroh

b. Ya’

c. Fathah
Fathah Menjadi tanda Jer pada SatuTempat yaitu Isim Ghoiru Munshorif.




4. I’rob JAZEM

a. Sukun
Sukun Menjadi tanda Jazem Pada sat Tempat yaitu Fi’il Mudlore’ yang Shoheh akhir yang kemasukan amil jawazim.
b. Membuang Huruf Nun da Huruf Illat
- Membuang Nun menjadi tanda Jazem pada Af’alul Khomsah yang kemasukan Amil jawazim.
- Membu Mudlore’ Mu’tal akhir ( yang huruf akhirnya berupa huruf Illat.ang Huruf Illat menjadi tanda jazem pada fi’il .
- Keterangan :
1. Isim Mufrod adalah kalimat isim yang menunjukkan arti satu yang sunyi dari tanda tasniyah dan jam’.
2. Jama’ Taksir adalah kalimat isim yang menunjukkan arti banyak yang berubah dari bentuk asalnya.
3. Jama’ muannas salim adalah kalimat isim yang menunjukkan ma’na perempuan banyak, dan ditandai dengan alif dan ta’.
4. Jama’ Mudzakkar Salim adalah isim yang menunjukkan arti laki-laki banyak yang ditandai wawu dan nun ketika dalam keadaan Rofa’ dan ditandai ya’ dan nun ketika dalam keadaan nashob dan jer.
5. Isim tatsniyah adalah isim yang menunjukkan aarti dua orang / benda yang ditandai alif dan nun ketika rofa’ dan ditandai ya’ dan nun ketika nashob dan jer.
6. Asmaul Khosah adalah Isim-isim lima yang dijadikan pathokan dasar. Diatara lain : أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
7. Af’alul Khomsah adalah lima buah fi’il mudlore’ yang mempunyai ciri kemasukan alif tatsniyah , wawu jam’ dan ya’ muannats mukhotobah. Contoh :
يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين
8. Fi’il Mudlore’ terbagi menjadi dua :
a. Fi’il Mudlore’ shoheh akhir yaitu fi’il mudlore’ yang huruf akhirnya berupa huruf shoheh.
b. Fi’il mudlore’ Mu’tal akhir yaitu fiil mudlore’ yang huruf akhirnya berupa huruf illat seperti contoh :
- خشي Berakhiran alif.
- يغزو Berakhiran wawu.
- رمي Berakhiran ya’.
MU’ROBAT
( Kesimpulan I’rob )

TABEL I’ROB
جدول إعراب الأسماء يرفـع ينصـب يجـــر
الاسـم المفـرد الضمـَّة الفتحـة الكــرة
المـثـنَّى الألـف اليــــــــــاء
جمع المذكر الســالم الـواو اليــــــــــاء
جمع المؤنث السـالم الضمـَّـة الكـسـرة
جمع التكــسير الضمَّـة الـتحـة الكـسـرة
الأسماء الخـمسة الـواو الألـف اليـــاء
جدول إعراب الأفعال يرفـــع ينصــب يجــزم
الفعل المضارع الضمة الفتحـة السكون
الفعل الماضي مبني على الفــتـــح
فـعل الأمـر مبني على السكون
الأفعال الخمسة ثبوت النون حذف النون
الأفعال المعتلة الضمة الفتحة حذف حرف العلَّة
Fi’il
اَلْأَفْعَالُ ثَلَاثَةٌ : ماض وَمُضَارِعٌ, وَأَمْرٌ, نَحْوَ ضَرَبَ, وَيَضْرِبُ, وَاضْرِبْ. فَالْمَاضِي مَفْتُوحُ اَلْآخِرِ أَبَدًا. وَالْأَمْرُ : مجزوم أَبَدًا.

1. Fi’il Madli adalah kata kerja yang mempunyai keterangan waktu di masa lampau. Berhukum mabni fathah.
2. Fi’il Mudlore’ adalah kata kerja yang mempunyai dua keterangan waktu yaitu masa sekarang dan akan datang.
3. Fi’il Amar adalah Fi’il / kata kerja yang menunjukkan arti perintah ( mempunyai keterangan waktu akan datang).


MARFU’ATUL ASMA’
Isim-isim yang dibaca rofa’ ada 7:
Faa’il , Naibul Faa’il , Mubtada’ , Khobar , Isim kaana , Khobar inna , Taabi lil marfu ’


FA’IL
A. DEFINISI
Fa’il adalah :
هو المُسَندُ إليه بعد فعلٍ تام معلوم أو شِبْههِ
Atau dengan pengertian yang simple :
هُوَ الاسم اَلْمَرْفُوعُ اَلْمَذْكُورُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ
Faa’il yaitu isim yang dibaca rofa’ yang jatuh setelah fi’il mabni ma’lum atau syibhu fi’il. Dengan kata lain Fa’il adalah sobyek / pelaku dalam suatu pekerjaan. Contoh :
قَامَ زَيْدٌ, وَيَقُومُ زَيْدٌ , فاز المجتهدُ atau contoh yang syibhu fi’il : السابقُ فَرسُهُ فائزٌ
B. Hukum-hukum Fa’il
1) Wajib dibaca Rofa’
2) Wajib jatuh setelah musnadnya (fi’ilnya atau syibhu fi’ilnya)
3) Fa’il harus selalu ada dalam kalamnya, baik itu fa’il dhohir atau fa’il yang berupa dlomir
4) Fi’il terkadang dibuang dengan adanya qorinah yang menunjukkannya. Contoh : سعيدٌ
Yang merupakan jawaban dari sebuah pertanyaan مَنْ سافرَ؟
5) Fi’il wajib tetap mufrod meskipun fa’ilnya tasniyah atau jama’, contoh :
 اجتهد التلميذُ
 اجتهدَ التلميذان
 واجتهد التلاميذُ
6) Pada dasarnya fi’il, fa’il dan maf’ul selalu bersambung dan berurutan, akan tetapi dalam keadaan tertentu maf’ul boleh bahkan wajib didahulukan dari fa’ilnya, contoh : أكرمَ المجتهدَ أستاذُهُ
7) Fi’il harus cocok dengan fa’ilnya dalam hal mudzakkar dan muannatsnya.

C. Kapan Fi’il wajib mudzakkar
Fi’il wajib Mudzakkar dalam dua keadaan :
• Jika fa’ilnya berupa mudzakkar baik berbentuk mufrod, tasniyah atau jama’
• Antara Fi’il dan fa’il Muannas dipisah dengan “إلا “ contoh : "ما قام إلا فاطمةُ"

D. Kapan Fi’il wajib Muannats
Fi’il wajib Muannats dalam tiga keadaan :
• Fa’il berbentu muanats haqiqi dan antara kedua tidak terpisah, contoh :
جاءت فاطمةُ، أو الفاطمتان، أو الفاطماتُ
• Fa’il berupa dlomir mustatir yang kembali pada muannats haqiqi
"خديجةُ ذهبت، والشمسُ تطلعُ"
• Fa’il berupa dlomir yang kembali pada jama’ muannats salim atau jama’ taksir ghoiru ‘aqil, contoh :
"الزِّينَباتُ جاءتْ، أو جئنَ، وتجيءُ أو يجئنَ"

E. Kapan fi’il boleh dua wajah (mudzakar danmuannats )
Fi’il boleh berupa mudzakkar dan muannast dalam Sembilan keadaan :
1. Fa’il berupa muannas majazi
(طلعتِ الشمسُ، وطلعَ الشمسُ)
2. Fa’il berupa muannats haqiqi akan tetapi antara fi’il dan fa’il dipisah dengan kalimat lain, contoh :
 حضَرَ المجلسَ امرأةٌ
 حضَرتْ المجلسَ امرأةٌ
3. Fa’il berupa muanats dhohiroh akan tetapi fi’ilnya berupa “نِعم" أو "بِئسَ" أو "ساءَ “ contoh : "نِعمَتْ، أو نِعمَ، وبئسَتْ، أو بِئسَ، وساءت، أو ساء المرأةُ دَعدٌ"
4. Fa’il berbentuk mudzakar yang ada alif ta’-nya. Contoh : "جاء، أو جاءت الطلحاتُ"
5. Fa’il berbentuk jama’ taksir dari lafad muannas atau muzakar, contoh :
"جاء، أو جاءت الفواطمُ، او الرجالُ"
6. Fa’il berupa dlomir yang kembali pada pada jama’ taksir ‘aqil yang mudzakkar, contoh :
الرجال جاءوا، أو جاءت
7. Fa’ilnya perpaduan antara jama’ mudzkkar salim dan muanas salim, contoh:
 الرجال جاءوا، أو جاءت
 آمنتُ بالذي آمنتْ به بنو إسرائيل
8. Fa’il berupa isim jama’, contoh :
جاء، أو جاءت النساء، أو القومُ، أو الرهط، أو الإبل
9. Fa’il berupa dlomir munfashil yang muanats. Conto :
 "ما قامَ، أو ما قامت إلا هي"
 "إنما قامَ، أو إنما قامت هي"، ونحو "

F. Macam-macam Fa’il
Fa’il terbagi menjadi tiga :
Isim shoreh, isim dlomir dan muawwal
1) Fa’il isim shoreh / dhohir
Yaitu fa’il yang berbentuk kalimat yang jelas, yang tampak yang bukan ta’wilan dari kalimat lain. Contoh : "فاز الحقُّ"
2) Fa’il isim dlomir, ada dua :
• Dlomir muttasil, contoh : قمتَ - قاموا - قاما - تقومينَ
• Dlomir Munfasil, contoh : ما قام إلا أنا، وإنما قام نحنُ
3) Fa’il muawal,
Yaitu fa’il yang berbentuk ta’wilan dari mashdar, dalam hal ini penakwilan bentuk masdar diantaranya sebagai berikut :
• أن Contoh : "يُعجبني أن تجتهدَ"
• إنَّ Contoh : "بلغني أنك فاضلٌ"
• كي Contoh : "جئت لكي أتعلّمَ"
• ماالمصدرية Contoh : "أعجبني ما تجتهدُ"
• لو المصدرية Contoh : "وَدِدتُ لو تجتهد"

- Isim Dhohir adalah isim yang wujudnya tampak, baik itu nama atau dzatnya, seperti zaid, bulan, bintang dll.
- Isim Dlomir adalah isim yang wujudnya aslinya disembunyikan seolah diganti dengan kata tertentu. Contoh : هو yang berma’na dia laki-laki satu. Artinya wujud aslinya adalah Zaid, Kholid atau Umar , namun disembunyikan dan diganti dengan kata “ Huwa “ tsb.

NAIBUL FA’IL
A. DEFINISI
NaibulFa’il adalah :
هو المُسند إليه بعدَ الفعل المجهول أو شِبْههِ
Atau dengan pengertian lain :
وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلَّذِي لَمْ يُذْكَرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ
Na’ibul Fa’il adalah isim yang dibaca rofa’ yag jatuh setelah fi’il majhul atau syibhu fi’il majhul. Contoh : "يُكرمُ المجتهدُ، والمحمودُ خُلقُهُ ممدوحٌ"
Atau syibhu fi’il majhul, dalam hal ini bentuk isim maf’ul, contoh :
"صاحب رجلاً منسوباً خلقه الى الأنبياء"

B. Sebab-sebab Fa’il dibuang
Asal mula naibul fa’il adalah maf’ul bih yang fa’ilnya dibuang sehingga maf’ul bih ditempatkan pada posisi fa’il sehingga disebut na’ibul fa’il. Adapun sebab-sebab yang membuat fa’il dibuang adalah :
1. للعلم به Contoh : وخُلِقَ الإنسان ضعيفاً
2. للجهل به Contoh : "سُرِقَ البيتُ"
3. للرغبة في إخفائه Contoh : رُكبَ الحصانُ
4. للخوف عليه Contoh : ضُرب فلانٌ
5. للخوف منه Contoh : سُرق الحصان
6. لشرفه Contoh : عُمل عَملأٌ منكرٌ
7. لا يتعلقُ بذكره فائدةٌ Contoh : وإذا حُييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو رُدُّوها

C. Macam Posisi kalimat yang mengganti tempatnya fa’il.
Pada bahasan di atas sudah kita tahu bahwa yang menempati posisi fa’il adalah maf’ul bih, akan tetapi dalam bahasa ini akan lebih diperluas lagi. Beberpa posisi / tarkib yang mengganti kedudukan fa’il adalah :
a) Maf’ul bih, contoh :
"يكرَمُ المجتهدُ"
b) Jer majrur, contoh :
"ولما سُقِطَ في أيديهم"
c) Dhorof, contoh ;
"مُشيَ يومٌ كاملٌ، وصيمَ رمضانُ"
d) Mashdar muttshorif, contoh :
"احتُفلَ احتفالٌ عظيمٌ"

D. Hokum Naibul Fa’il dan pembagianya
Pada bahasan ini yanglebih rinci adalah disamakan dengan bab fa’il, baik hukumnya ataupun macam-macamnya.
Contoh-contoh dalam segi pembagiannya :
 Naibul fa’il isim shoreh contoh : "يُحَبُّ المجتهدُ"
 Naibul fa’il isim dlomir contoh : "أُكرِمتَ" "ما يُكرَمُ إلاّ أنا"
 Naibul fa’il muawwal contoh : يُحمَدُ أن تَجتهدو
E. Cara membuat Fi’il Majhul
Fi’il Bina’ Shoheh Contoh
Tsulasi Mujarrod Madli Huruf pertama didlomma, huruf sebelum akhir dikasroh كُسِر كسر
Mudlore’ Huruf pertama didlomma, huruf sebelum akhir difathah يُكسَرُ يَكسِرُ
Tsulasi Mazid Bi-Harfin Madly-mudlore’ Sama dengan di atas أَكرم
يُكرَمُ اكرِمَ
يُكرِمُ
Tsulasi Mazid Bi-Harfaini Madly-mudlore’ Sama dengan di atas تُعلِّمَ
يُتعلَّمُ تعلم
يَتعلمُ
Tsulasi Mazid Bi-Tsalasati ahrufin Madly-mudlore’ Sama dengan di atas اسْتُغْفِرَ
يستغفَرُ استغفر
يَستغفِرُ
Bina’ Ajawaf
Tsulasi Mujarrod madli Alifnya diganti ya’ dan huruf sebelumnya difathah بِيع باعَ
Mudlore’ Sama dengan Bina’ shoheh يُباعُ يبيعُ
Tsulasi mazi bi-harfaini madli Sama dengan tsulasi mujarrod ابتِيعَ اقتادَ
Tsulasi mazid bi-tsalasati ahrufin Alif diganti ya’ Huruf pertama dan ketiga didlommah dan sebelum akhir difathah أَستُتيبَ استتابَ
يُستطاعُ يستطيعُ
kesimpulan



1. MUBTADA’
اَلْمُبْتَدَأُ : هو اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْعَارِي عَنْ اَلْعَوَامِلِ اَللَّفْظِيَّةِ
2. KHOBARNYA MUBTADA’
وَالْخَبَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْمُسْنَدُ إِلَيْهِ
Mubtada’ yaitu ism yang di baca rofa’ yang di rofa’kan oleh amil ma’nawi (ibtida’) yang sunyi dari amil lafdzi.
1) Pengertian Mubtada’ dan Khobar secara luas
a. Pengertian Mubtada’
Mubtada’ berasal dari kata “ ابتدأ “ yang fi’il Tsulasinya “ بدأ “ mempunyai arti memulai / permulaan. Secara Lughowi Mubtada’ berarti permulaan. Sedang secara istilah banyak sekali pengertian yang bisa kita pahami .
1. Dalam kitab “ Jurumiyah “ karangan أبو عبد الله محمد بن محمد بن داود الصنهاجي
اَلْمُبْتَدَأُ : هو اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْعَارِي عَنْ اَلْعَوَامِلِ اَللَّفْظِيَّةِ
Mubtada’ yaitu isim yang di baca rofa’ yang sunyi dari amil-amil lafdzi.
2. Dalam Kitab “ Jami’u ad-Durus “ karangan Mushofa al-Gholayaini
المبتدأ هو المسنَدُ اليه، الذي لم يسبقهُ عاملٌ.
Yaitu Mubtada’ adalah Musnad ileh yang tidak didahului oleh amil.
3. Dalam kitab “ al-Qowa’id al-Asasiyah li al-Lughoh al-Arobiyyah “ karangan Ahmad al-Hasyimy ;
المبتدأ هو الاسم الصريح او المؤول به المجرد من العوامل اللفظية
Mubtada’ yaitu isim shoreh atau Muawwal yang sunyi dari ‘amil-‘amil lafdhi.
4. Dalam kitab “ Audlohul Masalik ila Alfiyyah ibni Malik “
المبتدأ: اسم أو بمنزلته، مجرد عن العوامل اللفظية
Mubtada’ yaitu isim atau yang menyamai kedudukannya yang sunyi dari ‘amil-‘amil lafdli.

Dari uraian di atas bisa kita simpulkan pengertian Mubtada’ yang paling mendekati adalah suatu isim yang dibaca Rofa’ yang sunyi / sepi dari ‘amil Lafdli.
Lalu ‘amil itu sendiri apa ? Dalam kitab “ Jami’u al-Durus “ dijelaskan bahwa ‘amil adalah :
العاملُ ما يُحدِثُ الرفعَ، أو النصب، أو الجزمَ، أو الخفضَ، فيما يَليهِ
Sesuatu yang bisa menyebabkan sebuah kalimat yang menyertainya menjadi Rofa’ , nashab , jer/khofdl dan Jazem .
Dalam hal ini ‘amil terbagi menjadi dua :
c) ‘Amil Ma’nawi
d) ‘Amil Lafdhi
‘Amil Ma’nawi adalah :
هو تَجرُّدُ المبتدأ من عامل لفظي كان سبب رفعه. وتجرّدُ المضارع من عوامل النصب والجزم كان سببَ رفعه أيضاً
Yaitu sunyinya Mubtada’ dari ‘amil lafdhi yang mana menjadikan ia dibaca rafa’ dan sepinya fi’il mudlore’ dari ‘amil-‘amil nasshob dan jazem yang mana menyebabkan ia dibaca rofa’ pula.
Sedang ‘amil Lafdhi adalah هوَ المؤثرُ الملفوظُ
Yaitu ‘amil yang membekas yang dilafadhkan ( berbentuk lafadh ). Diantaranya :
1) الفعل
2) شِبهُ الفعل
3) ، الأدواتُ التي تنصبُ المُضارع أو تجزمُهُ
4) الأحرفُ التي تنصبُ المبتدأ وترفعُ الخبرَ
5) الأحرفُ التي ترفع المبتدأ وتنصب الخبر
6) حروف الجرِّ
7) المُضافُ
8) المبتدأ
Yang bahasanya akan dijelaskan pada bab-nya masing-masing.
b. Pengertian Khobar
الْخَبَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْمُسْنَدُ إِلَيْهِ
Khobar adalah isim yang dibaca rofa’ yang disandarkan pada mubtada’. Yang dimaksud disandarkan adalah sesuai dengan ketentuan mubtada’ artinya :
- Jika Mubtada’ berupa isim mufrod maka khobar harus mufrod
- Jika Mubtada’ berupa isim tatsniyah maka khobar juga harus tasniyah
- Jika Mubtada’ berupa isim jama’ maka khobar juga harus jama’
- Jika Mubtada’ mudzakkar maka khobar juga harus mudzakkar
Contoh ;
- زيد مسلم , زيدان مسلمان , زيدون مسلمون
- فاطمة مسلمة , فاطمتان مسلمتان , فاطمات مسلمات
2) Macam-macam bentuk Mubtada’
Dari segi jenisnya Mubtada’ ada 2 ( dua ) macam yaitu :
1. Mubtada’ isim dhohir
Artinya Mubtada’ tersebut berbentuk isim dhohir contoh :
- زيد مسلم , زيدان مسلمان , زيدون مسلمون
- فاطمة مسلمة , فاطمتان مسلمتان , فاطمات مسلمات
2. Mubtada’ isim dlomir
Artinya Mubtada’ tersebut berupa isim dlomir. Pada bahasan yang telah lewat ( bab-bab sebelumnya ) isim dlomir ada dua yaitu dlomir muttashil dan dlomir munfashil akan tetapi dalam bahasan Mubtada’ ini yang dimaksud dengan isim dlomir hanya dlomir munfashil , contoh : "أنتَ مجتهد"
Sedangkan dari segi bentuknya Mubtada’ juga terbagi menjadi dua macam, yaitu :
b. Mubtada’ isim shoreh
Dalam hal ini sama dengan mubtada’ isim dhohir.
c. Mubtada’ Muawwal
Berupa takwilan, seperti ta’wil dari mashdar contoh : "وأن تَصوموا خيرٌ لكمْ"
3) Hukum-hukum Mubtada’
Hukum mubtada’ ada 5
1. وجوبُ رفعهِ. وقد يجرُّ بالباءِ
Wajib dibaca Rofa’ , dan boleh dibaca jer jika didahului leh huruf jer ba’ ( huruf tambahan ) contoh :
- زيد مسلم
- بِحَسبِك الله
2. وجوب كونه معرفةً نحو "محمدٌ رسولُ اللهِ" أو نكرةً مُفيدةً
Wajib berupa isim ma’rifat, atau berupa isim nakiroh tapi nakiroh mufidah ( nakiroh yang bisa memberi faidah ) contoh:
- محمدٌ رسولُ اللهِ
- لَعبدٌ مؤمنٌ خيرٌ من مُشرك
3. جواز حذفه إن دلَّ عليه دليلٌ
Mubtada’ Boleh di buang jika ada qorinah yang menunjukkan hal itu. Contoh :
Ada pertanyaan كيف سعيدٌ؟ kemudian cukup dijawab dengan مجتهدٌ dengan cara membuang mubtada’nya.
4. وجوبُ حذفهِ
Mubtada’ wajib dibuang, dalam hal ini jika memenuhi beberapa syarat, diantaranya :
a) إن دلَّ عليه جوابُ القسم
Jika ada qorinah yang menunjukkan jawaban dari qosam, contoh :
في ذِمَّتي لأفعلنَّ كذا dengan membuang mubtada’nya , dengan mengira-ngirakan lafadh في ذِمَّتي عَهدٌ أو ميثاقٌ
b) إن كان خبرُه مصدراً نائباً عن فعلهِ
Jika khobarnya berupa isimmshdar yang menjadi pengganti dari fi’ilnya. Contoh : صبرٌ جميلٌ
c) إن كان الخبرُ مخصوصاً بالمدح أو الذمِّ بعد "نِعْمَ وبِئسَ"
Jika khobarnya dikhususkan dengan fi’il “ madh atau dzamm “ ( pujian atau celaan ). Contoh :
- نعمَ الرجلُ أبو طالبٍ، وبِئسَ الرجلُ أبو لَهبٍ
d) إن كان في الاصل نَعتاً قُطعَ عن النَّعتيّة في مَعرِض مدحٍ أو ذم أو ترحُّمٍ
Jika mubtada’ tersebut pada mulanya menjadi sifat yang terputus dari persifatanya. Contoh
- خُذُ بيدِ زهيرٍ الكريمُ"
- "دَعْ مجالسةَ فلانٍ اللئيمُ"
- "احسِنْ الى فلانٍ المسكينُ"
5. أن يتقدَّمَ على الخبر وقد يجبُ تقديمُ الخبرِ عليه وقد يجوز الأمران
Pada dasarnya mubtada’ pasti didahulukan dari khobanya , namun terkadang khobar harus didahulukan dan terkadang pula boleh didahulukan dan boleh diakhirkan.
4) Macam-macam bentuk Khobar
Bentuk khobar ada dua macam yaitu :
1. khobar mufrod
2. khobar ghoiru mufrod
Khobar Mufrod adalah khobar yang berdiri sendiri dan tidak berupa jumlah, walaupun bentuknya tatsniyah atau jama’. Contoh :
"المتجهد محمودٌ، والمجتهدان محمودانِ، والمجتهدون محمودون"
Bentuk khobar mufrod ada dua , yaitu :
a. الاسم الجامدِ contoh "هذا حجرٌ"
b. الاسم المشتق contoh المتجهد محمودٌ
Sedang Khobar ghoiru mufrod adalah khobar yang tidak berdiri sendiri. Ada kalanya berupa jumlah dan ada kalanya berupa syibhu jumlah. Yang berupa jumlah ada dua macam yaitu jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah.
Jumlah fi’liyyah adalah jumlah atau susunan yang terdiri atas fi’il dan fa’il. Sedang jumlah ismiyyah adalah jumlah atau susunan yang terdiri atas mubtada’ dan khobar. Maka khobar jumlah fi’liyyah adalah khobar yang tersusun atas fi’il dan fa’il, contoh : - محمد قام أبوه
- "الخُلُقُ الحسَنُ يُعلي قدرَ صاحبهِ"
Sedang khobar jumlah ismiyyah adalah khobar yang tersusun atas mubtada’ dan khobar. Jadi selain ia sendiri menjadi khobar ia juga mengandung susunan atas mubtada’ dan khobar lagi. Contoh :
- العاملُ خُلقُهُ حسنٌ
- زيد أخوه مسلم
Bentuk lain dari jumlah adalah syibhu jumlah. Artinya menyerupai jumlah dari segi segi susunannya. Syibhu jumlah ada dua macam yaitu jer majrur dan dhorof madhruf.
Artinya bentuk khobar selain jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah ada kalanya berbentuk jer majrur dan dhorof madhruf. Khobar jer majrur adalah khobar yang terdiri atas susunan jer majrur, seperti contoh :
- "العلم في الصدور لا في السطور"
- الطلا ب في المدرسة
sedang khobar dhorof madhruf adalah khobar yang terdiri atas dhorof dan madhruf. Contoh : - زيد عندك
- محمد تحت الشجر
5) Hukum-hukum Khobar
Seperti yang diutarakan di atas tentang pengertian Khobar , maka dalam bahasan kali ini kita akan menjelaskan hukum-hukum khobar dari mubtada’ tersebut :
Hukum-hukum Khobar :
a. وجوبُ رفعهِ
Wajib dibaca rofa’
b. أن يكون نكرة مشتقةً وقد يكون جامداً
Berbentuk nakiroh musytaq (نكرة مشتقةً ) namun terkadang juga berbentuk isim jamid. Contoh ; هذا حجرٌ
c. وجوبُ مطابقته للمبتدأ إفراداً وتثنيةً وجمعاً وتذكيراً وتأنيثاً
Wajib mengikuti mubtada’nya dalam hal mufrod , tatsniyah , jama’ , mudzakkar , dan muannats.
d. جواز حذفهِ إن دلَّ عليه دليلٌ
Boleh membuang khobar jika ada qorinah yang menunjukkan hal itu. Contoh :
محمد Dari pertanyaan مَن مجتهدٌ؟
e. جواز تَعَدُّدِهِ، والمبتدأُ واحد
Khobar boleh berbilangan, meskipun mubtada’nya hanya satu . contoh :
خليلٌ كاتبٌ، شاعرٌ، خطيب
f. الاصل أن يَتأخرَ عن المبتدأ. وقد يَتقدَّمُ عليه جوازاً أو وجوباً
Pada dasarnya khobar selalu diakhirkan dari mubtada’nya, akan tetapi terkadang didahulukan dari mubtada’nya bahkan wajib didahulukan dengan ketentuan tertentu.
1. Khobar wajib diakhirkan dan mubtada’ wajib didahulukan.
Khobar wajib diakhirkan setelah mubtada’ dalam enam ketentuan :
a) أن يكون من الاسماء التي لها صدرُ الكلامِ
Yaitu berupa kalimat isim yang mempunyai shodar kalam, seperti ism syarat, isim istifham dan lain-lain, seperti contoh :
من يَتّقِ اللهَ يُفلحْ , من جاءَ؟
b) أن يكون مُشبّهاً باسم الشرط
Yaitu berupa kalimat yang menyerupai isim syarat , seperti:
"الذي يتجهدُ فله جائزةٌ" - "كلُّ تلميذٍ يجتهدُ فهو على هدىً"
c) أن يضافَ الى اسمٍ له صدرُ الكلام
Berupa kalimat yang dimudlofkan pada isim yang mempunyai shodar kalam, seperti : غلامُ مَن مجتهدٌ؟

d) أن يكون مقترناً بلام التأكيد
Berupa kalimat yang dibarengi dengan “ lam taukid “ contoh :
لعبدٌ مؤْمنٌ خيرٌ من مشركٍ
e) أن يكون من المبتدأ والخبر معرفةً أو نكرةً، وليس هناك قرينةٌ تعين أحدهما
Mubtada’ dan khobar sama-sama berupa isim ma’rifat dan sama-sama berupa isim nakiroh dan tidak ada qorinah yang menjelaskan atau membedakan salah satunya. Seperti :
- أخوك علي - عليٌّ أخوكَ
f) أن يكون المبتدأ محصوراً في الخبر
Mubtada’ dibatasi dengan khobar Itu sendiri. Contoh : وما محمدٌ إلا رسولٌ
2. Khobar boleh didahulukan juga boleh diakhirkan
Khobar boleh didahulukan juga boleh diakhirkan jika mubtada’ dan khobar sama –sama berupa isim ma’rifat atau nakiroh akan tetapi ada qorinah yang membedakannya, contoh :
- رجل صالح حاضر dan حاضر رجل صالح
3. Khobar wajib didahulukan
Pada dasarnya khobar harus diletakkan setelah mubtada’ akan tetapi dalam keadaan tertentu justru harus sebaliknya. Yaitu khobar harus didahulukan dari mubtada’nya. Hal itu jika memenuhi ketentuan berikut ini :
1. إذا كان المبتدأ نكرة غير مفيدةٍ، مخَبراً عنها بظرفٍ أو جار ومجرور
Jika mubtada’ berupa isim nakiroh ghoiru mufidah dan khobarnya berupa Jer Majrur dan Dhorof madhruf. Dalam hal ini maka khobar harus didahulukan, Contoh :
"في الدارِ رجلٌ" و "عندكَ ضيفٌ"
2. إذا كان الخبر اسمَ استفهامٍ، أو مضافاً الى اسم استفهامٍ
Jika khobar berupa isim istifham atau mudhof oada isim istifham. Dalam hal ini maka khobar harus didahulukan, seperti : ابنُ مَن أنت؟
كيف حالُكَ؟
3. إذا اتصلَ بالمبتدأ ضميرٌ يعود الى شيء من الخبر
Jika pada mubtada’ ada dlomir yang kembali pada khobar, contoh :
في الدار صاحبها
4. أن يكون الخبرُ محصوراً في المبتدأ
Khobar dibatasi hanya miliknya mubtada’ , contoh : إنما محمودٌ من يجتهدُ
6) Mubtada’ jika Berupa isim Nakiroh
Pada dasarnya Mubtada’ harus berupa isim ma’rifat akan tetapi juga boleh berupa isim nakiroh dengan catatan harus memberi faidah ( Nakiroh Mufidah ). Sedang nakiroh Mufidah itu sendiri harus memenuhi 14 ( empat belas ) syarat :
1. بالإضافة
Yaitu jika isim nakiroh itu dislofakan dengan kalimat setelahnya baik secara lafadh ataupun secara ma’nawi. Misal :
خمسُ صَلواتٍ كتَبهنَّ اللهُ atau كلٌّ يموتُ
2. بالوصف
Yaitu jika isim nakiroh itu disifati, baik dengan lafadh atau secara taqdiri, seperti : لَعبدٌ مؤمنٌ خيرٌ من مُشرك atau أمرٌ أتى بك
3. بأن يكونَ خبرُها ظرفاً أو جارّاً ومجروراً مُقدَّماً عليها
Yaitu jika khobarnya berupa jer majrur dan dhorof madhruf sekaligus didahulukan dari mubtada’nya , maka dalam hal ini mubtada’ boleh berupa isim nakiroh . contoh : وفوقَ كل ذي علمٍ عليمٌ
4. بأن تقعَ بعد نفيٍ أو استفهام. أو "لولا"، أو "إذا"
Yaitu jika mubtada’ jatuh setelah nafi, istifham, “ laula “ atau “ idza “ , contoh :
ما أحدٌ عندنا , أإلهٌ مع الله؟ , خرجتُ فاذا أسدٌ رابضٌ
5. بأن تكونَ عاملةً
Yaitu jika mubtada’ tersebut menjadi ‘amil pada kalimat setelahnya, dalam hal ini mubtada’ juga boleh berupa isim nakiroh , contoh :
"أمرٌ بمعروفٍ صدقةٌ، ونهيٌ عن مُنكر صَدَقةٌ".
6. بأن تكونَ مُبهَمةً، كأسماء الشرط والاستفهام
Jika mubtada’ berupa isim mubham, seperti isim syarat dan isim istifham, contoh :
"من يجتهدْ يُفلِحْ" dan "من مجتهد؟
7. بأن تكون مفيدةً للدُّعاءِ بخيرٍ أو شرٍّ
Jika kalimat yang menjadi mubtada’ itu member faidah do’a, contoh :
{وَيْلٌ لِلمطفّفين} dan "سلامٌ عليكم"
8. بأن تُعطف على معرفة، أو يُعطفَ عليها معرفة
Jika kalimat yang menjadi Mubtada’ itu diathofkan pada isim ma’rifat atau di’athofi isim ma’rifat tersebut , contoh :
- "خالدٌ ورجلٌ يتعلمان النحو"
- "رجلٌ وخالدٌ يتعلمانِ البيانَ"
9. بأن تُعطَفَ على نكرة موصوفة، أو يُعطَف عليها نكرةٌ موصوفة
Jika kalimat yang menjadi Mubtada’ itu diathofkan pada isim nakiroh mausufah ( disifati ) atau di’athofi tersebut , contoh :
- "قولٌ معروفٌ ومغفرة خيرٌ من صدقة يَتبعُها أذىً
- "طاعةٌ وقولٌ معروف"
10. بأن تَقع جواباً
Jika menjadi jawaban dari suatu pertanyaan, maka dalam hal ini mubtada’ boleh nerupa isim nakiroh . contoh : رجلٌ jawaban dari orang yang bertanya "مَنْ عندك؟"
Catatan :
1. Khobar Mufrod adalah yang tidak berupa susunan kalimat.
2. Khobar Ghoiru Mufrod adalah sebaliknya, artinya Khobar tersebut tersusun atas beberapa susunan. Dalam hal ini terbagi menjadi 4 :
c. Jumlah Fi’liyyah yang tersusun atas fi’il dan fa’il seperti contoh : زيد قام ابوه
d. Jumlah Ismiyah yang tersusun atas Mubtada’ dan khobar. Contoh : زيد جاريته زاهبة
e. Jer majrur tersusun atas huruf jer dan isim yang dimasuki huruf tsb ( majrur ) contoh : زيد فى الدار
f. Dhorof Madhruf tersusun atas dhorof dan isim yang dimasukinya ( madhruf ) contoh : زيد عندك

AMIL YANG MASUK PADA MUBTADA’ KHOBAR
وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ كَانَ وَأَخَوَاتُهَا وَإِنَّ وَأَخَوَاتُهَا وَظَنَنْتُ وَأَخَوَاتُهَا
Amil-amil yang masuk pada mubtada’ dan khobar itu ada tiga yaitu: َ وَأَخَوَاتُهَا وَإِنَّ وَأَخَوَاتُهَا وَظَنَنْتُ وَأَخَوَاتُهَا
كَانَ وَأَخَوَاتُهَا
فَأَمَّا كَانَ وَأَخَوَاتُهَا, فَإِنَّهَا تَرْفَعُ اَلِاسْمَ, وَتَنْصِبُ اَلْخَبَرَ
1. Kaana wa akhwatuha.
Adapun pengamalannya adalah merofa’kan mubtada’ dan dijadikan sebagai isimnya serta menashobkan khobar dan dijadikan sebagai khobarnya.
إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا
وَأَمَّا إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا فَإِنَّهَا تَنْصِبُ الاسْمَ وَتَرْفَعُ الْخَبَرَ،
2. Inna wa akhwatuha.
Adapun pengamalannya adalah menashobkan mubtada’ dijadikan sebagai isimnya dan merofa’kan khobar dijadikan sebagai khobarnya
َظَنَنْتُ وَأَخَوَاتُهَا
وَأَمَّا إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا فَإِنَّهَا تَنْصِبُ الاسْمَ وَتَرْفَعُ الْخَبَرَ
3. dhonna wa akhwatuha.
Adapun pengamalannya adalah menashobkan mubtada’ dan khobar untuk dijadikan maf’ul pertama dan maf’ul keduanya dhonna.



Kesimpulan ‘Amil Nawasikh


TABI’
اَلنَّعْتُ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوتِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ, وَتَعْرِيفِهِ وَتَنْكِيرِهِ; تَقُولُ قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِلِ.
Naat yaitu Lafadz yang mengikuti pada lafadz sebelumnya (yang disifati) dalam hal rofa’, nashob, jaar, ma’rifat dan nakiroh. Contoh : قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ , َرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ
- na’at adalah kata sifat sedang man’ut adalah yang disifati maka secara lazim sifat harus sama dengan yang disifati.
ISIM MA’RIFAT
وَالْمَعْرِفَةُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ اَلِاسْمُ اَلْمُضْمَرُ نَحْوَ أَنَا وَأَنْتَ, وَالِاسْمُ اَلْعَلَمُ نَحْوَ زَيْدٍ وَمَكَّةَ, وَالِاسْمُ اَلْمُبْهَمُ نَحْوَ هَذَا, وَهَذِهِ, وَهَؤُلَاءِ, وَالِاسْمُ اَلَّذِي فِيهِ اَلْأَلِفُ وَاللَّامُ نَحْوَ اَلرَّجُلُ وَالْغُلَامُ, وَمَا أُضِيفَ إِلَى وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ اَلْأَرْبَعَةِ.

ISIM NAKIROH
وَالنَّكِرَةُ كُلُّ اِسْمٍ شَائِعٍ فِي جِنْسِهِ لَا يَخْتَصُّ بِهِ وَاحِدٌ دُونَ آخَرَ, وَتَقْرِيبُهُ كُلُّ مَا صَلَحَ دُخُولُ اَلْأَلِفِ وَاللَّامِ عَلَيْهِ, نَحْوُ اَلرَّجُلِ والفرس.
Nakiroh adalah semua isim yang umum dalam jenisnya yang tidak tertuju pada satu kesatuan tertentu. Lebih mudahnya memahami isim Nakiroh adalah semua Isim yang bisa dimasuki AL yang sifatnya umum ( tidak tertuju pada indifidu tertentu) itulah isim nakiroh. Contoh :
رَّجُلِ , فرس , غُلَامُ , , اسْمُ yang jika di masuki “al” menjadi اَلرَّجُلِ , الفرس, َالْغُلَامُ , الِاسْمُ , .
‘ATHOF
وَحُرُوفُ اَلْعَطْفِ عَشَرَةٌ وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْفَاءُ, وَثُمَّ, وَأَوْ, وَأَمْ, وَإِمَّا, وَبَلْ, وَلَا, وَلَكِنْ, وَحَتَّى فِي بَعْضِ اَلْمَوَاضِعِ
Dengan kata lain athof adalah kata penghubung, penghubung antara satu kalimat dengan kalimat lainnya. Maka dari itu yang diikuti dengan yang mengikuti harus sama dalam I’robnya. Jika yang diikuti itu Rofa’ maka yang mengikuti juga harus Rofa’, jika nashob maka nashob dan seterusnya. Contoh :
• قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو
• وَرَأَيْتُ زَيْدًا وَعَمْرًا
• وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو
• وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلَمْ يَقْعُدْ
TAUKID
• اَلتَّوْكِيدُ "تابع لِلْمُؤَكَّدِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ وَتَعْرِيفِهِ".
• وَيَكُونُ بِأَلْفَاظٍ مَعْلُومَةٍ, وَهِيَ اَلنَّفْسُ, وَالْعَيْنُ, وَكُلُّ, وَأَجْمَعُ, وَتَوَابِعُ أَجْمَعَ, وَهِيَ أَكْتَعُ, وَأَبْتَعُ, وَأَبْصَعُ, تَقُولُ قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ, وَرَأَيْتُ اَلْقَوْمَ كُلَّهُمْ, وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِينَ.
Dengan kata lain Taukid bisa diartikan Lafadz yang mengikuti pada lafadz sebelumnya yang berfungsi menguatkan.

Contoh :
• قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ
• وَرَأَيْتُ اَلْقَوْمَ كُلَّهُمْ
• وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِينَ
BADAL
إِذَا أُبْدِلَ اِسْمٌ مِنْ اِسْمٍ أَوْ فِعْلٌ مِنْ فِعْلٍ تَبِعَهُ فِي جَمِيعِ إِعْرَابِهِ
Secara terjemah bebas Badal adalah kata ganti dari suat kalimta yang secara langsung disebutkan tanpa ada perantara semisal huruf atof atau yang lain.

PEMBAHASAN BADAL SECARA MENDALAM
1. PENGERTIAN BADAL
a. Dalam kitab “ jurumiyah”
البدل هوالتابعِ المقصودبالحكم بلا واسطة بينه وبين متوعه
Badal adalah lafads yang ikut pada matbu’nya yang dimaksudkan untuk diberi hukum dengan tanpa adanya perantara antara tabi’ dan matbu’nya.
b. Dalam kitab “alfiyah ibnu Malik “
لتابع المقصود بالحكم بلا واسطة هوالمسميّ بدلا
Lafadz yang ikut pada matbu’nya yang dimaksudkan untuk diberi hukum dengan tanpa perantara dinamakan badal.
c. Dalam kitab “Jami’u ad-durus “
البدل هو التّابع المقصود بالحكم بلا واسطة بينه وبين متوعه
Badal adalah lafadz yang ikut pada matbu’nya yang dimaksudkan untuk diberi hukum dengan tanpa adanya perantara antara tabi’ dan matbu’nya.
d. Dalam kitab “ imriri ‘
البدل هو التّابع المقصود بالحكم بلا واسطة بينه وبين متبوعه
2. CONTOH BADAL
a) اسم) حضر محمّد خالد في المعهد)
“ Datang muhammad, kholid di pesantren “
b) فعل) قراٰت القراٰن ثلثه)
“ Saya membaca al-qur’an, sepertiganya”
3. PEMBAGIAN BADAL
Badal dibagi menjadi 4 bagian :
a. Badal Muthobiq/ kul min kul/ sya’i min sya’i
Yaitu antara badal dan mubdal minhu itu mempunyai arti dan maksud yang sama. ( badal dan mubdal minhu itu terdiri dari satu arti dan satu personalia).
Contoh : جاء محمّد ا خوك
b. Badal Ba’dhu min kul
Yaitu badal yang terdiri dari sebagian mubdal minhunya, baik sedikit, banyak, atau separuhnya.
Contoh : اكل عندي اغيفا نصفه
c. Badal Isytimal
Yaitu badal yang terdiri dari lafadz yang ada hubungan erat dengan mubdal minhu yang bukan kulliyah atau bukan juz’iyah-nya.
(seperti karakter, tabi’at, sifat dll)
Contoh : نقعني زيد علمه
d. Badal Mubayin
Yaitu badal yang arti dan personalianya berlainan dengan mubdal minhunya, tidak terdiri dari bagiannya, dan tidak hubungan erat dengan mubdal minhunya.
Badal Mubayin ada 3 :
1. Badal Gholath
Yaitu badal yang disebutkannya itu sebagai penggannti dari mubdal minhu yang diucapkan karena keterlanjuran lisan sehingga salah dalam menyebutkannya.
Contoh : جاء المدرس ِلتّلميذ
2. Badal nisyan
Yaitu badal yang disebutkannya untuk meralat mubdal minhu yang setelah di ucapkan ternyata tidak tepat dengan maksudnya.
Contoh : سافر علي الي دمشو بعلبك
3. Badal Idhrob
Yaitu disebutkannya badal itu bukan untuk meralat mubdal minhu akan tetapi disebutkannya badal tersebut itu hanya untuk berpindah dari maksud menyebutkan mubdal minhu pada maksud menyebutkan badal.
Contoh : خذ القلم الورقة
4. Hukum-hukum yang berhubungan dengan badal :
a. Boleh membuat badal berupa isim dhohir dari mubdal minhu yang berupa isim dhohir.
Contoh: حضر محمّد خالد في المعهد
b. Tidak boleh membuat badal berupa isim dhomir dari mubdal minhu yang berupa isim dhomir.
Contoh : قمت انت
c. Tidak boleh membuat badal berupa isim dhomir dari mubdal minhu yang berupa isim dhohir.
contoh : رايت زيداإياه
d. Boleh membuat badal berupa isim dhohir dari mubdal minhu yang berupa isim dhomir ghoib.
Contoh : واسرّوا النجوي الذين ظلموا
e. Boleh membuat badal berupa isim dhohir dari mubdal minhu yang berupa dhomir mukhotob dan mutakallum dengan syarat badalnya berupa badal ba’dhu minkul atau badal isytimal.
Contoh : مخاطب = اعجبتني، علمك
متكلّم = بلغنا السماء مجدنا وسناؤنا
f. Tidak disyaratkan cocok antara badal dan mubdal minhu dalam ma’rifat dan nakirohnya. Contoh : إلي صراط مستقيم، صراطِ لله ( Badal berupa ma’rifat, sedangkan mubdal minhu berupa nakiroh )
لنسفعا بالنّاصية، ناصية كاذبة (Badal berupa nakiroh, sedangkan mubdal minhu berupa ma’rifat )
Tapi tidak bagus menjadikan badal yang berupa isim nakiroh dari mubdal minhu berupa isim ma’rifat, kecuali jika dijadikan badal itu berupa mausuf (lafadz yang disifati ). Seperti contoh yang kedua diatas.
Boleh membuat badal berupa isim dari mubdal minhu yang berupa isim.
g. Boleh membuat badal berupa fi’il dari mubdal minhu yang berupa fi’il.
h. Boleh membuat badal berupa jumlah dari mubdal minhu yang berupa jumlah.
i. Jika badal berupa isim dari mubdal minhu yang berupa isim istifham/ isim syarat, maka wajib menyebutkan hamzah istifham/ in syartiyah "إن" شرطيه bersamaan dengan badal.
Contoh :
من جاءك ؟ اعلي ام خالد -
من يجتهد إن علي، وإن خالد فأكرمه -
j. Badal Ba’dhu minkul dan badal istymal harus ada dhomir yang kembali pada mubdal minhu. Baik dhomirnya itu disebutkan atau ditaqdirkan (dikira-kirakan).
Contoh :
مذكورا = يسألونك عن الشهر الحرام، قتالفيه
مقدرا = ولله علي الفاس حجّ البيت من استطاع اليه سبيلا
k. Badal gholath itu berhubungan dengan lisan, sedangkan badal nisyan itu berhubungan dengan otak/ hati/ perasaan.
l. Badal mubayin dengan semua macamnya tidak pernah dipergunakan oleh para sasterawan arab, sebagai gantinya mereka menggunakan huruf athof bal, jika menghendaki arti seperti yang ada pada badal mubayin.
KESIMPULAN BADAL SECARA GAMPANG

MANSHUBATUL ASMA’
اَلْمَنْصُوبَاتُ خَمْسَةَ عَشَرَ, وَهِيَ اَلْمَفْعُولُ بِهِ, وَالْمَصْدَرُ, وَظَرْفُ اَلزَّمَانِ وَظَرْفُ اَلْمَكَانِ, وَالْحَالُ, وَالتَّمْيِيزُ, وَالْمُسْتَثْنَى, وَاسْمُ لَا, وَالْمُنَادَى, وَالْمَفْعُولُ مِنْ أَجْلِهِ, وَالْمَفْعُولُ مَعَهُ, وَخَبَرُ كَانَ وَأَخَوَاتِهَا, وَاسْم؏ إِنَّ وَأَخَوَاتِهَا، وَالتَّابِعُ لِلْمَنْصُوبِ، وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءٍ: النَّعْتُ وَالْعَطْفُ وَالتَّوْكِيدُ وَالْبَدَلُ.


MAF’UL BIH
Maf’ul Bih Adalah isim yang dbaca nashob yang dikenai oleh pkerjaan. Dena kata lamenjadi sasaran atau obyek dari fi’il itu sendiri. Contoh :
"فتحَ طارقٌ الأندَلسَ"
A. Fi’il Muta’adi dan Fi’il Lazim
Fi’il Lazim adalah fi’il yang menuntut adanya fa’il saja dan tidak membutuhkan yang lain (maf’ul atau ta’alluqot ). Contoh :
Sedang fi’il muta’adi adalah fi’il yang membutuhkan fa’il sekaligus menuntut adanya maf’ul (obyek). Contoh : فتحَ طارقٌ الأندَلسَ
Fi’il Muta’adi ada dua macam :
1. Muta’adi bi nafsihi
Muta’adi bi nafsihi adalah fi’il muta’adi yang sambung atau bertemu dengan maf’ulnya secara langsung tanpa adanya wasitoh atau yang lainna. Contoh :
"فتحَ خالدٌ الحِيرة"
2. Muta’adi bghoirihi
Sedang muta’adi bi ghoirihi adalah fi’il muta’adi yang bertemu dengan maf’ulnya dengan perantara atau wasitoh seperti huruf jer. Contoh :
ذهبتُ بكَ

B. Macam-macam fi’il Muta’adi
Fi’il yang butuh terhadap maf’ul (fi’il Muta’adi) ada 4 :
1. Muta’adi pada satu fi’il, seperti : كتب وأخذ وغفر وأكرم وعظم
contoh :
فتحَ طارقٌ الأندَلسَ
2. Muta’adi pada dua maf’ul yang asalnya susunan mubtada’ khobar
Dalam hal ini sedikit mengingat bahasan افعال القلوب seprti :
رأى وعلم ودرى ووَجدَ وألفى وتعلَمْ وظنَّ وخالَ وحسبَ وجعل وحَجا وعدَّ وزَعمَ وهَبْ
3. Muta’adi pada dua maf’ul yang asalnya bukan susunan mubtada’ khobar, seperti : أَعطى وسأل ومنح ومنع وكسا وأَلبس وعلَّم contoh :
• أَعطيتك كتاباً
• منحت المجتهد جائزةً
4. Muta’adi pada tiga maf’ul
Seperti : أرى وأعلمَ وأنبأ ونَبَّأ وأخبرَ وخرَّ وحدثَ
Contoh :
• وأنبأتُ خليلاً الخبرَ واقعاً
• حدَّثتهُ إياهُ حقا
C. Macam-macam Ma’ul bih :
Bentuk maf’ul bih terbagi menjadi ua macam, yait :
1). Shoreh dan 2). Muawwal
Pembahasan :
1) Maf’ul bih isim shoreh
Maf’ul bih isim shoreh terbagi menjadi dua yaitu isim dhohir dan dlomir.
a. Maf’ul bih isim Dhohir adalah maf’ul bih yang berupa isim dhohir, isim yang jelas atau tampak. Contoh :
"فتحَ خالدٌ الحِيرة"
b. Maf’ul bh isim Dhomir adalah Maf’ul bih yang berupa isim dlomir. Dalam hal ini terbagi menjadi dua, yaitu mutasil dan munfasil
• Maf’ul bih Dlomir mutasil contoh : "أكرمتُكَ وأكرمتهم"
• Maf’ul bih Dlomir munfashil, contoh : إيَّاكَ نعبدُ، وإِيَّاك نستعين
2) Maf’ul bih ghoiru shoreh,
Dalam hal ini terbagi menjadi 3 :
a) Muawwal bil mashdar, contoh :
علِمتُ أنكَ مجتهدٌ
b) Muawwal jumlah
ظننتك تجتهد
c) Muawal bi Harfi Jer
أمْسكْتُ بيدِكَ

D. Hukum Maf’ul Bih
Hokum-hukum maf’ul bih ada 4 :
1. Wajib dibaca nashob
2. Maf’ul bih boleh dibuang, jika ada dilalah yang menunjukkan, contoh :
رأيتُ
Kalimat fi’il “رأيتُ “ adalah membuang maf’ulnya. Dengan taqdirinya : هل رأيتَ خليلاً؟
3. Boleh membuang fiil muta’adi nya, jik ada dalil yan menunjukkannya. Contoh :
مَنْ أُكرِمُ؟
Dari pertanyaan di atasa cukup bisa dijawab dengan “ العلماءَ “ yaitu dengan membuang fi’ilnya.
4. Secara ashol maf’ul bih itu jatuh setelah fi’ilnya :
Contoh : أكرمِ العلماءَ
Pembahasannya :
a) Mendahulukan Maf’ul bih dari fa’ilnya secara jawaz ( boleh )
Pada dasarnya maf’ul bih itu selalu jatuh setelah fa’ilnya, akan tetapi ada beberapa posisi yang memperbolehkan maf’ul bih jatuh sebelum dan setelah fi’ilnya. Contoh :
• كتبَ زُهيرٌ الدرسَ
• كتبَ الدرسَ زُهيرٌ
b) Mendahulukan Maf’ul bih dari fa’ilnya secara wujub dan sebaliknya.
Walaupun secara asal maf’ul bih itu jatuh setelah fi’il dan fa’ilnya akan tetapi ada beberapa keadaan atau posisi yang mengharuskan maf’ul bih diletakkan sebelum fa’ilnya. Dalam hal ini jika memenuhi criteria :
1. Jika dikhawatirkan iltibas atau keserupaan.
Dalam hal ini maka maf’ul bih harus hatuh setelah fi’ilnya jika memang tidak ada tanda-tanda atau qorinah yang menunjukkan mana maf�$99ul dan mana fa’ilnya. Contoh :
عَلّمَ موسى عيسى
Pada contoh di atas sulit diketahui mana maf’ul dan mana fa’ilnya. Berdasarkan adanya syarat pertama dalam hal ini maka maf’ul harus diakhirkan. Sehinga lafadh Isa yang menjadi maf’ul.
2. Fail bersambung dengan dlomir yang kembali pada maf’ul
Maka dalam hal ini maf’ul harus didahulukan dari fa’ilnya. Contoh :
أكرمَ سعيداً غلامُهُ
Atau dalam suatu ayat al-Qur’an : وإذْ ابتلى إبراهيمَ رَبُّهُ بكلماتٍ
3. Fa’il dan maf’ul sama-sama berbentuk dlomir
Maka dalam hal ini fa’il harus didahulukan. Contoh: "أَكرمتُه
4. Salah satunya berbentuk dhomir dan salah satu yan lain berbentuk dhohir.
Maka dalam hal ini bentuk dlomir yang wajib didahulukan :
 Contoh yang fail dlomir dan maf’ul isim dhohir : أكرمتُ علياً
 Contoh yang maf’ul isim dhohr dan maf’ul dlomir : أكرَمني علي
5. Fail atau maf’ul dibatasi dengan “إلا أَو إنما “
Maka dalam hal ini yang wajib diakhirkan adalah mana yang dibatasi. Contoh :
 Maf’ul yang dibatasi : ما أَكرمَ سعيدٌ إلا خالداً
 Fa’il yang dibatasi : ما أكرمَ سعيداً إلا خالدٌ
c) Maf’ul Bih didahulukan dari Fi’ilnya secara wujub.
Seperti hal nya Fa’il, secara asal maf’ul pasti jatuh setelah fi’ilnya, akan tetapi ada beberapa keadaan yang membolehkan maf’ul jatuh sebelum fi’ilnya. Contoh :
 عليّاً أَكرمتُ
 أَكرمتُ عليّاً
Bahkan dalam keadaan tertentu Maf’ul terkadang malah justru wajib didahulukan dari yang lainnya. Dalam hal ini ada epat bahasan :
1) Maf’ul berupa isim syarat contoh :
من يُضلِل اللهُ فما لهُ من هادٍ
أَيَّهُمْ تُكرِمْ أُكرِمْ
2) Maf’ul berupa isim istifham, contoh :
من أَكرمتَ؟ وما فعلتَ؟
فأيَّ آياتِ اللهِ تُنكرِونَ؟
3) Berupa “ كم الخَبريَّة “ atau “كأيِّنْ الخَبريَّت “ contoh :
كم كتابٍ مَلَكتُ!
كأيِّنْ من عِلمٍ حَوَيتُ!
4) Didahului “أَما “ contoh :
فأمّا اليتيم فلا تَقهرْ، وأَمَّا السائلَ فلا تَنهرْ

Kesimpulan

MASHDAR
اَلْمَصْدَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يَجِيءُ ثَالِثًا فِي تَصْرِيفِ اَلْفِعْلِ, ، نحو ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا
Mashdar yaitu isim yang dibaca nashob yang jatuh pada tashrifan ketiga, tashrif ishthilakhi. Contoh : ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا

PEMBAHASAN MAF’UL MUTLAQ
Secara mendetail
A. PENGERTIAN MAF’UL MUTLAQ
1) Menurut Kitab Mutamimah al-jurumiyah (Syeh Syamsuddin Muhammad Arra’ni)
Maf’ul Mutlaq adalah masdar pelengkap yang menguatkan amilnya, menjelaskan macam atau menjelaskan bilangannya. Contoh:
- Yang menguatkan وكلّم اللهُ مُوسى تكليماً سَقَاك اللَّهُ سَقْياً
- Yang menjelaskan jenis/macamnya يَمُوْتُ الجَاحِدُ مِيتةَ سُوءٍ سرتُ سيرَ العُقلاءِ
- Yang menjelaskan bilangan وقفتُ وقفتينِ ضربتُ اللصَّ ضرْبَتينِ، أو ضَرَباتٍ

2) Kitab Qowa’idul lugho al-arobiyah al-mubassaqoh (Abdul latif as-saidi)
مصدرٌ منصوبٌ يُذكرُ بعدَ فعلِهِ لتوكيدِهِ أوْ بيانِ عددِهِِ أوْ نوعِهِ
Maf’ul Mutlaq adalah masdar yang dibaca nashob yang disebutkan setelah fi’ilnya untuk menguatkan fi’il tersebut atau menjelaskan jenisnya atau menjelaskan bilangannya. Contoh :
• أنتَ محسنٌ إلى الفقراءِ إحساناً
• اغتسلتُ غُسلاً
3) Kitab Mujmal Qowa’id al-Arobiyyah (Syeh abd gina ad daqqor)
هوَ اسمٌ يُؤَكِّد عامِلَه، أو يُبَيِّنُ نَوْعَه أو عَدَدَه، وليسَ خَبراً ولا حَالاً
Maf’ul Mutlaq adalah isim yang menguatkan amilnya, menjelaskan jenisnya, atau bilangannya.
4) Kitab Al-I’rob al-muyassaroh (Ali Abdul Abbas)

Dikatakan Maf’ul Mutaq karena memutlaqkan qoyyidnya (amilnya)
5) Kitab Jami’ud Durus (Syeh al-Gholayaini)

مَصدرٌ يُذكرُ بعد فعلٍ من لفظهِ تأكيداً لمعناهُ، أو بياناً لِعَددِهِ، أو بياناً لنوعهِ، أو بَدَلاً من التلفُّظِ بفعلهِ
Maf’ul Mutlaq adalah masdar yang secara lafadz jatuh setelah fi’ilnya yang menguatkan makna fi’ilnya, menjelaskan bilangannya, menjelaskan jenisnya atau mengganti fiilnya dengan bentuk lafadz. Contoh :
• صَبراً على الشدائد
• سَمعاً وطاعةً
B. HUKUM MAF’UL MUTLAQ
Hukum maf’ul mutlaq ada 3 :
1. Wajib dibaca nashob, contoh :
رأيتُهُ مُسرعاً إسراعاً عظيماً
2. Wajib jatuh setelah amilnya jika untuk menguatkan. Apabila untuk menjelaskan jenis atau bilangannya maka boleh jatuh setelah atau sebelumnya. Contoh :
• اجتهدتَ اجتهاداً حسَناً
• سَمعاً وطاعةً* حمداً لله وشُكراً أفعلُهُ
3. Amil Maf’ul Mutlaq boleh dibuang, jika maf’ul mutlaq tersebut menjelaskan jenis atau bilangannya dan juga ada qorinah yang menunjukkan amil tersebut. Dalam artian menjadi jawaban dari sebuah pertanyaan. Contoh :
• اجتهاداً حسَناً
Kata “ اجتهاداً حسَناً “ adalah jawaban daripertanyaan “كيف اجتهدت “
C. MACAM-MACAM MAF’UL MUTLAQ
1) Kitab ‘Imriti atau Jurumiyah
Dalam pengetahuan yang ada dalam kitab awal-awal terkhusus dalam kitab Jurumiyah dan ‘Imrithy, Maf’ul mutlaq terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Maf’ul Mutaq / Mashdar Lafdhi yaitu Maf’ul Mutlaq yang kata dan maknanya sama dengan amilnya contoh :
• إنَّ جهنمَ جحزاؤُكم جزاءً مَوفوراً
• يا أيُّها آمنوا صلُّوا عليه وسلموا تسليماً
• أتقِنْ عملَك إتقاناً
b. Maf’ul Mutaq / Mashdar Ma’nawi yaitu Maf’ul mutlaq yang lafadznya tidak mengambil kata dari amilnya tapi mempunyai arti yang sama dengan amilnya. Contoh :
• جلستُ قُعوداً
• قُمتُ وقوفاً
2) Dalam Kitab Jami’ud Durus
Maf’ul mutlaq dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Maf’ul Mutlaq Mubham yaitu Maf’ul Mutlaq yang mempunyai arti yang sama dengan fi’ilnya dengan tanpa menambahi atau mengurangi makna. Dalam hal ini fungsi Maf’ul Mutlaq hanya untuk menguatkan. Contoh :
• قمتُ قياماً
• وضربتُ اللصّ ضرباً
b. Maf’ul Mutlaq Mukhtash yaitu Maf’ul Mutlaq yang maknanya bertambah atau berkurang dari makna fi’ilnya. Dalam hal ini mempunyai faedah menjelaskan jenis atau bilangan. Contoh :
• قمتُ قِيامَينِ
• سرتُ سيرَ الصالحينَ
Dalam Kitab Jami’ud Durus selanjutnya Maf’ul Mutlaq terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Maf’ul Mutlaq Muttashorif yaitu Bentuk Maf’ul Mutlaq yang semua bentuk katanya bisa ditasrif. Contoh :
• Semua Mashodir yang akan dijelaskan di bab selanjutnya.
b. Maf’ul Mutlaq Ghoiru Muttashorif : Bentuk Maf’ul Mutlaq yang katanya tidak bisa di tasrif. Contoh :
• سبحان ومَعاذَ ولَبيّكَ وسَعدَيكَ وحنَانَيكَ ودوَاليكَ وحَذارَيك
D. AMIL MAF’UL MUTHLAQ
Amil atau yang mejadikan Maf’ul Muthlaq dibaca nashob ada tiga :
1. Isim mashdar, contoh :
• فإنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُوراً
2. Kalimat yang dimusytaqkan dengan fi’ilnya itu sendiri, Contoh :
• وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيماً
• أعطيتُك عَطاءً
3. Isim Sifat, dalam hal ini ada :
a) اسم الفاعِل contoh : وَالصَّافَّاتِ صَفَّاً
b) اسم المفعول contoh : اللحمُ مَأكُولٌ أكلاً
c) المُبَالغة contoh : زَيْدٌ ضَرَّابٌ ضَرْباً

E. Mashdar atau Maf’ul Muthlaq yang menduduki posisi Fi’ilnya
1. مصدرٌ يَقعُ مَوقعَ الأمر
Yaitu mashdar atau Maf’ul Muthlaq yang mengganti posisi fi’il amar, contoh :
"بَلْهاً الشر، وبَلْهَ الشرَّ"
Kata “ بَلْهاً “adalah bentuk masdar yang dibaca nashob yang menempati kedudukan fi’ilnya yang berarti “ بَلْهَ “ atau “ أترك “. Kata “ بَلْها “ sering kali diapakai dalam bentukisim fiil amar.
2. مصدرٌ يقعُ موقعَ النَّهي
Yaitu mashdar atau Maf’ul Muthlaq yang mengganti posisi fi’il nahi. Contoh :
"إجتهاداً لا كسلاً، جِداً لا تَوانياً* مَهلاً لا عجلةً سُكوتاً لا كلاماً "
Kata “ لا كسلاً “, “ لا عجلةً “, “ لا كلاماً “ adalah bentu kmashdar yang mengganti kedudukan fiil nahi. Akan hal tersebut berlaku jika bergandengan dengan bentuk mashdar yang mempunyai ma’na amar seperti contoh di atas.
3. مصدرٌ يقعُ موقعَ الدعاءِ
Yaitu mashdar atau Maf’ul Muthlaq yang mengganti posisi jumlah Do’a, contoh :
"سَقياً لك ورَعياً* تَعساً للخائن* بُعداً للظالم، سُحقاً للَّئيم* جَدعاً للخبيثِ* رحمةً للبائس* عذاباً للكاذب* شقاءً للمهمل* بُؤْساً للكسلان* خَيبة للفاسق* تَبّاً للواشي* نُكساً للمتكبِّر"
4. مصدرٌ يقعُ بعدَ الاستفهام موقعَ التوبيخ، أو التعجُّب
Yaitu mashdar atau Maf’ul Muthlaq yang jatuh setelah kata Tanya yang menempati posisi taubikh atau ataajub, contoh :
"أجُرأةً على المعاصي؟"
5. مَصادرُ مسموعةٌ كثرَ استعمالُها، ودلَّتِ القرائنُ على عاملها
Yaitu mashdar atau Maf’ul Muthlaq yang disebutkan dan ditunjukkan qorinah atas amilnya, contoh :
"سَمعاً وطاعةً* حمداً لله وشُكراً " atau "سُبحانَ اللهِ، ومَعاذَ اللهِ"
6. المصدرُ الواقعُ تفصيلاً لمُجمَلٍ قبلَهُ، وتَبييناً لعاقبتهِ ونتيجتهِ
Yaitu mashdar atau Maf’ul Muthlaq yang mentafsil atau merinci bentuk kalimat yang masih global yang jatuh pada kalimat sebelumnya. Contoh :
كقوله تعالى "فَشُدُّوا الوَثاقَ، فإمّا مَنّاً بعدُ، وإمّا فِداءً"
Yang lengkap ayatnya mempunyai arti “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti.”
7. المصدرُ المؤكّدُ لمضمونِ الجملة قبلهُ. سواءٌ أَجيءَ بهِ لمجرَّد التأكيدِ (أيٍ لا لدفعِ احتمال المجازِ، بسبب أنَّ الكلامَ لا يحتملُ غيرَ الحقيقةِ)
Yaitu mashdar atau Maf’ul Muthlaq yang disebutkan sebagai kandungan dari jumlah sebelumnya, contoh :
"لكَ عليَّ الوفاءُ بالعهد حَقّاً"

F. An-Naibu ani al-Mashdar
Kadang-kadang di dalam menashobkan Mashdar atau maf’ul muthlaq bentuk masdar itu sendiri bisa ditempati dengan bentuk lain. Dalam hal ini ada 11 :
1. كُلِّيَّتُه contoh : فَلاَ تَمِيلُوا كُلَّ المَيْلِ
2. بَعْضِيَّته contoh أكْرَمْتُهُ بعضَ الإِكْرامِ
3. نَوْعُهُ contoh رَجَعَ القَهْقَرَى , قعَد القُرْفُصَاءَ
4. صِفَتُهُ contoh سِرْتُ أَحْسنَ السَّيرِ
5. هيئَتُهُ contoh يَمُوْتُ الجَاحِدُ مِيتةَ سُوءٍ
6. المُشَار إليه contoh عَلَّمنِي هذا العِلم أُسْتاذِي
7. وَقْتُه seperti Ucaah ahli Syair :
ألمْ تَغْتَمِضْ عَيناك لَيْلَةَ أَرْمَدَا * وَعَادَ كما $D8�َادَ السَّليم مُسَهَّ
Taqdirnya adalah اغتماضاً مثلَ اغْتِمَاض لَيْلَة أَرْمَد
8. "ما" الشَّرْطية contoh : "ما شئتَ فاجْلِسْ" Artinya أيّ جُلُوس شئْته
9. آلَتهُ، Contoh "ضَرَبْتُه سَوطاً" atau ضَرَبْتُه خَشَبةً.
10. العَدَد، contoh {فَاجْلِدُوهمْ ثَمانِينَ جَلْدَةً}
11. Sedang yang tiga adalah untuk menta’kidkan :
a. مُرادِفُه contoh "فَرِحتُ جَذِلاً" و "ومَقْتُه حُبّاً"
b. مُلاَقِيهِ في الاشْتِقَاقِ contoh : وَاللَّهُ أَنْبَتَكُمْ مِنَ الأرْضِ نَبَاتَاً
c. اسم المَصْدر contoh : "تَوَضّأ وُضُوءًا" و "أعْطى عَطَاءًا"

DHOROF
ظَرْفُ اَلزَّمَانِ هُوَ اِسْمُ اَلزَّمَانِ اَلْمَنْصُوبُ بِتَقْدِيرِ "فِي"
وَظَرْفُ اَلْمَكَانِ هُوَ اِسْمُ اَلْمَكَانِ اَلْمَنْصُوبُ بِتَقْدِيرِ "فِي"
• Dhorof zaman yaitu isim yang dibaca nashob yang menunjukan zaman / masa dengan mengira-ngirakan ma’nanya huruf jaar fi.
• Dhorof makan yaitu isim yang dibaca nashob yang menunjukan tempat dengan mangira-ngirakan ma’nanya huruf jaar fi.

Pembahasan secara luas
Secara mudah Maf’ul Fih bisa didefinisikan :
هو اسمٌ يَنتصبُ على تقدير "في"، يُذكرُ لبيانِ زمان الفعل أو مكانهِ
Yaitu isim yang dibaca nashob yang mengira-ngirakan ma’na “fi” serta disebutkan untuk menjelaskan waktu atau tempatnya suatu peristiwa. Contoh : "سافرتُ ليلاً"
Dhorof ada dua :
• Dhorof zaman ( menunjukkan atas waktunya suatu aktifitas itu dilakukan ) contoh : "سافرتُ ليلاً"
• Dhorof makan ( menunjukkan atas tempatnya suatu aktifitas itu dilakukan ) contoh : "وقفتُ تحتَ عَلَمِ العلم"

A. Dhorof Mubham dan Dhorof Mahdud
 Dhorof Mubham adalah dhorof yang menunjukkan arti waktu atau tempat yang tidak tentu dan tidak terbatas. Contoh :
"أبدٍ وأمدٍ وحينٍ ووقتٍ وزمانٍ"
أي أمامٌ وراءٌ خَلفٌ يَمينٌ يَسار شمال فَوق تحت
 Dhorof Mukhtash atau kadang disebut dengan dhorof mahdud atau dhorof muwaqqot, yaitu dhorof yang menunujukkan arti waktu atau tempat yang tertentu atau terbatas. Contoh :
"ساعةٍ ويومٍ وليلةٍ وأُسبوعٍ وشهرٍ وسنةٍ وعامٍ"
“دارٍ ومدرسةٍ ومكتبٍ ومسجدٍ وبلدٍ “
B. Dhorof Muttashorif dan Dhorof ghoiru Muttashorif
 Dhorof Muttashorif adalah suatu kalimat yang bisa diposisikan sebagai dhorof juga bisa dipakai bentuk yang lain semisal fail, mubtada, khobar dll. Semisal : "شهرٍ ويومٍ وسنةٍ وليل" Contoh :
- السنةُ اثنا عَشرَ شهراً
- الشهرُ ثلاثون يوماً والليلُ طويل
- يومُ الجمعة يومٌ مُباركٌ
 Dhorof ghoiru mutashorif ada dua macam :
• Adakalanya hanya bisa diposisikan sbagai dhorof saja dan selalu nashob, seperti :
"قَط وعوْضُ وبَينا وبينما وإذا وأَيَّانَ وأنّى وذا صَباحٍ وذاتَ ليلةِ"
• Bisa dipakai dhorof akan tetapi terkadang juga dibantu dengan huruf jer, seperti :
"قَبل وبَعدَ وفوق وتحت ولدَى وَلدُنْ وعندَ ومتى وأينَ وهُنا وثَمَّ وحيث والآن"
C. Ke-Nashoban Dhorof
Secara muthlaq dhorof pasti dibaca nashob baik itu dhorof mubham, mahdud, muttashorif atau ghoiru muttashorif asalkan dhorof yang dimaksud adalah dhorof yang menyimpan ma’na “fi” contoh : سرتُ حيناً، وسافرتُ ليلةً
Jikatidak menyimpan ma’na “fi” maka disesuaikan dengan amilnya. Contoh :
جاءَ يومُ الخميس. ويومُ الجمعة يومٌ مبارك
D. Amil dhorof
Amil yang menjadikan dhorof dibaca nashob adalah :
1. Fi’ilnya, contoh : جلستُ أمام المِنبَرِ
2. Syibhu al-fi’il yang secara dhohir.
a. Isim fa’il, contoh : خالدٌ مسافرٌ يومَ السبتِ
b. Isim maf’ul, contoh : أنا موقوفٌ لديك
3. Syibhu al-fi’il yang secara taqdiri (perkiraan), contoh :
• أنا عندَك asalnya أنا كائنٌ عندَك

HAAL ( اَلْحَالِ )
اَلْحَالُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلْمُفَسِّرُ لِمَا اِنْبَهَمَ مِنْ اَلْهَيْئَاتِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا" وَ"رَكِبْتُ اَلْفَرَسَ مُسْرَجًا" وَ"لَقِيتُ عَبْدَ اَللَّهِ رَاكِبًا" وَمَا أَشْبَهَ
Khal yaitu isim yang dibaca nashob yang menjelaskan keadaan (sesuatu) shokhibul khal yang masih samar.
A. Definisi secara luas:
اسمٌ فضلةٌ، نكرةٌ، منصوبٌ، يبيِّنُ هيئةَ اسمِ معرفةٍ قبلَهُ يسمَّى صاحبَ الحالِ، ويُستفهمُ عنهُ بكيفَ
Haal adalah isim sifat, berbentuk nakiroh yang dibaca nashob yang menjelaskan keadaan isim ma’rifat yang jatuh pada sebelumnya (shohibul haal) yang bisa dipahami dengan bentuk pertanyaan “كيفَ “ contoh :
• مررتُ بهند راكبةً
• طلعت الشمس صافية
B. Syarat-syarat Haal
1. Berbentuk isism sifat, contoh : خُلِقَ الإنسانُ ضعيفاً
2. Berbentuk isim nakirroh
3. Berbenuk isim musytaq
a. Isim fail
b. Isim maf’ul
c. Isim sifat musytabihat
d. Isim mubalaghoh
e. Isim tafdhil
f. Isim zaman
g. Isim makan
h. Isim alat
i. Mashdar Mim
j. Mashdar ghoiru mim (selain tsulasi)
4. Menjadi keadaan shohibul haal, contoh :
جاءَ سعيدُ راكباً
C. ‘Amil yang membuat haal dibaca nashob
a) Fi’ilnya, contoh : طلعت الشمسُ صافيةً
b) Syibhul fi’il, contoh : ما مسافرٌ خليلٌ ماشياً
c) Kalimat yang mempunyai ma’na seperti fi’il, diantaranya :
i. Isim fi’il, contoh : صَهْ ساكتاً
ii. Isim isyaroh , contoh : هذا خالدٌ مُقبلاً
iii. Adawatu at-tasybih, contoh : كأنَّ خالداً، مقبلاً، أسدٌ
iv. Adawatul istifham, contoh : ما شأنُكَ واقفاً؟
v. Huruf tanbih, contoh : ها هُوَ ذا البدرُ طالعاً
vi. Jer majrur, contoh : الفرَسُ لكَ وحدَك
vii. Dhorof, contoh : لَدَينا الحقُّ خَفّاقاً لواؤُهُ
viii. Huruf nida’, contoh : يا أيُّها الرَّبعُ مبكيّاً بساحتهِ
D. Syarat Shohibul Haal
Pada dasarnya shohibul haal harus berbentuk isim ma’rifat. Akan tetapi dalam beberpa keadaan di bawah ini “shohibul haal” boleh berupa isim nakiroh :
• Shohibul haal diakhirkan , contoh : جائني مُسرعاً مُستنجدٌ فأنجدتهُ
• Didahului oleh naïf, nahi atau istifham, contoh : ما جاءني أحدٌ إلاّ راكباً
• Dikhushuskan dengan sifat atau idlofah, contoh :
 جاءني صديقٌ حميمٌ طالباً مَغونتي
 مَرَّت علينا ستةُ أيامٍ شديدةً

E. Posisi haal dan shohibul haal
Pada dasarnya haal selalu jatuh setelah shohibul haal. Contoh : خُلِقَ الإنسانُ ضعيفاً
Akan tetapi dalam keadaan tertentu haal boleh didahulukan dari shohibul haal.
 Mendahulukan haal secara jawaz
جاء راكباً سعيدٌ
 Mendahulukan haal secara wujub,
Dalam hal ini ada dua syarat :
 Shohibul haal berupa isim nakiroh yang tidak memenuhi syarat, contoh : لخليلٍ مُهذَّباً غلامٌ
 Shohibul haal dibatasi hanya pada jumlah atau sobyek tertentu, contoh:
o ما جاء ناجحاً إلا خالدٌ
o إنما جاء ناجحاً خالدٌ

F. Posisi haal dan amilnya
Secara asal hampir semua bentuk haal itu diakhirkan dari amilnya. Aka tetapi dalam keadaan tertentu haal boleh didahulukan dari amilnya bahkan ada yang wajib didahulukan.
1) Bolehnya haal didahulukan dari amilnya
Haal boleh didahulukan dari amilnya jika amilnya berupa fi’il muttashorif isim sifat yang menyerupai fi’il muttashorif, contoh :
- راكباً جاء علي
- مُسرعاً خالدٌ مُنطلقٌ
2) Haal wajib didahulukan dari amilnya dalam tiga bentuk.
a. Haal menjadi shodar kalam, contoh : كيفَ رجعَ سليمٌ؟
b. Amilnya berupa isim tafdhil, contoh : خالدٌ فقيراً، أكرمُ من خليلٍ غنيّاً
c. Amilnya mempunyai ma’na tasybih, contoh : أنا، فقيرا�$8B، كخليلٍ غنيّاً
3) Haal wajib diakhirkan dalam 11 tempat :
a. Amilnya berupa fi’il jamid, contoh : بئس المرءُ منافقاً
b. Amil berupa isim fi’il, contoh : نَزالِ مسرعاً
c. Amilnya berupa mashdar, contoh : سرَّني أو يَسرُّني، اغترابُك طالباً للعلم
d. Amilnya berupa Shilah yang berupa “al”, contoh : خالدٌ هو العاملُ مجتهداً
e. Amilnya bersambung dngan huruf mashdar, contoh : "يَسُّرني أن تعملَ مجتهداً
f. Amilnya dibarengi dengan lam ibtida’, contoh : لأَصبِرُ مُعتمِلاً
g. Amilnya berupa kalimat yang di dalamnya mengandung ma’na fi’il, contoh : هذا عليٌّ مقبلاً
h. Amilnya berupa isim tafdhil, contoh : عليٌّ أفصحُ القومِ خطيباً
i. Haal-nya berfungsi sebagai penguat amilnya, contoh : تَبسّم الصديقُ ضاحكاً
j. Haal-nya berupa junlah, contoh : جئتُ والشمسُ طالعةٌ

G. Macam-macam Haal
Berdasakan faidahnya Haal terbagi menjadi dua.
a) Haqiqiyyah,
Yaitu haal yang menjelaskan keadaan shohibul haal-nya, contoh :
تَبسّم الصديقُ ضاحكاً
b) Sababiyyah,
Yaitu haal yang menjelaskan kalimat atau sesuatu yang mengandung dhomir yang kembeli pada shohibul haal. Contoh :
ركِبتُ الفرسَ غائباً صاحبُهُ
Berdasarkan bentuknya, haal terbagi menjadi dua :
a) Haal Mufrod
Yaitu haal yang berbentuk mufrod, contoh : جئتُ والشمسُ طالعة
b) Haal Jumlah
Dalam hal ini terjadi jika ada jumlah atau syibhu jumlah jatuh setelah isim ma’rifat.
i. Haal Jumlah ismiyyah, contoh : جاء سعيدٌ يركُضُ
ii. Haal Jumlah fi’liyah, contoh : ذهبَ خالِدٌ دَمعُهُ مُتحدَّرٌ
Syarat Jumlah yang menjadi haal :
a. أن تكون جملةً خبريّةً، لا طلبيةً ولا تَعَجُّبيّة
b. أن تكون غيرَ مُصدّرةٍ بعلامةِ استقبالٍ
c. أن تَشتملَ على رابط يربطُها بصاحب الحال
TAMYIZ
• اَلتَّمْيِيزُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلْمُفَسِّرُ لِمَا اِنْبَهَمَ مِنْ اَلذَّوَاتِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا", وَ"تَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمًا" وَ"طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا" وَ"اِشْتَرَيْتُ عِشْرِينَ غُلَامًا" وَ"مَلَكْتُ تِسْعِينَ نَعْجَةً" وَ"زَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا" وَ"أَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا"
Tamyiz yaitu isim yang di baca nashob yang menjelaskan kepada isim dzat / nisbat yang yang masih samar. Contoh : تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا
A. PENGERTIAN lebih mendalam
التَّمييزُ اسمٌ نكرةٌ يذكرُ تفسيراً للمُبهَم من ذاتٍ أو نِسبةٍ
Tamyiz adalah isim yang dibaca nashob yang berbentuk nakiroh yang disebutkan untuk menafsiri dzat atau nisbat yang masih samar. Contoh :
- اشتريتُ عشرينَ كتاباً
- طابَ المجتهدُ نفساً
Yang dimaksud dengan Mubham antara lain :
a. Bilangan (العَدَدُ ) contoh : "اشتريتُ أحدَ عشرَ كتاباً"
b. Sesuatu yang menunjukkan semacam ukuran :
• Bentuk ukuran , contoh : عندي قَصبَةٌ أرضاً
• Bentuk timbangan, contoh : لك قِنطارٌ عَسَلاً
• Bentuk takaran, contoh : أعطِ الفقيرَ صاعاً قمحاً
• Sejenis jarak, contoh : عندي ذراعٌ جوخاً
c. Sesuatu yang menyerupai ukuran, contoh : عندي مَدُّ البصرِ أرضاً
d. Sesuatu yang diberlakukan dengan ukuran, contoh : لنا مِثلُ ما لَكم خيلاً
e. ما كان فرعاً للتّمييز Contoh : عندي خاتمٌ فِضّةً

B. Tamyizudzdzat dan Tamyiizunnisbat serta hukumnya
Tamyiizu ad-dzat adalah tamyiz yang menjelaskan kesamaran / ketidakjelasan isim yang diucapkan. Contoh : "عندي رِطلٌ زَيتاً"
Sedan tamyizunnisbat adalah tamyiz yang menjelaskan kemubhaman / ketidak jelasan jumlahnya. Contoh : حَسُنَ علي خُلُقاً
Sisi baik Al itu tidak terhitung banyaknya sehinga dijelaskan dengan tamyiz. Itu lah tamyizunnisbat.

C. Hokum tamyiz
1. Amil yang menashobkan tamyiz dzat adalah isim yang samar itu sendiri
2. Tamyiz tidak boleh didahulukan dari amilnya.
3. Bentuk tamyiz adalah isim shoreh
4. Tamyiz tidak boleh berbilangan
5. Pada dasarnya tamyiz itu berbentuk isim jamid
6. Pada asalnya tamyiz itu berbentuk nakiroh
7. Kadang-kadang tamyiz juga mempunyai faidah taukid contoh:
• إنَّ عِدَّةَ الشُّهورِ عندَ اللهِ اثنا عشرَ شهراً
• اشتريتُ من الكتبِ عشرينَ كتاباً
8. Tidak boleh memisah antara tamyiz dengan adad kecuali pada dlorurot syi’ir, contoh :
*"في خَمْسَ عَشْرَةَ من جُمادَى لَيْلَةً"*

ISTITSNA’
وَحُرُوفُ اَلِاسْتِثْنَاءِ ثَمَانِيَةٌ وَهِيَ إِلَّا, وَغَيْرُ, وَسِوَى, وَسُوَى, وَسَوَاءٌ, وَخَلَا, وَعَدَا, وَحَاشَا
Istisna’ yaitu keluarnya suatu lafadz dari hukum lafadz sebelumnya dengan menggunakan salah satu huruf istisna’ ( pengecualian ). Contoh : قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا
ISTISNA’
A. DEFINISI
هو إخراجُ ما بعدَ "إلاّ" أو إحدَى أخواتها من أدوات الاستثناءِ، من حكم ما قبلَهُ
Istisna’ adalah mengeluarkan suatu kalimat yang jatuh stelah “illa” dan “tema-temannya” dari hokum kalimat sebelumnya. Contoh : جاءَ التلاميذُ إلاّ عليّاً
Istilah-istilah yang dipakai dalam bab ini :
a. Mustasna yaitu kalimat yang di keluarkan dari hokum kalimat sebelumnya, dalam contoh di atas “Ali” adalah sebagai mustasna.
b. Mustasna minhu yaitu kalimat yang dijadikan patokan hokum kalimat.
c. Adawatul mustasna yaitu huruf-huruf dalam istisna’ . dalam hal ini ada 8,
"إلاّ وغيرٌ وسِوًى وسُوًى وسَواءٌ وخَلا وعَدا وحاشا "
Sebagian ada yang menambah وليسَ ولا يكونُ
d. Kalam Tam Mujab yaitu Kalimat yang Positif dan sudah Mufid ( bisa dipahami ).
e. Kalam Tam Manfi yaitu kalimat yang sudah bisa dipahami tapi berbentuk negative
f. Kalam Naqis yaitu kalam yang belum bisa dipahami artinya belum memenuhi syarat kalam.
B. Macam-macam Mustasna
Mustasna ( atau kalimat yang dikecualikan) itu ada dua macam:
• Mustasna Muttasil
Yaitu antara mustasna dan mustasna minhu satu jenis hukumnya, misalnya sama-sama manusia, binatang atau peralatan tertentu, contoh :
جاءَ المسافرون إلا سعيداً
• Mustasna Munfasil
Yaitu antara mustasna dan mustasna minhu berbeda jenis atau kelompok, contoh :
احترقت الدارُ إلاّ الكتُبَ
C. Mustasna dengan “إلاَّ “
Jika Istisna’ itu memakai huruf “إلاَّ “ secara bersambung,maka mempunyai tiga hokum, :
1. Wajib dibaca nashob,
Dalam hal ini ada dua kemungkinan.
• Jatuh setelah kalam Tam Mujab, contoh : ينجحُ التلاميذُ إلا الكسولَ
• Jatuh setelah kalam Tam Manfi dan mustasna didahulukan dari mustasna minhu, contoh : ما جاء إلا سليماً أحدٌ
2. Boleh dua wajah, yaitu boleh dibaca nashob juga boleh jadi badal
Yaitu jika mustasna didahulukan dari sifatnya, contoh :
ما في المدرسة أحد إلا أخاك، أو إلاّ أخوكَ، كَسوٌ
Atau jika jika mustasna tersebut jatuh setelah kalam tam manfi atau syibhu manfi. Contoh :
 Yang jatuh setelah tam manfi : ما جاءَ القومُ إلاّ علي، وإلا علياً
 Yang jatuh setelah tam syibhu manfi : لا يَقمْ أحدٌ إلاّ سعيدٌ، وإلا سعيداً
3. Sesuai dengan amilnya.
Yaitu jika jatuh setelah kalam manfi atau sybhi manfi, contoh :
- ما جاءَ إلا عليٌّ
- ما رأيتُ إلا عليّاً
- ما مررتُ إلا بعليّ
D. Mustasna dengan “غَيْرٍ وسِوًى “
Dalam hal ini mustasna wajib dibaca jer. Contoh : "جاءَني رجلٌ غيرُكَ، أو غيرُ خالدٍ"
E. Mustasna dengan “خَلا وعَدَا وحاشا “
Dalam hal ini ada dua wajah, yaitu boleh dibaca jer juga boleh dibaca nashob.
• Boleh dibaca jer dengan landasan menyamakan huruf-huruf tersebut dengan huruf jer. Contoh : جاءَ القومُ خَلا عليٍّ
• Boleh dibaca nashob dengan pertimbangan bahwa huruf-huruf istisna tersebut sebagai fi’il madli, sedang mustasna dianggap sebagai maf’ul bih-nya, contoh : جاءَ القومُ خَلا عليّاً
F. Kesimpulan


ISIMNYA لا
اِعْلَمْ أَنَّ "لَا" تَنْصِبُ اَلنَّكِرَاتِ بِغَيْرِ تَنْوِينٍ إِذَا بَاشَرَتْ اَلنَّكِرَةَ وَلَمْ تَتَكَرَّرْ "لَا" نَحْوَ "لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ"
Laa itu mempunyai pengamalan seperti inna yaitu menashobkan mubtada’ (yang berupa isim nakiroh ) untuk menjadi isimnya dan merofa’kan khobar untuk menjadi khobarnya. Contoh : لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ
Syarat-syarat nashobnya Isimnya La
1. Tidak boleh dibaca / kemasukan tanwin
2. Isimnya harus berupa isim nakiroh
3. La tidak diulang-ulan.
Seandainya La itu diulang maka boleh dua wajah, isimnya boleh dibaca nashob dan juga boleh dibaca rofa’.
MUNADA
اَلْمُنَادَى خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ : المفرد اَلْعَلَمُ, وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ, وَالنَّكِرَةُ غَيْرُ اَلْمَقْصُودَةِ, وَالْمُضَافُ, وَالشَّبِيهُ بِالْمُضَافِ
- فَأَمَّا اَلْمُفْرَدُ اَلْعَلَمُ وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ فَيُبْنَيَانِ عَلَى اَلضَّمِّ مِنْ غَيْرِ تَنْوِينٍ, نَحْوَ "يَا زَيْدُ" وَ"يَا رَجُلُ"
- وَالثَّلَاثَةُ اَلْبَاقِيَةُ مَنْصُوبَةٌ لَا غَيْرُ.
Munada atau nida’ yaitu memanggil atau panggila , dengan menggunakan huruf nida’.
Didalam bab munada itu ada 2 istilah yaitu:
1. munada : lafadz yang dipanggil dengan menggunakan huruf nida’.
Munada itu ada 5 macam yaitu :
a. mufrod alam.
b. mufrod nakiroh maksudah.
c. mufrod nakiroh ghoiru maksudah.
d. mudhof.
e. syibhul mudhof.
2. huruf nida’ : huruf yang digunakan untuk memanggil.

Penjelasan Istilah-istilah di atas :
1. Mufrod Alam yaitu Isim alam ( nama orang , benda atau sesuatu yang lain ) yang berbentuk mufrod. Contoh zaid, Madinah, Surabaya
2. Nakiroh Maqsudah yaitu Bentuk kalimat ysng sifatnya umum akan tetapi ada penunjuk pada yang dimaksud / yang dituju.
3. Nakiroh ghoiru maqsudah yaitu Bentuk umum secara mutlaq tanpa ada individu / personel yang dituju atau yang dimaksud
4. Mudlof adalah penyusunan dua kalimat menjadi satu bentuk kata beru serta arti baru juga. Seperti : رسول الله
5. Syibhu Mudlof yaitu bentuk kata yang hanya satubentuk akan tetapi mempunyai ma’na yang menyerupai mudlof. Contoh : يا راضيا
MAF’UL LI-AJLIH
وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يُذْكَرُ بَيَانًا لِسَبَبِ وُقُوعِ اَلْفِعْلِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو" وَ"قَصَدْتُكَ اِبْتِغَاءَ مَعْرُوفِكَ".
Maf’’ul min ajlih yaitu isim yang dibaca nashob yang menjelaskan alasan atau sebab terjadinya suatu pekerjaan. Contoh ; قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو
Adapun yang menashob kannya adalah kalimat fi’il atau syibhul fi’il sebelumnya.

MAF’UL MA’AH
وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يُذْكَرُ لِبَيَانِ مَنْ فُعِلَ مَعَهُ اَلْفِعْلُ, نَحْوَ قَوْلِكَ "جَاءَ اَلْأَمِيرُ وَالْجَيْشَ" وَ"اِسْتَوَى اَلْمَاءُ وَالْخَشَبَةَ".
Mafu’l ma’ah yaitu isim yang dibaca nashob yang jatuh setelahnya wawu mai’yyah yang menjelaskan suatu perkara yang disertai dengan pekerjaan lain.
Adapun khobarnya kana, isimnya inna dan tabi’ itu sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya.
MAKHFUDLOTUL ASMA’
اَلْمَخْفُوضَاتُ ثَلَاثَةُ أَنْوَاعٍ مَخْفُوضٌ بِالْحَرْفِ, وَمَخْفُوضٌ بِالْإِضَافَةِ, وَتَابِعٌ لِلْمَخْفُوضِ
فَأَمَّا اَلْمَخْفُوضُ بِالْحَرْفِ فَهُوَ مَا يَخْتَصُّ بِمِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءِ, وَالْكَافِ, وَاللَّامِ, وَبِحُرُوفِ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُ, وَبِوَاوِ رُبَّ, وَبِمُذْ, وَمُنْذُ.
وَأَمَّا مَا يُخْفَضُ بِالْإِضَافَةِ, فَنَحْوُ قَوْلِكَ "غُلَامُ زَيْدٍ" وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ مَا يُقَدَّرُ بِاللَّامِ, وَمَا يُقَدَّرُ بِمِنْ; فَاَلَّذِي يُقَدَّرُ بِاللَّامِ نَحْوُ "غُلَامُ زَيْدٍ" وَاَلَّذِي يُقَدَّرُ بِمِنْ, نَحْوُ "ثَوْبُ خَزٍّ" وَ"بَابُ سَاجٍ" وَ"خَاتَمُ حَدِيدٍ





Semoga memberi manfa’at pada kita semua Sekaligus mengantarkan kita lebih memahami ilmu islam, sehingga menjadi syafa’at besok di hari akhir nanti

Aamiin Ya Robb al-‘alamin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...

alhamdulillaaahh.. hatur nuhun kang.. :)

Posting Komentar