RSS

MAKALAH MAF'UL MA'AH

MAF’UL MA’AH
A. DEFINISI
Maf’ul Ma’ah adalah :
اسمٌ فضلةٌ وقعَ بعد واوٍ، بمعنى "مع" مسبوقةً بجملةٍ، ليدُلَّ على شيءٍ حصلَ الفعلُ بمُصاحبتِه (أي معهُ)، بلا قصدٍ إلى إشراكِهِ في حكم ما قبلهُ
Atau dalam redaksi lain :
اسْمٌ فَضْلَةٌ مَسْبُوقٌ بوَاوٍ بمَعْنى "مَعَ" تَالِيةٍ لِجُمْلَةٍ ذاتِ فِعْل، أو اسْمٍ فيه معنى الفِعلِ وحُرُوفِه، مَذْكُور لِبَيانِ ما فُعِل الفِعلُ لِمُقَارَنَتِه
artinyaMaf’ul Ma’ah adalah suatu isim yang didahului oleh wawu yang bermakna “مَعَ “ yang mengiring-ngiringi jumlah fi’liyyah atau isim yang mengandung makna fi’il yang bertujuan menjelaskan apa-apa yang dikerjakanfi’il dengan membersamakanya. Contoh :
مَشيتُ والنّهرَ

B. Syarat Maf’ul Ma’ah
1. Berbentik isim Fadhlah
maksudnya adanya isim tersebut termasuk kelebihan artinya tanpa adanya isim terebut sebenarnya jumlah tersebut sudah bisa dipahami, contoh :
دَعِ الظَّالِمَ والأَيَّامَ
2. Sebelum Wawu Ma’iyyah ada Jumlah
3. Wawu tersebut bermakna “ Ma’ah “

C. Hukum-hukum kalimat isim yang jatuh setelah Wawu
Dalam hal ini ada empat macam hokum kalimat yang jatuh setelah wawu
1) Wajib dibaca Nashob (Wawu Ma’iyyah)
Dalam hal ini jika sudah memenuhi tiga syarat di atas. Contoh : سافرَ خليلٌ والليلَ
Kata “الليلَ “ wajib dibaca nashob karena jatuh setelah wawu ma’iyyah, dan jika diatofkan malah akan merusak makna kalam.
2) Wajib athof (wawu Athof)
Dalam hal ini jika tidak memenuhi tga syarat di atas, contoh : جاء خالدٌ وسعيدٌ
3) Boleh dua wajah tapi lebih utama dibaca nashob
Kalimat yang jatuh setelah wawu pada poin ini ada dua kemungkinan :
a. Kalimat tersebut diathofkan pada dlomir rofa’ muttashil bariz, atau mustatir dengan tanpa dipisah dengan kalimat lain, contoh :
"جئتُ وخالداً. واذهبْ وسليماً"
b. Adanya fungsi wawu ma’iyyah itu dikehendaki oleh mutakallim, contoh :
لا يَغُرَّكَ الغِنى والبَطَرَ. ولا يعجِبْكَ الأكل والشبَعَ
4) Boleh dua wajah tapi lebih utama dijadikan athof
Athof ebih dutamakan dari Ma’iyyah jika memungkinkan serta efek dalam kalam tidak membuat kegaduhan kalamnya atau maknanya. Contoh :
سار الأميرُ والجيشُ. وسرتُ أنا وخالدٌ

D. ‘Amil pada Maf’ul Ma’ah
Seperti yang kita tahu pada definisi maf’ul ma’ah di atas kita ketahui bahwa yang membuat maf’ul ma’ah dibaca nashob adalah fi’ilnya atau isim yang menyerupai fi’il (syibhu fi’il) contoh :
 "سرتُ والليلَ"
 "انا ذاهبٌ وخالداً"
 "وحسبُكَ وسعيداً ما فعلتُما"
Akan tetapi terkadang amil maf’ul ma’ah juga diira-kirakan. Hal itu jika jatuh setelah “ما وكيفَ “ istifhamiyyah. Contoh :
 ما أنتَ وخالداً. وما لك وسعيداً
 وكيفَ أنتَ والسفرَ غداً
Hal tersebut tetap menggunakan amil fi’il akan tetapi dikira-kirakan, jika ditampakkan berbunyi :
"ما تكون وخالداً؟ وما حاصل لكَ وسعيداً؟ وكيف تكونُ والسفرَ غداً"

Catatan :
Bahasan yang menjadi catatan penting adalah pada bab maf’ul ma’ah ini, maf’ul ma’ah tidak boleh didahulukan dari amilnya.

E.
F.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar