RSS

MAKALAH MUBTADA' KHOBAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
a. Sejarah lahirnya nama nahwu
Seiring dengan sejarah lahirnya ilmu nahwu yang kita ketahui masih diperdebatkan apakah ilmu itu ditulis oleh sayyidina Ali bin Abi Tholib karromallohu wajhah ataukah oleh Abul Abbas Ad-Duali. Akan tetapi bila kita tengok cerita , dulu sayyidina Ali bermimpi dalam mimpinya Beliau ditunjukkan teori-teori sehingga setelah Beliau bangun, Beliau mengirim surat pada Abul Abbas Ad-Duali yang isinya sebagai berikut “ Bismillahirrohmanirrohim. Kalimat itu ada tiga : fi’il , isim dan huruf. Isim adalah kata yang menunjukkan sesuatu, dan fi’il adalah kata yang menunjukkan berubahnya musamma ( sesuatu ) , sedang huruf adalah kata yang menunjukkan ma’na tapi bukan ma’na isim dan fi’il.
Dicermatinya dan dibaca surat itu oleh Abul Abbas Ad-duali sampai pada kata “ teruskanlah masalah itu “ kata Sayyidina Ali. Yang mana bila dibahasa arabkan berbunyi “ Inna ‘ala haadza an-nahwi. Sayyidina Ali juga menambahkan bahwa isim itu ada tiga ; isim dhohir, dlomir dan bukan dhohir juga bukan dlomir. Dan sesungguhnya para ulama’ sama mempersoalkan hal itu. Setelah beberapa hari Abu Aswad datang pada sayyidina Ali dengan jumlah huruf nashob yaitu ; inna, anna, la’alla. Lalu sayyidina Ali bertanya,” apakah lakinna tidak termasuk huruf nashob ?”. Abu Aswad menjawab “ kami tidak memasukkannya.” Kemudian sayyidina Ali berkata “ sesungguhnya lakinna itu termasuk huruf Nashob”.
Dari kisah di atas bisa kita ketahui ada dua tokoh pencetus ilmu nahwu. sebagian ulama’ mengatakan bahwa penulisnya adalah sayyidina Ali dan sebagian yang lain berkata pencetusnya adalah Abul AbbasAd-Duali, namun beberapa literature yang diperoleh pencetus ilmu nahwu adalah Sayyidina Ali r.a.

b. Proses munculnya ilmu nahwu
Kota Bashroh ( sekarang : profinsi yang terletak di wilayah selatan Irak perbatasan Kuwait ) pada zaman Sayyidina Umar r.a adalah termasuk pusat perdagangan , kebudayaan dan pengetahuan. Maka ada khzanatul arab. Sering dilakukan diskusi ilmiah, seminar, halaqoh, dan sebagainya yang intinya dari sinilah start kemunculan dan lahirnya ilmu nahwu. diantaranya melalui tahapan berikut :
1) Masa pengumpulan dan penulisan Al-Qur’an
Pada mulanya Al-Qur’an hanya dihafal dan berada di memori otak para huffadh. Yang pada waktu itu banyak terjadi peperangan yang akhirnya menggugurkan banyak shohabat dan huffadh tersebut. Dari itulah Sayyidina Umar datang pada Sayyidina Abu Bakar dengan mengusulkan penulisan dan pembukuan yang pada mulanya enggan disetujui Abu Bakar namun akhirnya hal itu bisa diwujudkan.
2) Masa pembelajaran al-Qur’an dan tafsir
Pada dekade selanjutnya masyarakat ( arab dan ajam ) pun sudah mulai tidak fasih dalam membaca al-Qur’an dalam bahasa arab yang asli. Hal ini dianggap telah keluar dari ketentuan yang ada. Pembacaan Al-Qur’an sudah sulit dan waktu itu al-Qur’an sudah bebas dari peng-I’roban sehingga sulit bagi muallaf ( orang yang baru masuk islam ) untuk mempelajarinya. Sehingga perluu adanya pembelajaran hal itu. Sehingga dari sinilah lahir ilmu tafsir, lughoh, bahasa dan gramatika al-Qur’an.
3) Masa penulisan tanda I’rob
Al-Qur’an telah selesai dikodifikasikan ( ditata dan dibukukan ) namun masih sepi dan tidak ada tanda-tanda I’rob ( nashab, rafa’, jer dan jazem ). Bagi orang arab mungkin hal itu tidak menjadi masalah, akan tetapi bagi orang-orang non arab dan bagi orang yang baru masul islam hal itu termasuk masalah yang besar. Saat itulah sayyidina Ali menyuruh Abul Abbas Ad-Duali untuk menyeleseikan tanda-tanda I’rob ( Buku : Mabahis fi Ulum al-Qur’an. S.Sholeh )
4) Pemberian tanda pada hurufhuruf al-Qur’an
Abul Aswad , al-Hajjaj bin Yusuf melakukan hal yang sama yaitu memerintah hal itu pada Nashr bin Asim al-Laetsi ( 70 H ) yaitu dengan member tanda-tanda pada masing-masing hruf dalam al-Qur’an. Namun akhirnya direvisi ulang oleh Imam Kholil bin Ahmad alFarohidi ( 170 ) yang bentuknya seperti al-Qur’an yang kit abaca sekarang ini.

c. Penyebab lahirnya ilmu nahwu
Hal yang paling mendasar yang menyebakan lahirnya ilmu nahwu ada tiga:
1) Faktor dasar dalam agama, diantaranya
a) Banyak terjadi perbedaan bacaan al-Qur’an
b) Perlunya dibuat tafsir
c) Banyak kesalahan baca dalam al-Qur’an
d) Perlu penggalian hukum dalam ayat-ayat al-qur’an yang berdasar bacaan
2) Faktor sosial ( umat islam )
Dinamika dan ruang lingkup agama islam semakin melabar dan pesat, baik dari kalangan arab ataupun non arab yang notabenya mereka juga perlu memahami islam dan mempelajari hazanah-hazanah arab. Maka sangat penting mengetahui bahasa arab.
3) Perbedaan bahasa
Seperti yang kita ketahui al-qur’an diturunkan dengan dialek suku Quraisy yang juga merupakan bahasa terbaik sejazirah arab. Sehingga perlu dibuat ilmu nahwu yang mempermudah memahami al-Qur’an itulah yang digunakan dasar ulama’ sebagai tuntunan bersamadalam memahami bahasa wahyu itu.

d. Nahwu dan Mubtada’
Dalam bahasan ilmu nahwu tidak akan perna terlepas dari tiga pokok bahasan, yaitu :
a) ‘Amil
العاملُ ما يُحدِثُ الرفعَ، أو النصب، أو الجزمَ، أو الخفضَ، فيما يَليهِ
Sesuatu yang bisa menyebabkan sebuah kalimat yang menyertainya menjadi Rofa’ , nashab , jer/khofdl dan Jazem .
b) ‘Amal
العملُ (ويُسمّى الإعرابَ أيضاً) هو الأثرُ الحاصلُ بتأثير العامل، من رفعٍ أو نصبٍ أو خفض أو جزم
‘Amal ( yang biasa disebut I’rob ) adalah akibat yang dihasilkan dari ‘amil baik rofa’, nashob, jer dan jazem.

c) Ma’mul
المعمولُ هو ما يَتغيَّرُ آخرُهُ برفعٍ، أو نصبٍ، أو جزمٍ، أو خفضٍ بتأثير العامل فيه
Ma’mul adalah sesuatu atau kalimat yang akhirnya bisa berubah baik dengan rofa’, nashob, jer, jazem yang disebabkan oleh ‘amil-‘amil yang masuk padanya.
Sedangkan mubtada’ adalah salah satu bahasan dalam ilmu nahwu tersebut dalam hal ini Mubtada’ adalah termasuk ma’mul yang wajib punya ‘amil. Dari situ bisa ketahui bahwa nahwu tidak akan perna terlepas dari mubtada’ begitu pula sebaliknya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul, latar belakang dan tujuan di atas, maka beberapa konsep yang akan diulas dalam makalah ini adalah pembahasan-pembahasan sebagai berikut:
1. Apakah dan Bagaimana Pengertian al – Mubtada’ dan al – khobar serta hukumnya masing-masing dengan contohnya dalam lingkup kalam berbahasa arab ?
2. Bagaimanakah Al – Mubtada’ yang terdiri dari isim nakiroh yang beserta contoh-contohnya ?
3. Bagaimanakah Kedudukan khobar kapan wajib sesudah al – mubtada’ dan kapan wajib sebelumnya ( mubtada ) dan kapan boleh sebelum dan sesudahnya beserta contoh-contohnya. ?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan yang tergolong dalam tujuan umum dan tujun khusus.
1. Tujuan umum
a. Mengetahui pengertian al-mubtada’ dan al-khobar dalam kaca mata ilmu Nahwu
b. Mengetahui macam-macam bentuk al- mubtada’ dan hukum-hukumnya
c. Mengetahui macam-macam bentuk al-khobar dan hukum-hukumnya
d. Mengetahui bagaimana al-mubtada’ jika berupa isim nakiroh
e. Mengetahui bagaimana kedudukan al-khobar ketika wajib jatuh setelah mubtada’ dan wajib jatuh sebelumnya dan boleh sebelum dan setelahnya.

2. Tujuan khusus
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan khusus sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Bahasa Indonesia pada perguruan tinggi STAI BU Tambakberas Jombang.
b. Untuk menambah wawasan serta memenuhi kewajiban sebagai seorang mahasiswa dan remaja yang cinta ilmu baik ilmu agaman atau pun ilmu pengetahuan.
c. Untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim yang wajib mencari ilmu yang berhubungan dengan agama, al–kitab dan al–hadits seta furu’-furu’nya.

1.4 Metode Penulisan dan pembelajaran
Data yang sangat akurat sangatlah dibutuhkan dalam penelitian sebuah paper, untuk itu dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan metode diantaranya:
1. Observasi
Suatu teknik yang mengamati objek yang dibahas baik secara langsung yaitu dengan membaca contoh-contoh bentuk mubtada’ dan khobar atau tidak langsung yaitu dengan mempelajari teori-teorinya.
2. Discussion
Suatu teknik penyampaian yang dilakukan dengan cara “ lecturing brainstorming classroom “ yang dilakukan dalam ruangan serta dipandu oleh dosen ternama mata kuliah ini.
3. Studi pustaka
Pengumpulan data dengan cara memberi informasi dari kitab-kitab islam salafiyah atau internet Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bahasab tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
MUBTADA’ DAN KHOBAR
1) Pengertian Mubtada’ dan Khobar
a. Pengertian Mubtada’
Mubtada’ berasal dari kata “ ابتدأ “ yang fi’il Tsulasinya “ بدأ “ mempunyai arti memulai / permulaan. Secara Lughowi Mubtada’ berarti permulaan. Sedang secara istilah banyak sekali pengertian yang bisa kita pahami .
1. Dalam kitab “ Jurumiyah “ karangan أبو عبد الله محمد بن محمد بن داود الصنهاجي
اَلْمُبْتَدَأُ : هو اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْعَارِي عَنْ اَلْعَوَامِلِ اَللَّفْظِيَّةِ
Mubtada’ yaitu isim yang di baca rofa’ yang sunyi dari amil-amil lafdzi.
2. Dalam Kitab “ Jami’u ad-Durus “ karangan Mushofa al-Gholayaini
المبتدأ هو المسنَدُ اليه، الذي لم يسبقهُ عاملٌ.
Yaitu Mubtada’ adalah Musnad ileh yang tidak didahului oleh amil.
3. Dalam kitab “ al-Qowa’id al-Asasiyah li al-Lughoh al-Arobiyyah “ karangan Ahmad al-Hasyimy ;
المبتدأ هو الاسم الصريح او المؤول به المجرد من العوامل اللفظية
Mubtada’ yaitu isim shoreh atau Muawwal yang sunyi dari ‘amil-‘amil lafdhi.
4. Dalam kitab “ Audlohul Masalik ila Alfiyyah ibni Malik “
المبتدأ: اسم أو بمنزلته، مجرد عن العوامل اللفظية
Mubtada’ yaitu isim atau yang menyamai kedudukannya yang sunyi dari ‘amil-‘amil lafdli.

Dari uraian di atas bisa kita simpulkan pengertian Mubtada’ yang paling mendekati adalah suatu isim yang dibaca Rofa’ yang sunyi / sepi dari ‘amil Lafdli.
Lalu ‘amil itu sendiri apa ? Dalam kitab “ Jami’u al-Durus “ dijelaskan bahwa ‘amil adalah :
العاملُ ما يُحدِثُ الرفعَ، أو النصب، أو الجزمَ، أو الخفضَ، فيما يَليهِ
Sesuatu yang bisa menyebabkan sebuah kalimat yang menyertainya menjadi Rofa’ , nashab , jer/khofdl dan Jazem .
Dalam hal ini ‘amil terbagi menjadi dua :
a) ‘Amil Ma’nawi
b) ‘Amil Lafdhi
‘Amil Ma’nawi adalah :
هو تَجرُّدُ المبتدأ من عامل لفظي كان سبب رفعه. وتجرّدُ المضارع من عوامل النصب والجزم كان سببَ رفعه أيضاً
Yaitu sunyinya Mubtada’ dari ‘amil lafdhi yang mana menjadikan ia dibaca rafa’ dan sepinya fi’il mudlore’ dari ‘amil-‘amil nasshob dan jazem yang mana menyebabkan ia dibaca rofa’ pula.
Sedang ‘amil Lafdhi adalah هوَ المؤثرُ الملفوظُ
Yaitu ‘amil yang membekas yang dilafadhkan ( berbentuk lafadh ). Diantaranya :
1. الفعلُ
2. شِبهُ الفعل
3. ، الأدواتُ التي تنصبُ المُضارع أو تجزمُهُ
4. الأحرفُ التي تنصبُ المبتدأ وترفعُ الخبرَ
5. الأحرفُ التي ترفع المبتدأ وتنصب الخبر
6. حروف الجرِّ
7. المُضافُ
8. المبتدأ
Yang bahasanya akan dijelaskan pada bab-nya masing-masing.
b. Pengertian Khobar
الْخَبَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْمُسْنَدُ إِلَيْهِ
Khobar adalah isim yang dibaca rofa’ yang disandarkan pada mubtada’. Yang dimaksud disandarkan adalah sesuai dengan ketentuan mubtada’ artinya :
- Jika Mubtada’ berupa isim mufrod maka khobar harus mufrod
- Jika Mubtada’ berupa isim tatsniyah maka khobar juga harus tasniyah
- Jika Mubtada’ berupa isim jama’ maka khobar juga harus jama’
- Jika Mubtada’ mudzakkar maka khobar juga harus mudzakkar
Contoh ;
- زيد مسلم , زيدان مسلمان , زيدون مسلمون
- فاطمة مسلمة , فاطمتان مسلمتان , فاطمات مسلمات

2) Macam-macam bentuk Mubtada’
Dari segi jenisnya Mubtada’ ada 2 ( dua ) macam yaitu :
1. Mubtada’ isim dhohir
Artinya Mubtada’ tersebut berbentuk isim dhohir contoh :
- زيد مسلم , زيدان مسلمان , زيدون مسلمون
- فاطمة مسلمة , فاطمتان مسلمتان , فاطمات مسلمات
2. Mubtada’ isim dlomir
Artinya Mubtada’ tersebut berupa isim dlomir. Pada bahasan yang telah lewat ( bab-bab sebelumnya ) isim dlomir ada dua yaitu dlomir muttashil dan dlomir munfashil akan tetapi dalam bahasan Mubtada’ ini yang dimaksud dengan isim dlomir hanya dlomir munfashil , contoh : "أنتَ مجتهد"

Sedangkan dari segi bentuknya Mubtada’ juga terbagi menjadi dua macam, yaitu :
b. Mubtada’ isim shoreh
Dalam hal ini sama dengan mubtada’ isim dhohir.
c. Mubtada’ Muawwal
Berupa takwilan, seperti ta’wil dari mashdar contoh : "وأن تَصوموا خيرٌ لكمْ"

3) Hukum-hukum Mubtada’
Hukum mubtada’ ada 5
1. وجوبُ رفعهِ. وقد يجرُّ بالباءِ
Wajib dibaca Rofa’ , dan boleh dibaca jer jika didahului leh huruf jer ba’ ( huruf tambahan ) contoh :
- زيد مسلم
- بِحَسبِك الله

2. وجوب كونه معرفةً نحو "محمدٌ رسولُ اللهِ" أو نكرةً مُفيدةً
Wajib berupa isim ma’rifat, atau berupa isim nakiroh tapi nakiroh mufidah ( nakiroh yang bisa memberi faidah ) contoh :
- محمدٌ رسولُ اللهِ
- لَعبدٌ مؤمنٌ خيرٌ من مُشرك

3. جواز حذفه إن دلَّ عليه دليلٌ
Mubtada’ Boleh di buang jika ada qorinah yang menunjukkan hal itu. Contoh :
Ada pertanyaan كيف سعيدٌ؟ kemudian cukup dijawab dengan مجتهدٌ dengan cara membuang mubtada’nya.

4. وجوبُ حذفهِ
Mubtada’ wajib dibuang, dalam hal ini jika memenuhi beberapa syarat, diantaranya :
a) إن دلَّ عليه جوابُ القسم
Jika ada qorinah yang menunjukkan jawaban dari qosam, contoh :
في ذِمَّتي لأفعلنَّ كذا dengan membuang mubtada’nya , dengan mengira-ngirakan lafadh في ذِمَّتي عَهدٌ أو ميثاقٌ

b) إن كان خبرُه مصدراً نائباً عن فعلهِ
Jika khobarnya berupa isimmshdar yang menjadi pengganti dari fi’ilnya. Contoh : صبرٌ جميلٌ

c) إن كان الخبرُ مخصوصاً بالمدح أو الذمِّ بعد "نِعْمَ وبِئسَ"
Jika khobarnya dikhususkan dengan fi’il “ madh atau dzamm “ ( pujian atau celaan ). Contoh :
- نعمَ الرجلُ أبو طالبٍ، وبِئسَ الرجلُ أبو لَهبٍ

d) إن كان في الاصل نَعتاً قُطعَ عن النَّعتيّة في مَعرِض مدحٍ أو ذم أو ترحُّمٍ
Jika mubtada’ tersebut pada mulanya menjadi sifat yang terputus dari persifatanya. Contoh
- خُذُ بيدِ زهيرٍ الكريمُ"
- "دَعْ مجالسةَ فلانٍ اللئيمُ"
- "احسِنْ الى فلانٍ المسكينُ"

5. أن يتقدَّمَ على الخبر وقد يجبُ تقديمُ الخبرِ عليه وقد يجوز الأمران
Pada dasarnya mubtada’ pasti didahulukan dari khobanya , namun terkadang khobar harus didahulukan dan terkadang pula boleh didahulukan dan boleh diakhirkan.

4) Macam-macam bentuk Khobar
Bentuk khobar ada dua macam yaitu :
1. khobar mufrod
2. khobar ghoiru mufrod
Khobar Mufrod adalah khobar yang berdiri sendiri dan tidak berupa jumlah, walaupun bentuknya tatsniyah atau jama’. Contoh :
"المتجهد محمودٌ، والمجتهدان محمودانِ، والمجتهدون محمودون"
Bentuk khobar mufrod ada dua , yaitu :
a. الاسم الجامدِ contoh "هذا حجرٌ"
b. الاسم المشتق contoh المتجهد محمودٌ
Sedang Khobar ghoiru mufrod adalah khobar yang tidak berdiri sendiri. Ada kalanya berupa jumlah dan ada kalanya berupa syibhu jumlah. Yang berupa jumlah ada dua macam yaitu jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah.
Jumlah fi’liyyah adalah jumlah atau susunan yang terdiri atas fi’il dan fa’il. Sedang jumlah ismiyyah adalah jumlah atau susunan yang terdiri atas mubtada’ dan khobar. Maka khobar jumlah fi’liyyah adalah khobar yang tersusun atas fi’il dan fa’il, contoh : - محمد قام أبوه
- "الخُلُقُ الحسَنُ يُعلي قدرَ صاحبهِ"
Sedang khobar jumlah ismiyyah adalah khobar yang tersusun atas mubtada’ dan khobar. Jadi selain ia sendiri menjadi khobar ia juga mengandung susunan atas mubtada’ dan khobar lagi. Contoh :
- العاملُ خُلقُهُ حسنٌ
- زيد أخوه مسلم
Bentuk lain dari jumlah adalah syibhu jumlah. Artinya menyerupai jumlah dari segi segi susunannya. Syibhu jumlah ada dua macam yaitu jer majrur dan dhorof madhruf.
Artinya bentuk khobar selain jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah ada kalanya berbentuk jer majrur dan dhorof madhruf. Khobar jer majrur adalah khobar yang terdiri atas susunan jer majrur, seperti contoh :
- "العلم في الصدور لا في السطور"
- الطلا ب �$81ي المدرسة
sedang khobar dhorof madhruf adalah khobar yang terdiri atas dhorof dan madhruf. Contoh : - زيد عندك
- محمد تحت الشجر


5) Hukum-hukum Khobar
Seperti yang diutarakan di atas tentang pengertian Khobar , maka dalam bahasan kali ini kita akan menjelaskan hukum-hukum khobar dari mubtada’ tersebut :
Hukum-hukum Khobar :
a. وجوبُ رفعهِ
Wajib dibaca rofa’
b. أن يكون نكرة مشتقةً وقد يكون جامداً
Berbentuk nakiroh musytaq (نكرة مشتقةً ) namun terkadang juga berbentuk isim jamid. Contoh ; هذا حجرٌ
c. وجوبُ مطابقته للمبتدأ إفراداً وتثنيةً وجمعاً وتذكيراً وتأنيثاً
Wajib mengikuti mubtada’nya dalam hal mufrod , tatsniyah , jama’ , mudzakkar , dan muannats.
d. جواز حذفهِ إن دلَّ عليه دليلٌ
Boleh membuang khobar jika ada qorinah yang menunjukkan hal itu. Contoh :
محمد Dari pertanyaan مَن مجتهدٌ؟
e. جواز تَعَدُّدِهِ، والمبتدأُ واحد
Khobar boleh berbilangan, meskipun mubtada’nya hanya satu . contoh :
خليلٌ كاتبٌ، شاعرٌ، خطيب
f. الاصل أن يَتأخرَ عن المبتدأ. وقد يَتقدَّمُ عليه جوازاً أو وجوباً
Pada dasarnya khobar selalu diakhirkan dari mubtada’nya, akan tetapi terkadang didahulukan dari mubtada’nya bahkan wajib didahulukan dengan ketentuan tertentu.
1. Khobar wajib diakhirkan dan mubtada’ wajib didahulukan.
Khobar wajib diakhirkan setelah mubtada’ dalam enam ketentuan :
a) أن يكون من الاسماء التي لها صدرُ الكلامِ
Yaitu berupa kalimat isim yang mempunyai shodar kalam, seperti ism syarat, isim istifham dan lain-lain, seperti contoh :
من يَتّقِ اللهَ يُفلحْ , من جاءَ؟
b) أن يكون مُشبّهاً باسم الشرط
Yaitu berupa kalimat yang menyerupai isim syarat , seperti :
"الذي يتجهدُ فله جائزةٌ" - "كلُّ تلميذٍ يجتهدُ فهو على هدىً"
c) أن يضافَ الى اسمٍ له صدرُ الكلام
Berupa kalimat yang dimudlofkan pada isim yang mempunyai shodar kalam, seperti : غلامُ مَن مجتهدٌ؟

d) أن يكون مقترناً بلام التأكيد
Berupa kalimat yang dibarengi dengan “ lam taukid “ contoh :
لعبدٌ مؤْمنٌ خيرٌ من مشركٍ

e) أن يكون من المبتدأ والخبر معرفةً أو نكرةً، وليس هناك قرينةٌ تعين أحدهما
Mubtada’ dan khobar sama-sama berupa isim ma’rifat dan sama-sama berupa isim nakiroh dan tidak ada qorinah yang menjelaskan atau membedakan salah satunya. Seperti :
- أخوك علي - عليٌّ أخوكَ

f) أن يكون المبتدأ محصوراً في الخبر
Mubtada’ dibatasi dengan khobar Itu sendiri. Contoh : وما محمدٌ إلا رسولٌ

2. Khobar boleh didahulukan juga boleh diakhirkan
Khobar boleh didahulukan juga boleh diakhirkan jika mubtada’ dan khobar sama –sama berupa isim ma’rifat atau nakiroh akan tetapi ada qorinah yang membedakannya, contoh :
- رجل صالح حاضر dan حاضر رجل صالح
3. Khobar wajib didahulukan
Pada dasarnya khobar harus diletakkan setelah mubtada’ akan tetapi dalam keadaan tertentu justru harus sebaliknya. Yaitu khobar harus didahulukan dari mubtada’nya. Hal itu jika memenuhi ketentuan berikut ini :
1. إذا كان المبتدأ نكرة غير مفيدةٍ، مخَبراً عنها بظرفٍ أو جار ومجرور
Jika mubtada’ berupa isim nakiroh ghoiru mufidah dan khobarnya berupa Jer Majrur dan Dhorof madhruf. Dalam hal ini maka khobar harus didahulukan, Contoh :
"في الدارِ رجلٌ" و "عندكَ ضيفٌ"

2. إذا كان الخبر اسمَ استفهامٍ، أو مضافاً الى اسم استفهامٍ
Jika khobar berupa isim istifham atau mudhof oada isim istifham. Dalam hal ini maka khobar harus didahulukan, seperti : ابنُ مَن أنت؟
كيف حالُكَ؟
3. إذا اتصلَ بالمبتدأ ضميرٌ يعود الى شيء من الخبر
Jika pada mubtada’ ada dlomir yang kembali pada khobar, contoh :
في الدار صاحبها

4. أن يكون الخبرُ محصوراً في المبتدأ
Khobar dibatasi hanya miliknya mubtada’ , contoh : إنما محمودٌ من يجتهدُ

6) Mubtada’ jika Berupa isim Nakiroh
Pada dasarnya Mubtada’ harus berupa isim ma’rifat akan tetapi juga boleh berupa isim nakiroh dengan catatan harus memberi faidah ( Nakiroh Mufidah ). Sedang nakiroh Mufidah itu sendiri harus memenuhi 14 ( empat belas ) syarat :
1. بالإضافة
Yaitu jika isim nakiroh itu dislofakan dengan kalimat setelahnya baik secara lafadh ataupun secara ma’nawi. Misal :
خمسُ صَلواتٍ كتَبهنَّ اللهُ atau كلٌّ يموتُ
2. بالوصف
Yaitu jika isim nakiroh itu disifati, baik dengan lafadh atau secara taqdiri, seperti : لَعبدٌ مؤمنٌ خيرٌ من مُشرك atau أمرٌ أتى بك

3. بأن يكونَ خبرُها ظرفاً أو جارّاً ومجروراً مُقدَّماً عليها
Yaitu jika khobarnya berupa jer majrur dan dhorof madhruf sekaligus didahulukan dari mubtada’nya , maka dalam hal ini mubtada’ boleh berupa isim nakiroh . contoh : وفوقَ كل ذي علمٍ عليمٌ

4. بأن تقعَ بعد نفيٍ أو استفهام. أو "لولا"، أو "إذا"
Yaitu jika mubtada’ jatuh setelah nafi, istifham, “ laula “ atau “ idza “ , contoh :
ما أحدٌ عندنا , أإلهٌ مع الله؟ , خرجتُ فاذا أسدٌ رابضٌ

5. بأن تكونَ عاملةً
Yaitu jika mubtada’ tersebut menjadi ‘amil pada kalimat setelahnya, dalam hal ini mubtada’ juga boleh berupa isim nakiroh , contoh :
"أمرٌ بمعروفٍ صدقةٌ، ونهيٌ عن مُنكر صَدَقةٌ".

6. بأن تكونَ مُبهَمةً، كأسماء الشرط والاستفهام
Jika mubtada’ berupa isim mubham, seperti isim syarat dan isim istifham, contoh :
"من يجتهدْ يُفلِحْ" dan "من مجتهد؟

7. بأن تكون مفيدةً للدُّعاءِ بخيرٍ أو شرٍّ
Jika kalimat yang menjadi mubtada’ itu member faidah do’a, contoh :
{وَيْلٌ لِلمطفّفين} dan "سلامٌ عليكم"

8. بأن تُعطف على معرفة، أو يُعطفَ عليها معرفة
Jika kalimat yang menjadi Mubtada’ itu diathofkan pada isim ma’rifat atau di’athofi isim ma’rifat tersebut , contoh :
- "خالدٌ ورجلٌ يتعلمان النحو"
- "رجلٌ وخالدٌ يتعلمانِ البيانَ"

9. بأن تُعطَفَ على نكرة موصوفة، أو يُعطَف عليها نكرةٌ موصوفة
Jika kalimat yang menjadi Mubtada’ itu diathofkan pada isim nakiroh mausufah ( disifati ) atau di’athofi tersebut , contoh :
- "قولٌ معروفٌ ومغفرة خيرٌ من صدقة يَتبعُها أذىً
- "طاعةٌ وقولٌ معروف"

10. بأن تَقع جواباً
Jika menjadi jawaban dari suatu pertanyaan, maka dalam hal ini mubtada’ boleh nerupa isim nakiroh . contoh : رجلٌ jawaban dari orang yang bertanya "مَنْ عندك؟"












BAB III
PENUTUP
Alhamdulillahi robb al-‘alamin akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan sempurna, penulis banyak mengucapkan terima kasih atas dukungan dari semua pihak yang telah memberi dukungan baik secara materiil maupun moril, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi kita semua umumnya .
a) Kesimpulan
Mubtada’ yaitu isim atau yang menyamai kedudukannya yang dibaca rofa’ yang sunyi dari ‘amil-‘amil lafdli. Dalam hal ini ‘amil terbagi menjadi dua :
a) ‘Amil Ma’nawi
b) ‘Amil Lafdhi
‘Amil Ma’nawi adalah :
هو تَجرُّدُ المبتدأ من عامل لفظي كان سبب رفعه. وتجرّدُ المضارع من عوامل النصب والجزم كان سببَ رفعه أيضاً
Yaitu sunyinya Mubtada’ dari ‘amil lafdhi yang mana menjadikan ia dibaca rafa’ dan sepinya fi’il mudlore’ dari ‘amil-‘amil nashob dan jazem yang mana menyebabkan ia dibaca rofa’ pula.
Sedang ‘amil Lafdhi adalah هوَ المؤثرُ الملفوظُ
Yaitu ‘amil yang membekas yang dilafadhkan ( berbentuk lafadh ).
Khobar adalah isim yang dibaca rofa’ yang disandarkan pada mubtada’ baik dari segi mufrod tasniyah, jama’ mudzakkar dan muannasnya. Contoh ;
- زيد مسلم , زيدان مسلمان , زيدون مسلمون
- فاطمة مسلمة , فاطمتان مسلمتان , فاطمات مسلمات
1) Macam-macam bentuk Mubtada’
Dari segi jenisnya Mubtada’ ada 2 ( dua ) macam yaitu :
1. Mubtada’ isim dhohir
2. Mubtada’ isim dlomir
Sedangkan dari segi bentuknya Mubtada’ juga terbagi menjadi dua macam, yaitu :
• Mubtada’ isim shoreh
• Mubtada’ Muawwal
2) Hukum-hukum Mubtada’
Hukum mubtada’ ada 5
1. Wajib dibaca Rofa’ , dan boleh dibaca jer jika didahului leh huruf jer ba’ ( huruf tambahan )
2. Wajib berupa isim ma’rifat, atau berupa isim nakiroh tapi nakiroh mufidah ( nakiroh yang bisa memberi faidah )
3. Mubtada’ Boleh di buang jika ada qorinah yang menunjukkan hal itu.
4. Mubtada’ wajib dibuang, dalam hal ini jika memenuhi beberapa syarat, diantaranya :
a) Jika ada qorinah yang menunjukkan jawaban dari qosam,
b) Jika khobarnya berupa isimmshdar yang menjadi pengganti dari fi’ilnya.
c) Jika khobarnya dikhususkan dengan fi’il “ madh atau dzamm “ ( pujian atau celaan ).
d) Jika mubtada’ tersebut pada mulanya menjadi sifat yang terputus dari persifatanya.
5. Pada dasarnya mubtada’ pasti didahulukan dari khobanya , namun terkadang khobar harus didahulukan dan terkadang pula boleh didahulukan dan boleh diakhirkan ( bahasan selanjutnya )
3) Macam-macam bentuk Khobar
Bentuk khobar ada dua macam yaitu :
• khobar mufrod
• khobar ghoiru mufrod
Bentuk khobar mufrod ada dua , yaitu :
a. الاسم الجامدِ contoh "هذا حجرٌ"
b. الاسم المشتق contoh المتجهد محمودٌ
Sedang Khobar ghoiru mufrod adalah khobar yang tidak berdiri sendiri.
- Ada kalanya berupa jumlah (jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah )
- ada kalanya berupa syibhu jumlah ( jer majrur dan dhorof madhruf )
4) Hukum-hukum Khobar
a. Wajib dibaca rofa’
b. Berbentuk nakiroh musytaq (نكرة مشتقةً ) namun terkadang juga berbentuk isim jamid
c. Wajib mengikuti mubtada’nya dalam hal mufrod , tatsniyah , jama’ , mudzakkar , dan muannats
d. Boleh membuang khobar jika ada qorinah yang menunjukkan hal itu
e. Khobar boleh berbilangan, meskipun mubtada’nya hanya satu
f. Pada dasarnya khobar selalu diakhirkan dari mubtada’nya, akan tetapi terkadang didahulukan dari mubtada’nya bahkan wajib didahulukan dengan ketentuan tertentu.
5) Khobar wajib diakhirkan dan mubtada’ wajib didahulukan.
a) Yaitu berupa kalimat isim yang mempunyai shodar kalam, seperti ism syarat, isim istifham.
b) Yaitu berupa kalimat yang menyerupai isim syarat
c) Berupa kalimat yang dimudlofkan pada isim yang mempunyai shodar kalam
d) Berupa kalimat yang dibarengi dengan “ lam taukid
e) Mubtada’ dan khobar sama-sama berupa isim ma’rifat dan sama-sama berupa isim nakiroh dan tidak ada qorinah yang menjelaskan atau membedakan salah satunya
f) Mubtada’ dibatasi dengan khobar Itu sendiri
6) Khobar boleh didahulukan juga boleh diakhirkan
Khobar boleh didahulukan juga boleh diakhirkan jika mubtada’ dan khobar sama –sama berupa isim ma’rifat atau nakiroh akan tetapi ada qorinah yang membedakannya, contoh : رجل صالح حاضر dan حاضر رجل صالح
7) Khobar wajib didahulukan
a. Jika mubtada’ berupa isim nakiroh ghoiru mufidah dan khobarnya berupa Jer Majrur dan Dhorof madhruf
b. Jika khobar berupa isim istifham atau mudhof oada isim istifham
c. Jika pada mubtada’ ada dlomir yang kembali pada khobar
d. Khobar dibatasi hanya miliknya mubtada’
8) Mubtada’ jika Berupa isim Nakiroh
Mubtada’ boleh berupa isim nakiroh dengan catatan harus memberi faidah ( Nakiroh Mufidah ). Sedang nakiroh Mufidah itu sendiri harus memenuhi syarat, diantaranya :
1. بالإضافة
Misal : خمسُ صَلواتٍ كتَبهنَّ اللهُ atau كلٌّ يموتُ
2. بالوصف
seperti : لَعبدٌ مؤمنٌ خيرٌ من مُشرك atau أمرٌ أتى بك
3. بأن يكونَ خبرُها ظرفاً أو جارّاً ومجروراً مُقدَّماً عليها
contoh : وفوقَ كل ذي علمٍ عليمٌ
4. بأن تقعَ بعد نفيٍ أو استفهام. أو "لولا"، أو "إذا"
contoh : ما أحدٌ عندنا , أإلهٌ مع الله؟ , خرجتُ فاذا أسدٌ رابضٌ
5. بأن تكونَ عاملةً
contoh : "أمرٌ بمعروفٍ صدقةٌ، ونهيٌ عن مُنكر صَدَقةٌ". 6. بأن تكونَ مُبهَمةً، كأسماء الشرط والاستفهام
contoh : "من يجتهدْ يُفلِحْ" dan "من مجتهد؟
7. بأن تكون مفيدةً للدُّعاءِ بخيرٍ أو شرٍّ
contoh : {وَيْلٌ لِلمطفّفين} dan "سلامٌ عليكم"
8. بأن تُعطف على معرفة، أو يُعطفَ عليها معرفة
contoh : "خالدٌ ورجلٌ يتعلمان النحو" "رجلٌ وخالدٌ يتعلمانِ البيانَ"
9. بأن تُعطَفَ على نكرة موصوفة، أو يُعطَف عليها نكرةٌ موصوفة
contoh : "طاعةٌ وقولٌ معروف"
10. بأن تَقع جواباً
contoh : رجلٌ jawaban dari orang yang bertanya "مَنْ عندك؟"


b) Saran
Demikianlah makalah ini kami persembahkan dan hanya sebatas inilah kemampuan penulis dalam menyusun makalah. Semoga para pembaca terutama dosen pengampuh mata kuliah ilmu nahwu I Perguruan tinggi STAI BU Tambakberas Jombang dapat mengambil sedikit banyak manfa’at dari makalah ini.
Saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Dan semoga makalah ini memberi guna dan manfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Matan Jurumiyyah. Abu Abdillah Muhammad ibn Muhammad ibn Dawud as-Sunhaji.
2. Jami’ al – Durus al- Arobiyyah. Mushthofa al- Gholayani.
3. Al-Qowa’id al-Asasiyah li al-Lughoh al-Arobiyyah . Ahmad al-Hasyimy
4. Audlohul Masalik ila Alfiyyah ibni Malik. Jamaluddin Abdullah al – Anshory. 761 H. Darul Fikr.
5. Mabahis fi ‘ulumi al-Qur’an. S.Sholeh

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar