RSS

MAKALAH PERKEMBANGAN KURIKULUM

PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kurikulum selalu mengalami perubahan untuk memenuhi tuntutan relevansi terhadap kebutuhan masa depan anak didik, namun setiap ada perubahan kurikulum, banyak pihak yang mempertanyakan apa perlunya? Kurikulum yang ada belum berhasil menghantarkan anak didik sampai pada tujuannya, namun kurikulum sudah diganti. Akankah anak didik terus dijadikan eksperimen untuk menguji kehandalan sebuah kurikulum? Tentu tidak, setiap perubahan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan..
Sejarah membuktikan, bahwa tidak ada kurikulum yang abadi, demikian juga kurikulum pendidikan islam beserta analisisnya, untuk direnungkan sebagai bahan pertimbangan merekonstruksi kurikulum pendidikan masa depan.

A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Istilah kurikulum, awalnya digunakan dalam dunia olahraga atletik pada zaman Yunani Kuno. Kurikulum berasal dari kata curir yang artinya pelari, dan curere artinya tempat berpacu. Sedangkan Curriculum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh pelari. Dari makna yang terkandung dalam kata tersebut, kurikulum diartikan sebagai peserta didik untuk memperioleh ijazah.
Dalam dunia pendidikan, istilah kurikulum telah dikenal sejak kurang lebih satu abad yang lalu. Dalam kamus wester, tahun 1856, untuk pertama kalinya istilah kurikulum digunakan. Pada waktu itu kurikulum digunakan dalam dunia olahraga, yaitu suatu alat yang dibawa seorang pelari dari start sampai finish.
Kurikulum merupakan suatu rencana tingkat pengajaran dan lingkungan sekolah tertentu. Kurikulum ditujukan untuk mengantar anak didik pada tingkatan pendidikan, perilaku, dan intelektual yang diharapkan membawa mereka pada sosok anggota masyarakat yang berguna bagi bangsa dan masyarakatnya, serta mau berkarya bagi pengembangan bangsa serta perwujudan idealisme.

 Adapun karakteristik kurikulum pendidikan agam islam adalah :
1. Kurikulum Islami harus memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia serta bertujuan untuk mensucikan manusia, memeliharanya dari penyimpangan dan menjaga keselamatan fitrah manusia dari upaya penyesatan.
2. Kurikulum Islami harus dapat mewujudkan tujuan pendidikan islam yang Fundamental, memurnikan ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah.
3. Kurikulum Islami harus sesuai dengan tingkat pendidikan, baik dalam karakteristik, usia, tingkat pemahaman, jenis kelamin serta tugas-tugas kemasyarakatan yang telah direncanakan dalam kurikulum.
4. Kurikulum Islami harus memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis, menyangkut penghidupan, dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal, seperti merasa bangga menjadi umat islam.
5. Kurikulum Islami tidak membagi materi kedalam ilmu-ilmu keagamaan dan keduniawian. Tidak mengenal dikotomi ilmu.
6. Kurikulum Islami harus Realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan Negara yang hendak menerapkannya erta sesuai dengan kondisi dan tuntutan Negara itu sendiri.
7. Kurikulum Islami harus memilih metode yang elastis.
8. kurikulum Islami harus efektif, dapat memberikan hasil pendidikan yang bersifat behaviouristik.
9. Kurikulum Islami harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik.
10. Kurikulum Islami harus memperhatikan tentang segi-segi perilaku yang bersifat aktifitas langsung.
Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian kurikulum dalam undang-undang RI No. 20 Th. 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 19, yang berbunyi : ”Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
B. Perkembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Perkembangan kurikulum pendidikan Islam ini didasarkan pada periodesasi sejarah islam (tarikh) pad umumnya, yakini :
Periode I : Periode Kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Periode II : Periode Khulafa’ al-rasyidin-daulah Umaiyah.
Periode III : Periode Daulah Abasiyyah.

 Periode Pertama
Kurikulum Pendidikan Islam yang diberikan Nabi Muhammad SAW selama di Mekkah, ialah Al-qur’an, dengan rincian : Iman, Sholat, dan akhlak dengan silabus sebagai berikut :
Pendidikan Iman meliputi : Iman akan adanya Allah Yang Maha Esa, Iman kepada Nabi/Rasul pembawa Wahyu dan Iman kepada hari kemudian, sebagai motivasi. Selain juga dikenalkan adanya alam ghaib, yakni alam ruhani yang baik, yaknoi malaikat, alam ruhani yang jahat, dinamai setan dan alam ruhani campuran antara yang baik dan yang jahat, yaitu alam jin.
Pendidikan Ibadah meliputi : Shalat Fardhu lima waktu, setelah nabi di-isra’ mi’raj-kan oleh Allah, Zakat, dalam arti amaliah sosial.
Pendidikan Akhlak meliputi : akhlak yang baik yang harus dilakukan serta akhlak yang buruk yang harus ditinggalkan.
Selanjutnya Kurikulum Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah, yang terdiri atas :
1. Membaca Al-Qur’an
2. Keimanan (Rukun Iman)
3. Ibadah (Rukun Islam)
4. Akhlak
5. Dasar-dasar Ekonomi
6. Dasar-dasar Politik
7. Pendidikan Jasmani
8. Membaca dan Menulis
Jika disimpulkan, kurikulum pada masa ini secara keseluruhan telah mencakup aspek: jasmani, akal, ruhani.
 Periode Kedua
Pada masa Khulafa’ al-rasyidin dan Bani Umayah; kurikulum pendidikan islam dapat diringkas sebagai berikut :
1. Di Sekolah dasar (kuttab): diberikan pelajaran :
a. Membaca dan Menulis.
b. Membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya.
c. Keimanan, Ibadan dan akhalk.
d. Berenang.
e. Menunggang Kuda.
f. Memanah
g. Membaca dan menghafal sya’ir yang mudah dan peribahasa.
2. Di sekolah menengah dan tinggi, pengajarannya terdiri atas :
a. Al-Qur’an dan Tafsirnya.
b. Hadist dan Pengumpulannya
c. Fiqh.
 Periode Ketiga
Kurikulum Pendidikan Islam pada masa Abbasiyah adalah sebagai berikut :
3. Di Kuttab, diajarkan mata pelajaran ;
a. Mata Pelajaran wajib ;
1. Al-Qur’an
2. Shalat
3. Do’a
4. Sedikit Nahwu dan Bahasa Arab
5. Membaca dan Menulis
b. Mata pelajaran pilihan :
1. Berhitung
2. Semua ilmu Nahwu dan Bahasa Arab
3. Syair
4. Riwayat/Tarikh Arab
Dari sini nampak adanya penyimpangan kurikulum yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw dan sahabatnya,yakni tidak masuknya pelajaran yang menyangkut aspek pendidikan jasmani.Pembinaan dalam bentuk ekstra kulikuler pun tidak dilakukan.
2. Disekolah menengah,mata pelajaran yang diajarkan adalah sebagai berikut :
a. Al-Qur’an.
b. Bahasa Arab dan Kesusastraannya
c. Fiqih
d. Tafsir.
e. Hadis
f. Nahwu,sharaf dan Balaghah
g. Ilmu pasti
h. Mantiq.
i. Ilmu Falaq
j. Tarikh
k. Ilmu Alam
l. Kedokteran
m. Musik
3. Disekolah tinggi pada jurusan, diajarkan:
a. Ilmu-ilmu naqliyah
1. Tafsir.
2. Hadis
3. Fiqh dan Usul fiqh
4. Nahwu,sharaf.
5. Balaghah
6. Bahasa dan Kesustraan Arab
b. Ilmu-ilmu Aqliyah, yang diberikan pada jurusan:
1. Mantiq
2. Ilmu-ilmu Alam dan Kimia
3. Musik
4. Ilmu-ilmu pasti
5. Ilmu Ukur
6. Ilmu Falak
7. Ilmu Ilahiyah
8. Ilmu Hewan
9. Ilmu Tumbuh-tumbuhan
10.Ilmu Kedokteran(Yunus, 1996:5-50)
Berdasarkan tentang uraian tentang perkembangan kurikulum sejak zaman Nabi sampai dengan masa khalifah Abasiyah ,kiranya dapat diikhtisarkan sebagai sebagai berikut :
1. Kurikulum di masa nabi dan Khulafa’ al-rasyidin telah cukup komprehensif,aspek jasmani, akal dan ruhani (hati) masing-masing telah mendapat perhatian .Akan tetapi belum maju karena pengetahuan pada masa itu masih belum berkembang.
2. Kurikulum pendidikan pada masa bani Umaiyah kurang lebih sama dengan masa Nabi dan Khulafa’ al-rasyidin ; telah memperhatikan seluruh aspek kepribadian manusia.
3. Kurikulum pendidikan pada masa Abbasiyah,lebih memperhatikan aspek akal
ketimbang pada jaman sebelumnya,tetapi aspek jasmaniyah malah kurang diperhatikan,sementara aspek ruhani mendapat tambahan pelajaran musik yang belum mendapat perhatian pada masa sebelumnya.(Tafsir, 1992: 64-65)
C. Analisis
Jika perkembangan konsep kurikulum pendidikan islam yang ditelusuri dari sudut pandang sejarah sebagaimana diuraikan diatas, telah mencapai tingkat ideal dan komprehensif, mencakup seluruh aspek perkembangan kepribadian anak : jasmani, akal dan ruhan
Berkembangnya madrasah-madrasah yang cepat pada saat itu (Daulah Abbasiyyah), merupakan satu manifestasi yang bertujuan untuk melawan golangan syiah yang telah kuat dan berkembang di seluruh pelosok dunia, yakni pada abad IV hijriyah. Gerakan syiah itu bukan saja merupakan gerakan politik, tetapi dalam waktu yang sama juga merupakan gerakan ilmu pengetahuan yang sejalan dengan filsafat dan pendapat-pendapat golongan mistik yang extrim.Madrasah-madrasah tersebut tersebar diseluruh dunia islam saat itu,untuk memperkuat madzhab ahlussunah dengan cara memberi perhatian yang besar terhadap ilmu fiqih yang terdapat pada empat madzhab(fahmi,1979:40-41).
Jadi,kurikulum yang dipraktekkan di madrasah-madrasah Nidzamiyah pada masa daulah abasiyyah saat itu,menunjukkan adanya dikotomi ilmu antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu non agama.Tegasnya, ilmu-ilmu non agama tidak diajarkan.Agaknya, kurikulum Nidzamiyah menekankan supremasi fiqih. Semua cabang illmu agama yang lain diperkenalkan dalam rangka menopang suprioritas hukum islam(fiqih). Pendidikan serba fqih (Fiqih Oriented Education) adalah ciri yang menonjol pada pendidikan sunni. Madrasah Nidzamiyah ini benar-benar menjadi model pendidikan madarasah pada masa klasik dan abad pertengahan islam.
Namun, perlu diingat bahwa penyebab ini semua itu tidak semata-mata karena madrasah nidzamiyah, akan tetapi banyak faktor yang komplek meliputi sikap mental umat pada waktu itu didalam maupun di luar institusi pendidikan serta fanatisme madzab yang berlebihan.






















FALSAFAH DAN DASAR PENDIDIKAN ISLAM

A. Falsafah Pendidikan Islam
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkann keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Sehingga pendidikan itu mutlak sifatnya dalam kehidupan, sebab seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan.” Life is education and education is life.” Pendidikan berproses dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu negara ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut.
Mengingat sangat pentingnya pendidikan bagi kehidupan bangsa dan negara, maka seluruh negara-negara di dunia menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan kependidikan, teristimewa masalah yang menyangkut masalah policy. Sehingga masing-masing negara itu menentukan sendiri dasar dan tujuan pendidikan di negaranya.
Di Indonesia pendidikan Islam merupakan sub sistem pendidikan nacional. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila dan undang-undang dasar 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatakan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam rangka untuk mewujudkan tujuan nacional.
Pendidikan nacional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan SWT serta berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Madrasah sebagai suatu lembaga pendidikan islam yang dibangun oleh masyarakat untuk ambil bagian dalam mencerdaskan bangsa sesuai dengan visi dan misi lembaga tersebut harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Selain itu madrasah boleh memberikan corak dalam pendidikan nasional. Maka tujuan kependidikan islam harus jelas sehingga dapat menuju arah yang dituju. Falsafah kependidikan islam akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa.
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah dalam kondisi”ahsani taqwiim”, mempunyai tiga dimensi hakekat, yaitu unsur jasmani, unsur rohani, dan nafsani. Tiga dimensi hakikat ini yang menjadikan manusia berbeda dari makhluk yang lain.
Pendidikan Islam pada hakikatnya memberikan bimbingan dan arahan pada setiap individua agar mereka memiliki Idrak sehingga mereka selalu berdialog dengan tuhannya, dan hasil dialognya ditransformasikan dalam aktivitas kemasyarakatan sehingga dapat tercapai suatu kesejahteraan yaitu kesejahteraan lahir dan batin.
Dalam perkembangan sejarah manusia dikatakan bahwa pada dasarnya manusia itu ingin selalu terpenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan dapat hidup sejahtera. Namun semakin maju sebuah masyarakat, maka semakin beranekaragam kebutuhannya.
Kebutuhan-kebutuhan pokok manusia itu antara lain :
1. Kebutuhan Biologis, atau kebutuhan jasmaniyah yang merupakan kebutuhan manusia yang paling primer, seperti : makan, tempat tinggal, pakaian (papan, sandang dan pangan).
2. Kebutuhan psikis, atau kebutuhan rohaniyah. Misalnya :manusia itu membutuhkan rasa aman, dicintai dan mencintai, rasa bebas, perasaan untuk dihargai dan lain sebagainya. Manusia adalah sebagai makhluk hidup yang mempunyai kemandirian jasmani dan rohani “psycophysic netral”. Yang dalam kemandiriannya itu, manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Untuk itu maka diperlukan adanya pendidikan, agar kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi dengan harmonis.
3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan manusia untuk bergaul dengan manusia lain. Karena manusia adalah merupakan makhluk “homo-socius” atau makhluk sosial, yang mempunyai pembawaan untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial maka manusia mempunyai rasa tanggung jawab sosialuntuk ikut mengembangkan interaksi antara anggota masyarakat. Filosof Yunani “Aristoteles” menamakan manusia itu dengan zoom politicon, artinya sebagai makhluk sosial. Untuk itu mereka dituntut untuk ramah, toleran, pandai menyesuikan diri dan harus juga dapat mengadakan pengendalian diri.
4. Kebutuhan agama (spiritual), yaitu kebutuhan manusia terhadap pedoman hidup yang dapat menunjukkan manusia ke jalan yang benar menuju dermaga kebahagiaan dunia akhirat.sejak lahirnya manusia sudah membawa fitrah tersebut akan berkembang dengan adanya pendidikan. Karena dengan adanya fitrah beragama itu maka manusia disebut makhluk berketuhanan (homo-divinans), atau juga disebut makhluk beragama. Dengan fitrah beragama itulah manusia akan mendapatkan ketenangan lahir dan batin.
5. Kebutuhan paedagogis atau kebutuhan pendidikan. Manusia dalam ilmu pendidikan disebut dengan homo enducandum, yaitu makhluk yang harus dididik, karena ia dikategorikan kedalam animal educable yakni makhluk yang bisa dididik. Karena manusia telah dilengkapi dengan rasio maka ia berkecenderungan untuk berilmu pengetahuan, maka ia disebut dengan makhluk homo sapiens, disamping manusia itu memiliki kemampuan untuk berkembang dan membentuk dirinya sendiri (self forming).














RESUMAN
Kurikulum Pendidikan Islam dan Filsafat Pendidikan
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ilmu pendidikan islam II “












OLEH :
Nurul Istiqomah A

Dosen Pengampu :
Machnunah Ani Zulfa, M.Pd.I


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
Bahrul Ulum Tambakberas Jombang
2010/2011

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar