RSS

MAKALAH SUNAN IBNU MAJAH

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Yang senantiasa dan tak henti-hentinya menghujankan Rohmat dan inayahNya pada kita semua, sehingga kita semua senantiasa dalam keadaan sehat wal’afiyat, lahir batin dan yang terpenting masih dalam keadaan iman dan islam.
Sholawat dan salam semoga tetap terhaturkan pada junjungan kita Nabi agung, rajanya para nabi, mutiara rahmat serta penebar benih kesucian cinta yaitu nabiyullah Muhammad SAW besrta sahabat, keluarga, tabi’in dan semua pngikut-pengikut yang beriman kepadanya.
Syukur Alhamdulillah penulis telah menyelesikan penulisan makalah yang berjudul “ Sunan Ibnu Majah “ ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu Hadits meskipun dengan berbagai kekurangan. Penulis mengucapkan banyak terimakasih pada beberapa pihak baik pada dosen pengampuh mata kuliah ini, pada orang tua dan pada semua teman yang telah suka rela membantu penulis menyeleseikan tugas ini baik secara dukungan moral, tuntunan dan terkhusus yang berupa do’a. mudah-mudahan amal baik mereka semua diterima di sisi Allah SWT sebagai amalan dan syafa’at besok di hari akhir.
Tentu dalam penulisan makalh ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu Saran, ide, masukan serta teguran dari semua pihak baik yang membaca, mengkaji atau mempelajari makalah ini sangat kami harapkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jombang, 21 Desember 2010

Penyusun
DAFTAR ISI
Sampul dalam …………………………………………………………………
Kata Pengantar……………………………………………………………...…
Daftar Isi………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….
A. RIWAYAT HIDUP IMAM IBNU MAJAH…………………………
1. Masa Kelahiran dan akhir hayatnya………………………………
2. Nama Lengkapnya………………………………………………..
3. Perjalanan Pendidikan Ibnu Majah……………………………….
4. Imam Ibnu Majah Sebagai Perowi Hadits……………………….

B. KITAB SUNAN IBNU MAJAH…………………………………...
1. Latar Belakang Kitab Sunannya…………………………………
2. Nilai Hadits Dalam Sunan Ibnu Majah………………………….
3. Ulama’-Ulama’ yang Mensyarahi
Kitab hadits Sunan Ibnu Mjah…………………………………..
4. Ciri Utama Sunan Ibnu Majah………………………………….

C. METODOLOGI HADITS SUNAN IBNU MAJAH……………….
D. KOMENTAR ULAMA’ TENTANG HADITS
DALAM SUNAN IBNU MAJAH…………………………………
E. KOMENTAR PENULIS TENTANG IBNU MAJAH…………….





BAB I
SUNAN IBNU MAJAH
A. RIWAYAT HIDUP IMAM IBNU MAJAH

1. Masa Kelahiran dan akhir hayatnya
Ibnu Majah adalah seorang kepercayaan yang besar, yang disepakati tentang
kejujurannya, dapat dijadikan argumentasi pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal hadits.
Imam Ibn Majah dilahirkan di Akkah daerah asal ibunya pada bulan safar 260 H , keluarganya berasal dari suku lakhm, yaman yang bermigrasi ke Quds. dan wafat pada tanggal 22.Jenazahnya dishalatkan oleh saudaranya, Abu Bakar. Sedangkan pemakamannya dilakukan oleh kedua saudaranya, Abu Bakar dan Abdullah serta putranya Abdullah.

2. Nama Lengkapnya
Imam Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi'i al-Qarwini, pengarang kitab As-Sunan dan kitab-kitab bemanfaat lainnya. Kata "Majah" dalam nama beliau adalah dengan huruf "ha" yang dibaca sukun; inilah pendapat yang sahih yang
dipakai oleh mayoritas ulama, bukan dengan "ta" (majat) sebagaimana pendapat
sementara orang. Kata itu adalah gelar ayah Muhammad, bukan gelar kakeknya,
seperti diterangkan penulis Qamus jilid 9, hal. 208. Ibn Katsir dalam Al-Bidayah
wan-Nihayah, jilid 11, hal. 52 .

3. Perjalanan Pendidikan Ibnu Majah
Perjalanan beliau dalam pendidikan adalah sama dengan para imam-imam terdahulu yang gigih menuntut ilmu, beliau juga melalui perjalanan yang cukup panjang untuk mencari secercah cahaya ilmu Ilahi, dan karena itulah ilmu yang dituntut oleh beliau memiliki nilai yang tersendiri.Ia berkembang dan meningkat dewasa sebagai orang yang cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan, teristimewa mengenai ilmu hadits dan periwayatannya. Untuk mencapai usahanya dalam mencari dan mengumpulkan hadits. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja. Namun baru mulai menekuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun pada seorang guru ternama kala itu, yaitu Ali bin Muhammad At-Tanafasi (w. 233 H). Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari, mengumpulkan, dan menulis Hadis. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, dan Mesir.
Dalam pengembaraannya itu, beliau telah bertemu dan bermuzakarah dengan banyak guru yang dicarinya dan dari merekalah beliau menggali sedalam-dalamnya ilmu pengetahuan dan menggali potensinya. Rihlah ini akhirnya menghasilkan hasil yang sangat manis dan bermanfaat karena dengan perjalanannya inilah yang memberi inspirasi kepada lahirnya buku yang sangat besar sekali manfaatnya, yaitu kitab "Sunan Ibnu Majah". yang dikenal sebagai salah satu dari enam kitab kumpulan hadis yang terkenal dengan julukan al-Kutub as-Sittah (Kitab Yang Enam). Diantaranya :
a. Sahih Bukhari, karya Imam Bukhari.
b. Sahih Muslim, karya Imam Muslim.
c. Sunan Abu Dawud, karya Imam Abu Dawud.
d. Sunan Nasa'i, karya Imam Nasa'i.
e. Sunan Tirmizi, karya Imam Tirmizi.
f. Sunan Ibn Majah Sebagai Karya Imam Ibn majah.
Selain itu Ibnu Majah telah menyusun kitab dalam berbagai cabang ilmu. Dalam bidang tafsir, ia menulis Tafsir al-Quran al-Karim. Ia juga menulis at-Tarikh, karya sejarah yang berisi biografi para periwayat hadis sejak awal hingga pada zamannya. Karena tidak begitu popular, kedua-dua kitab tersebut ada kemungkinan tidak sampai ke tangan generasi sekarang. Dalam perjalanan konteks rihlah ilmiyah beliau telah menemukan beliau dengan banyak syeikh atau pakar dalam bidang hadits, diantaranya adalah :
1. Abu Khaitsamah Zahir bin Harb
2. Abu Khaitsamah Zahir bin Harb
3. Duhim, Abu Mus'ab Az-Zahry
4. Al-Hafidz Ali bin Muhammad At-Tanafasy
5. Jubarah bin Mughallis
6. Muhammad bin Abdullah bin Numayr
7. Hisyam bin Ammar
8. Ahmad bin Al-Azhar
9. Basyar bin Adam
10. Ahli hadits atau murid-murid imam Malik dan Al-Lays.

4. Imam Ibnu Majah Sebagai Perowi Hadits
Perkembangan Islam dari awal hingga hari ini, tak lepas dari peranan Hadis. Dalam pemahaman umum, Hadis adalah ajaran Nabi Muhammad SAW, yang meliputi tindakan, perkataan, maupun persetujuannya atas sesuatu. Keseluruhan tindakan dan ucapan Nabi SAW itu kemudian dijadikan panutan dan patokan bagi para pengikut Muhammad SAW dalam menjalankan perintah-perintah agama.

Semasa Nabi SAW hidup, ajaran-ajaran tersebut belum dibukukan. Hanya ada beberapa pencatat atau semacam sekretaris yang biasa mencatat pesan-pesan Nabi SAW, salah satunya adalah Sahabat Zaid bin Tsabit. Namun setelah wafatnya Muhammad SAW, para ulama bersepakat untuk menulis kembali apa-apa yang pernah disampaikan dan dipraktikkan Nabi SAW dalam bentuk kitab. Terbitlah kemudian kitab-kitab Hadis yang merekam tentang segala sesuatu yang terkait dengan Nabi SAW. Dari sekian puluh ulama yang dikenal sebagai ahli Hadis dan banyak meriwayatkan sabda-sabda Nabi SAW adalah Imam Ibnu Majah. Bernama lengkap Imam Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qarwini.
Ibnu Majah menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan Hadis dari sumber-sumber yang dipercaya kesahihannya. Tak hanya itu, dalam berbagai kunjungannya itu, ia juga berguru pada banyak ulama setempat. Seperti, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik serta Al-Lays. Dari pengembaraannya ini, tak sedikit ulama yang akhirnya meriwayatkan Hadis dari Ibnu Majah. Antara lain murid-muridnya adalah :
a. Ishaq bin Muhammad
b. Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qattan
c. Ahmad bin Ibrahim
d. dan lain sebagainya.

Yang menjadi monumental dan populer di kalangan Muslim dan literatur klasik dari karya Ibnu Majah adalah kitab di bidang Hadis berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah. Kitab ini merupakan karya terbesar dia. Di bidang ini pula, Ibnu Majah telah meriwayatkan sedikitnya 4000 buah Hadis. Bahkan, seperti diungkapkan Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah Hadis dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis. Sebanyak 3002 di antaranya termaktub dalam lima kitab kumpulan Hadis yang lain. Tak hanya hukum Islam, dalam kitab Sunan Ibnu Majah tersebut juga membahas masalah-masalah akidah dan muamalat. Dari sekian banyak Hadis yang diriwayatkan, beberapa kalangan ulama mengkategorikan sebagiannya sebagai Hadis lemah.

B. KITAB SUNAN IBNU MAJAH

1. Latar Belakang Kitab Sunan-nya
Nama asal Sunan Ibnu Majah ialah al-Sunan. Nama ini telah digunakan sendiri oleh Ibnu Majah tetapi memandang al-Sunan itu terlalu umum karena terdapat juga kitab-kitab hadits lain yang dinamakan dengan al-Sunan. Maka dengan itu, dihubungkan nama kitab kepada penyusunnya sehingga dinamakan Sunan Ibnu Majah.
Kitab ini adalah salah satu karya Ibnu Majah yang terbesar dan masih beredar sampai sekarang. Beliau menyusun sunan menjadi beberapa kitab dan bab.
Kitab sunan ini disusun secara baik dan indah menurut sistematika fiqih. Beliau memulai sunan ini dengan bab mengikuti sunnah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dalam bab ini dia membahas hadits yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban untuk mengikuti dan mengamalkannya.
Kitabnya berwarna Merah, Hitam dan Emas . Antara jenis tulisan yang digunakan dalam kitab ini ialah Khat Nasakh, Khat Thulus, Khat Riqaah dan lain-lain.

2. Nilai Hadits dalam Sunan Ibnu Majah
Sunan Ibnu Majah berisi hadits shahih, hasan dan dhoif bahkan hadits munkar dan maudlu, meskipun jumlahnya kecil. Dibandingkan dengan kitab sunan yang lain, nilai Sunan Ibnu Majah jauh dibawahnya. Al-Mizzi berkata: “Semua hadits yang hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah sendirian adalah dhoif”.
Sebagian ulama sudah sepakat bahwa kitab hadits yang pokok ada lima, yaitu Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan an-Nasa’i, Sunan at-Tirmidzi. Mereka tidak memasukkan Sunan Ibnu Majah mengingat derajat kitab ini lebih rendah dari lima kitab tersebut.
Akan semua ulama menetapkan enam kitab hadits pokok, dengan menambah Sunan Ibnu Majah sehingga terkenal dengan sebutan Kutubus Sittah (enam kitab hadits).
Ulama pertama yang menjadikan kitab Sunan Ibnu Majah sebagai kitab keenam adalah al-Hafizh Abdul Fadli Muhammad bin Tahir al-Maqdisi (wafat tahun 507 H) dalam kitabnya Atraful Kutubus Sittah dan dalam risalahnya Syurutul A’immatis Sittah. Pendapat ini kemudian diikuti oleh al-Hafizh Abdul Ghani bin al-Wahid al-Maqdisi (wafat tahun 600 H) dalam kitabnya al-Ikmal fi Asma’ ar-Rijal. Pendapat mereka inilah yang diikuti oleh sebagian besar ulama.

Al-Hafizh Syihabuddin al-Busairi (wafat tahun 840 H) dalam kitabnya Misbah az-Zujajah fi Zawaid Ibnu Majah membahas hadits-hadits tambahan (Zawaid) di dalam Sunan Ibnu Majah yang tidak terdapat dalam Kutubul Khamsah, serta menunjukkan derajat hadits itu: shahih, hasan, dhoif atau maudlu. Usaha Busairi ini menguatkan bantahan terhadap pendapat al-Mizzi sekaligus menguatkan pendapat Ibnu Hajar.
Terlepas dari pro-kontra, yang jelas derajat Sunan Ibnu Majah lebih rendah dari Kutubul Khamsah dan merupakan kitab sunan yang paling banyak mengandung hadits dhoif oleh karena itu, sebaiknya tidak menjadikan hadits yang hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah sebagai dalil kecuali setelah mengkajinya terlebih dahulu. Bila ternyata hadits tersebut shahih atau hasan, maka boleh dijadikan pegangan; jika dhoif, hadits tersebut tidak boleh dipakai.
Secara global kilas balik isi derajat hadits dalam Sunan Ibnu majah adalah sebagai berikut :

a. 428 Para rijal yang dipercayai dan sanadnya shahih
b. 199 Sanadnya Hassan
c. 613 Sanadnya Dhaif
d. 99 Sanadnya Munkar dan Dusta.

3. Ulama’-ulama’ yang Mensyarahi Kitab hadits Sunan Ibnu Majah

Beberapa Ulama’ tersohor di dunia ini yang mengakui kehebatan kitab Hadits Sunan Ibnu Majah Sekaligus mensyarahi kitab beliau adalah.
1. Jalaluddin al-Suyuty (meninggal dunia pada 911H), syarahnya dinamakan Misbah Al-Zujajah `Ala Sunan Ibnu Majah.
2. Al-Syeikh Sirajuddin Umar bin Ali al-Mulqan al-Syafie (meninggal dunia pada 804H), syarahnya dinamakan Ma Tamasa Ilaihi al-Hajat `Ala Sunan Ibnu Majah.
3. Abi al-Hassan bin Abdul Hadi al-Sindi (meninggal dunia pada 1136H), syarahnya Kifayah al-hajat Fi Syarh Ibnu Majah.
4. Kamaluddin Muhammad bin Musa (meninggal dunia pada 808H), kitabnya dinamakan al-Dibaajah.
5. Abdul Ghani al-Dihlawi (meninggal dunia pada 128H), syarahnya dinamakan Injaah al-Hajat.

4. Ciri utama Sunan Ibnu Majah
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwasanya kitab Sunan Ibnu Majah itu berisi 4.341 yang terangkum dalam 37 bab ( kitab ) hal itu sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh M.Fu’ad ‘Abdul Baqi’ dalam kitabnya. Beberapa Ciri utama yang sangat populer di kalangan ulama’ dalam menanggapi kitab sunan Ibnu Majah itu. Bahkan dalam suatu Literatur karangan M.M Azami Ph.D halaman 181 dikatakan bahwa kitab Sunan Ibnu majah adalah kitab hadits yang susunan dan penataan bab dan sub bab nya oaling baik diantara kitab-kitab yabg lain. Bahkan menurut beliau juga banyak sekali Ulama’ yang mengakui hal itu.

C. METODOLOGI HADITS SUNAN IBNU MAJAH
Beberapa cara sekaligus kronologi Imam Ibnu Majah menyusun hadits-hadits :
1. Beliau memulai dengan mengumpulkan hadits-hadits dan menyusunnya menurut kitab atau bab-bab yang berkenaan dengan masalah fiqh.
2. Tidak terlalu memfokuskan ta'liqul Al-Hadits yang terdapat pada kitab-kitab feqh tersebut. Akan tetapi beliau hanya mengkritik hadits-hadits yang menurut pandangan beliau adalah penting.
3. Tidak menyebutkan pendapat para ulama faqih setelah penulisan hadits. Hal ini yang membedakan antara hadits Imam Ibnu Majah dengan imam yang lain, karena kebanyakan para penulis kitab-kitab feqh yang lain, setelah mereka menulis hadits, mereka akan memasukkan pendapat para ulama faqih.
4. Tidak adanya pengulangan hadits berulang kali kecuali hanya sebagian kecil saja sekiranya dirasakan penting menurut beliau.

D. KOMENTAR ULAMA’ TENTANG HADITS DALAM SUNAN IBNU MAJAH
Sunan Ibnu Majah adalah sebuah kitab hadits yang termasyhur dan tersohor di setiap pelusuk bumi. Walaupun, telah kita maklum bahwa Sunan Ibnu Majah mengandung beberapa hadits Dhaif. Namun, karya Imam Ibnu Majah ini telah berjaya menarik perhatian bagi umat Islam mengenai kewujudannya, sehingga kebanyakan ulama’ kemudian yang mengkaji kitab ini. Terdapat beberapa Ulama’ yang mengutarakan pendapatnya terhadap kitab Ibnu Majah.
1. Shiddiq Hasan Khan dalam kitab 'Al-Hittah' berkata, "Tidak ada 'Kutubu As-Sittah' yang menyerupai seperti ini (Kitab Sunan Ibnu Majah), kerana ia menjaga sekali adanya pengulangan hadith-hadith, walaupun ada itupun hanya sebahagian kecil saja.
2. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa Sunan Ibnu Majah adalah sebuah kitab hadith yang lengkap dan mengandung banyak bab.
3. Al-Zahabi pula yang telah memetik sebagian kata-kata Ibnu Majah kepada Abu Zar’ah, “Aku bentangkan kitabku kepada Abu Zar’ah (seorang tokoh hadith yang masyhur), kemudian beliau menberi pendapat, jika kitab ini sampai ke tangan orang yang mempelajari hadith nescaya akan ditinggalkan banyak kitab hadith yang lain.”
4. Al-Sarra berkata, “Hadith-hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, kebiasaanya adalah dhaif”.
5. Al-Hafidz al-Muzi, beliau berpendapat bahwa kebanyakkan gharib yang terdapat di dalam Sunan Ibnu Majah adalah dhaif.

E. KOMENTAR PENULIS TENTANG SUNAN IBNU MAJAH
Sebagai manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan akal dan pengetahuan, kiranya sangat tidaklah pantas jika penulis mengomentari isi sekaligus pribadi imam Ibnu Majah. Dalam kitab : Siroju at-tholibin “ dikatakan :
إِذا تعا رض الادب والامر قدم الادب
Artinya : Jika bertentangan antara adab dengan perintah maka didahulukan adab ( tata karma ).
Akan tetapi ini adalah perintah sekaligus tugas dari sang Guru maka kiranya penulis dengan rasa hormat dan mohon maaf yang sebesar-besarnya jikalau dalam penyampaian kata dan komentar ini terdapat kesalahan, kekhilafan atau kurang adab ( tata karma ).
Ulama’ adalah cahayanya dunia juga penerangnya alam akherat esok. Dalam suatu hadits dikatakan :
العلماء سيراج الدنيا ومصباح الاخرة
Dalam suatu hadits yang lain juga dijelaskan bahwa ulama’ adalah pewaris para nabi :
العلماء ورثة الانبياء
Dalam suatu ayat al-Qur’an juga dijelaskan, yang terdapat dalam surat al-Mujadalah ayat 11 Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11)

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ( al-Mujadalah : 11 )

Dari penjelasan hadits serta ayat di atas bisa kita simpulkan betapa tingginya derajat para ulama’ di sisi Allah SWT tidak hanya di dunia melainkan juga di akhirat kelak. Dengan kata lain Allah saja mengangkat derajat ulama’ segitu tingginya apalagi kami yang hanya manusia biasa.
Akan tetapi hal yang paling mendasar yang ingin kami sampaikan adalah sifat kemanusiaan. Manusia mempunyai sifat pelupa, hasratnya tinggi dan salah. Dari sinilah kami mengungkap bagaimana sesosok Sang Muhdits Imam Ibnu Majah.
Dalam rentetan criteria hadits shoheh ataupun hasan tentu itu sangat berat bila kita menela’ahnya. Mengingat semua jalur perowi dari beliau sampai pada Rosulullah Muhammad SAW adalah sama-sama manusia. Dari itu menurut kami walau Imam Ibnu terkadang meriwayatkan hadits yang dlo’if itu udah lebih dari cukup apalagi jika yang diriwayatkan adalah hadits hasan dan shoheh.









KESIMPULAN
1. Imam Ibn Majah dilahirkan di Akkah daerah asal ibunya pada bulan safar 260 H
2. Nama lengkapnya adlah Imam Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi'i al-Qarwini
3. Beliau mulai menekuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun pada seorang guru ternama kala itu, yaitu Ali bin Muhammad At-Tanafasi (w. 233 H).
4. Ibnu Majah telah menyusun kitab dalam berbagai cabang ilmu. Dalam bidang tafsir, ia menulis Tafsir al-Quran al-Karim. Ia juga menulis at-Tarikh, karya sejarah yang berisi biografi para periwayat hadis sejak awal hingga pada zamannya.
5. Sunan Ibnu Majah. Kitab ini merupakan karya terbesar beliau.
6. Berbagai pendapat mengatakan berapa hadits yang ada dalam Sunan Ibnu Majah ada yang mengatakan 4000 ada yang mengatakan 4341. Hal ini sesuai dengan yang di utarakan oleh M.M Azami dalam bukunya Memahami Ilmu Hadits.
7. Ciri utama yang sangat populer di kalangan ulama’ dalam menanggapi kitab sunan Ibnu Majah itu. Bahkan dalam suatu Literatur karangan M.M Azami Ph.D halaman 181 dikatakan bahwa kitab Sunan Ibnu majah adalah kitab hadits yang susunan dan penataan bab dan sub bab nya oaling baik diantara kitab-kitab yabg lain.
8. Metodologi hadits dalam sunan Ibnu Majah adalah sbagai berikut :
a. Dimulai dengan mengumpulkan hadits-hadits dan menyusunnya menurut kitab atau bab-bab yang berkenaan dengan masalah fiqh
b. Tidak terlalu memfokuskan ta'liqul Al-Hadits yang terdapat pada kitab-kitab fiqh tersebut. Akan tetapi beliau hanya mengkritik hadits-hadits yang menurut pandangan beliau adalah penting.
c. Tidak menyebutkan pendapat para ulama faqih setelah penulisan hadits. Hal ini yang membedakan antara hadits Imam Ibnu Majah dengan imam yang lain, karena kebanyakan para penulis kitab-kitab feqh yang lain, setelah mereka menulis hadits, mereka akan memasukkan pendapat para ulama faqih.
d. Tidak adanya pengulangan hadits berulang kali kecuali hanya sebagian kecil saja sekiranya dirasakan penting menurut beliau.
9. Beberapa Ulama’ yang mengutarakan pendapatnya terhadap Hadits dalam kitab Ibnu Majah.
6. Shiddiq Hasan Khan dalam kitab 'Al-Hittah' berkata, "Tidak ada 'Kutubu As-Sittah' yang menyerupai seperti ini (Kitab Sunan Ibnu Majah), kerana ia menjaga sekali adanya pengulangan hadith-hadith, walaupun ada itupun hanya sebahagian kecil saja.
7. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa Sunan Ibnu Majah adalah sebuah kitab hadith yang lengkap dan mengandung banyak bab.
8. Al-Zahabi pula yang telah memetik sebagian kata-kata Ibnu Majah kepada Abu Zar’ah, “Aku bentangkan kitabku kepada Abu Zar’ah (seorang tokoh hadith yang masyhur), kemudian beliau menberi pendapat, jika kitab ini sampai ke tangan orang yang mempelajari hadith nescaya akan ditinggalkan banyak kitab hadith yang lain.”
9. Al-Sarra berkata, “Hadith-hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, kebiasaanya adalah dhaif”.
10. Al-Hafidz al-Muzi, beliau berpendapat bahwa kebanyakkan gharib yang terdapat di dalam Sunan Ibnu Majah adalah dhaif.































DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an al-karim
2. Terjemah Al-Qur’an al-karim
3. M.M. Azami Ma. Ph.D . Memahami Ilmu Hadits. 2003. Lentera Jakarta
4. Nashoihul ‘Ibad

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar