RSS

MAKALAH KONSEP MANUSIA III

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 2. Menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal darah, Al-Qur’an surat Al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah dan Al-Qur’an Surat Al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman ( Allah ) itulah yang menciptakan manusia serta masih banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah.
Hakikat wujudnya yang lain ialah bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori yang dikembangkan di dunia barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya di pengaruhi oleh pembawaan. Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang anya ditentukan oleh lingkungannya. Kemudian dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya. Menurut Islam, kira – kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran. Salah satu sabda rasulullah SAW mengatakan:
“Tiap anak dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya yahudi, Nasrani atau Majusi”. ( Hadist riwayat Bukhari dan Muslim).
Menurut hadist ini manusia lahir membawa kemampuan – kemampuan, kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut didalam hadist itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan. Ayah-ibu dalam hadis ini adalah lingkung`n sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itulah menurut hadis ini yang menentukan perkembangan seseorang, apakah orang tersebut akan menjadi muslim yang sejati ataukah sebaliknya, (menjadi orang non muslim).









B. KONSEP MANUSIA
1. Pengertian manusia Menurut Al-Qur’an
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama. Itulah antara lain hakikat manusia, hakekat wujud manusia yang lain ialah bahwa manusia itu makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok.
Dalam Al-Qur’an ada 3 kata yang digunakan untuk menunjukan arti manusia, yaitu:
1. insane / ins / annas
2. basyar
3. bani adam / dzurriyat adm
Sedangkan yang paling banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an adalah basyar dan insan. Kata Basyar menunjukan manusia dari sudut lahiriyahnya ( fisik ) serta persamaanya dengan mnusia seluruhnya, seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya : 34-35 yang artinya sebagai berikut :
“ Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu
( muhamad ) maka apabila kamu mati apakah mereka akan kekal ? tiap – tiap yang berjiwa akan mati, kami akan menguji kamu dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan ( yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada kami kamu dikembalikan “ ( Anbiya : 34-35 )
Kata insane digunakan untuk menunjukkan manusia dengan segala totalitasnya, fisik psikis, jasmani dan rohani. Di dalam diri manusia terdapat tiga kemampuan yang sangat potensial untuk membentuk struktur kerohanian, yaitu nafsu, akal dan rasa.
Nafsu merupakan tenaga potensial yang berupa dorongan untuk berbuat kreatif dan dinamis yang dapat berkembang ke dua arah, yaitu kebaikan dan kejahatan. Sebagaimana Firman Allah dalam surat as – Syam 8 : yang artinya :
“ maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu ( jalan ) kesesatan dan ketkwaan “
Akal sebagai potensi intelegensi berfungsi sebagai filter yang menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah yang mendorong manusia untuk memahami, meneliti dan menghayati alam dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan dan kesejahteraan.
Sedangkan rasa merupakan potensi yang mengarah kepada nilai – nilai etika, estetika dan agama. “ Sesungguhnya orang yang mengatakan : tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka berIstikomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka “ ( Qs Al Ahqaf : 13 )
Ketiga potensi dasar diatas membentuk struktur kerohanian yang berada dalam diri manusia yang kemudian membentuk manusia sebagai insane yang kamil ( sempurna ). Konsep basyar dan insane merupakan konsep islam tentang manusia sebagai individu. Sedangkan dalam hubungan social Alqur’an memberikan istilah Annas yang merupakan jamak dari kata insane dan perwujudan kualitas keinsanian manusia ini tidak terlepas dari konteks sosialnya dengan lingkungan.

2. Proses kejadian Manusia
Di dalam Alqur’an proses kejadian manusia dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Manusia dijadikan Alloh Swt. Berasal dari sari pati tanah, (Qs Al Hijr :28)
2. Dari segumpal tanah lalu menjadi nutfah (didalam rahim) segumpal darah, segumpal daging, tulang dibungkus dengan daging dan akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna (Qs Almukminun : 12-14)
3. Ditiupkan Ruh(Qs Alhijr :29)
4. Sebelum ruh ditiupkan, ketika masih didalam ruh manusia telah berjanji dan bersaksi mantauhidkan Alloh (Qs Al A’raf :172)
Al Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan memepergunakan bermacam-macam istilah, seperti: Turap, Thien, Shal-Shal dan Sualah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari macam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dari proses berikutnya, Al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dri rahimnya yang pross penciptaanya dimulai sejak bertemunya antara spermatozoa dengan ovum.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secra lahiriah. Hal itu menimbulkan pendapat bahwa manusia berasal dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka segala sesuatu dapat terjadi.
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah tidak berarti bahwa semua unsur kimia kimia yang berada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Dalam suatu hadist dijelaskan bahwa seluruh air mani anak adam itu mengandung zat-zat tanah. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanan juga dari tanah, Oleh karena itu bahan-bahan pembuat manusia yang disebut dalam Al-Qur’an hanya merupakan petunjuk manusia untuk berfikir tentang dirinya sendiri.
Ayat yang menyatakan bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi, maka jadilah( kun fa yakun), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki Alloh pasti terwujud seketika. Dalam hal ini mesti dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa ya kana. Apa yang dikendaki Allah pasti terwujud dan wujudnya mungkin melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu didunia juga mengalami proses.
Jika kita perhatikan surat Ali Imran 59 Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dalam otak kita akan menimbulkan pemikiran bahwa apabila Isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya, Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah Adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung apa melalui proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendirianya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dan tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia Al-Qur’an cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang ini.
Untuk memehami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimia , biologi, dan lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memehami ayat-ayat tersebut tidak secara harfiyah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah( pemilih atau penerus agama Allah). Status manusia sebagai panitia, dinyatakan dalam surat Al-baqarah:30. kata kalifah bersal dari kata khalafah yakhlifu khilfatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah.
Akan tetapi kebanyakan kata khalifah juga diartikan sebagai pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubungkan denagn jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad Saw wafat, baik pimpinan yang termasuk khulaurrasyidin maupun dimasa Mu’awiyah – Abbasiah, dan seterusnya.
Perlu diingat bahwa istilah khilfah permah dimunculkan Abu bakar waktu dipercaya untuk memimpin umat Islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunnah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat Islam, Abu bakar antara lain menyatakan” selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya menyimpang, maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan ke khalifahan. Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
Dalam penciptaan manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai pelengkap dalam menunjang tugasnya. Diantaranya:
a) Jasad
b) Ruh
c) Akal
d) Nafsu
e) Hati
Jasad adalah bentuk lahiriyah manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafsu adalah jiwa, Akal adalah daya fikir, dan Qalb adalah daya rasa. Disamping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah(An-Nisa’ 28) suka berkeluh kesah(Al-ma’arif 19), suka berbuat zalim ingkar(Ibrahim 34), suka membantah(Al-kahfi), suka melampaui batas(Al-alaq 6),suka berburu nafsu(Al-isra’ 11) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs, sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah akal dan qalb. Tetapi jika hanya dengan akal dan qalb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu chidayah yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang yang dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut(karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan dalam surat Al-baqarah 30 terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia adalah khalifah pertama. Dalam ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedangkan kata ja’ala mengarah pada suatu yang bukan baru, dengan arti kata”memberi bentuk baru” Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat bertanya pada Allah” apakah engkau akan menjadiakan dibumi mereka yang merusak alam dan berumpah darah?”
Oleh karena itu Al-Qur’an tidak berbicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu sekedar bersifat pengayaan saint untuk menambah wawasan pendakatan diri kepada Allah. Hasil pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatau saat dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru.

3. Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain.
Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, laut, maupun udara. Sedangkan bintang bergerak diruangan yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.

Disamping itu, manusia dibekali akal dan hati, sehingga dapat memehami ilmu yang diturunkan Allah, berupa AlQur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Alloh menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya(at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah( makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah(QS. Al-Anam :165) karena ilmunya itu manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya.


B. Eksistensi dan Martabat Manusia Menurur Islam

1. Tujuan Hidup manusia

Sebagai makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan oleh Allah didunia, peranan manusia dalam kehidupan di bumi tentulah sangat vital. Oleh karena itu dalam hidup manusia memiliki banyak sekali tujuan. Adapun tujuan-tujuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua.
• Dilihat dari arahnya, dibedakan menjadi:
1. Tujuan hidup vertikal: Mencari ridho Allah(QS Al-Baqaroh 207)
2. Tujuan hidup horisontal; Bahagia dunia akhirat
• Dilihat dari segi lingkungannya:
1. Tujuan hidup pribadi(Albaqarah 22)
2. Tujuan hidup anggota keluaraga(Arrum:21)
3. Tujuan hidup anggota lingkungan(Al a’rof: 96)
4. Tujuan hidup warga negara / bansa(Saba’ : 15)
5. Tujan hidup warga duni(Al qashas : 77)
6. Tujuan hidup alam semesta(Al anbiya : 107)

C. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khaliifah
1. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba
Sebagai hamba Allah tanggung jawab manusia amat luas dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya.
Tanggung jawab manusia secara umum digambarkan oleh rasulullah SAW. Didalam hadist berikut. Dari umar RA katanya; “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda yang bermaksud:
“Semua oarang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggung jawabkan terhadap apa yang digembalainya. Serang laki-laki adalah pengembala dalam keluarganaya dan akan ditanya tentang pengembalaanya. Seoarang istri adalah pengembala dirumah suaminya dan akan ditanaya tentang pengembalaanya. Seoarang khadam adalah pengembala dalam harta tuannya dan akan ditanaya tentang pengembalaanya. Maka semua orang dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang penembalaanya”
(Mutafaq ‘alaih)
2. Manusia sebagai khalifah Allah.
Diantara anugerah utama Allah kepada manusia adalah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakil-Nya dibumi. Dengan ini manusia berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapus kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Allah SWT berfirman yang artinya:
“dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepda malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan seoarang khalifah dibumi.Berkata malaikat : adakah hendak kau jadikan dibumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami senatisa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah: 30)
Dikalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih Allah melaksanakan tanggung jawab tersebut. Kareana manusia makhluk yang paling istimewa.
Dalam ayat lain Alloh SWT berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya), maka mereka enggan untuk memikulnya adn bimbang tidak dapat menyempurnakannya(karena tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan(pada ketika itu) manusia(dengan persediaan yang ada padanya)sanggup memikulnya(ingatlah)sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”
Dalam hal tanggung jawab manusia sebagai hamba juga sebagai khalifah serta kelebihan-kelebihan yang diberikan pada manusia maka, penting bagi manusia mengembangkan hal-hal tersebut.
1) Optimalisasi kemampuan
Dengan berbagai kelebihan tersebut, sangat penting bagi manusia untuk dapat mengembangkan diri dan mengoptimalkan kemampuan. Optimalisasi kemampuan tercermin dalam pemanfaatan kemampuan dari manusia itu sendiri terhadap terhadap potensi-potensi yang dimlikinya. Manusia diberikan kelebihan fisik tersebut guna memaksimalkan tugas kekhalifahan dibumi. Dengan otak manusia diharapkan kehidupan dibumi secara umum dapat berkembang dan terjaga dari kerusakan. Dengan tangan manusia diharapkan memiliki kemampuan mencipta, dalam arti mmemanfaatkan potensi sumber daya dari Allah. Dengan lisan manusia diharapkan memiliki kemampuan komunikasi baik. Dari hal-hal tersebut diatas maka jelaslah bahwa optimalisasi kemapuan tercermin dari optimalsasi potensi materi yang dimiliki oleh manusia dari Allah. Sekarang kita bisa melihat hasilnya yaitu dengan adanya kapal,pesawat terbang,motor,mobil,mobil, dan teknologi lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk kemaslakhatan makhluk: manusia,hewan,dan tumbuhan.
2) Optimalisasi Pemanfaatan sumber Daya alam
Sesungguhnya semua fasilitas yang sudah tersedia didunia secara gratis seperti tumbuhan, binatang ,angin,udara,air dan apapun adalah untuk manusia. Tentunya hal tersebut dimaksudkan untuk membantu kekhalifahan manusia dibumi. Allah berkali-kali mengatakan bahwa dalam melakukan suatu hal, janganlah pernah melampaui batas. Artinya manusia harus bisa berlaku normal sebagai mana adanya. Allah menyatakan bawasanya potensi-potensi alam itu tidak akan pernah habis tetapi hal tersebut berlaku apabila manusia memanfaatkan dengan sewajarnya. Namun kejadian sekarang ini, akibat industrialisasi, seluruh potensi alam hampir habis diserap untuk kepentingan manusia tanpa berfikir baik buruknya sehingga terjadi ketidak seimbangan dalam ekosistem. Sesungguhnya hal tersebut tidak harus terjadi apabila manusia taat dan patuh pada perintah Allah. Janganlah janganlah melampaui batas.
Optimalisasi alam bukanlah dengan tindakan mengeruk sebanyak-banyaknya potensi alam semesta. Akan tetapi, optimalisasi sebenarnya dimaksudkan untuk mengatur semaksimal mungkin perihal pengelolaan alam. Sehingga tidak terjadi ketidak seimbngan ekosistem. Hutan tidak akan habis hanya oleh kareana alasan industrialsasi atau perluasan masalah tempat tinggal. Dengan potensi otak manusia telah diberi akal untuk berfikir bagaimana menyeimbangkan segala potensi kehidupan dan alam semesta.
Keoptimalan peran manusia sebagai khalifah dibumi akan tercapai dengan sempurna apabila manusia dapat memanfaatkan segala pikiran hebatnya yang dianugerahkan dari Allah dengan menciptakan teknologi yang canggih dengan berdasarkan nilai keilahiannya(sifa-sifat Allah-asmaul Husna).

D. KESIMPULAN

Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya denagan memaksimalkan semua potensi pada diri kita. Kita juga dituntut terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah dibumi.

Daftar Pustaka
1. Al-Ahdali, Abu bakar. Al-faroidul Bahiyah.
2. As-Suyuti, Jalaludin. Tafsir Al-Qur’an
3. Ahmadi, M Isom. Kaifah Nurobbi Abna-ana.
4. Hashimi,Ahmad.Mukhtanil Ahadits An-Nabawiyah
5. Ramayulis. Ilmu Pendikan Islam,Jakarta:kalam mulia,2002



B. Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan melalui penulisan makalah ini tidak lain agar bermanfaat bagi kaum Muslimin pada umumnya dan bagi Penulis pribadi kususnya diantaranya:
- Selalu berusaha mengembangkan pemiliran dalam upaya mengaktualkan ajaran-ajaran Islam.
- Menuntut ilmu dengan penuh semangat dengan tujuan demi menegakkan agama Islam.
- Selalu konsisten dengan segala hal yang bersifat positif.

Demikian saran-sran yang bisa penulis sampaikan dan semoga setiap langkah bisa mendapat Ridho dariu Allah SWT, Amin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar