KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan kuasa –Nya. Kami dapat menyusun makalah tentang hubungan antara islam dan masyarakat.
Semoga solawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni addinul islam.
Dengan terselesaikannya makalh ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang disekitar kami yang selalu member motifasi kepada kami sehingga kami mau berusaha keras untuk menyelesaikan makalah tentang ”Taukid” ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat menjadikan manfaat dan tambahnya ilmu bagi siapapun yang membacanya..
Kami sebagai pembuat makalah ini sangat menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan ini sehingga laporan ini menjadi laporan yang sempurna, baik dan bermanfaat.
Jombang, 4 April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
BAB III : PENUTUP 11
A. kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Taukid
Menurut Kitab Jami’u al-durus Fi Lughoti Al-Arabia :
Taukid adalah mengulangi Lafadz yang menghendaki ketetapan sesuatu yang diulang-ulang pada diri pendengar.
Menurut Kitab al-Mujaz fi Qowa’id al-Lughoti al-Arabiya :
Taukid adalah isim tabi’yang didatangkan karena untuk menetapkan pada matbuknya dan untuk menghilangkan kemungkinan salah atau mujaz dalam sebuah ucapan.
Menurut Kitab Mutammimah Ajjurumiyah :
Taukid adalah isim yang ikut pada isim sebelumnya, untuk menegaskan maksud sebenarnya dari isim yang diikuti.
Fungsi Taukid secara global :
1. Untuk menguatkan suatu kalimat
2. Agar pendengar selalu teringat
B. Pembagian Taukid
Taukid itu dibagi menjadi 2 :
1. Taukid Lafdzi
Taukid Lafdzi adalah taukid dengan cara mengulangi kata pertama, baik berupa :
a. Isim
b. Fi’il
“Telah datang kepadamu telah datang kepadamu, orang-orang yang telah menyusulmu, maka berhentilah.berhentilah.”
c. Huruf
“Tidak, aku tidak membuka percintaan Bitsnah, sesungguhnya dia telah mengadakan perjanjian-perjanjian denganku.”
d. Kalimat
“Saya telah memukul Zaid, saya telah memukul Zaid.
Faidah taukid lafdzi adalah untuk menghindari lupanya sami’atau untuk menetapkannya di dalam hati.
2. Taukid Ma’nawi
Taukid Ma’nawi adalah mentaukidi kalimat-kalimat isim dengan menggunakan lafadz-lafadz taukid yang tertentu.
Menurut Fa’idahnya taukid ma’nawi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Untuk menghilangkan kemungkinan majaz atau lupa. Lafadz yang digunakan
dan
ketika hanya diucapkan ,maka terkadang pendengar beranggapan bahwa mungkin yang datang bukan Amir sendiri, melainkan tentaranya, pembantunya atau sebagainya, hal ini menjadi kebiasaan orang Arab.
b. Untuk menunjukkan ma’na syumul. Menggunakan lafadz , atau
Ketika hanya mengucapkan , maka akan timbul anggapan bahwa yang datang itu sebagiannya saja, maka harus ditambah untuk menghilangkan kemungkinan itu. Lafadz taukid ini juga bisa untuk muakkad yang tidak jama’ dengan syarat bisa dikira-kira dapat dibagi-bagi.
Lafadz bisa dikira-kirakan bagian-bagian yang dijual. Maka tidak boleh mengucap
c.Untuk menetapkan hukum taukid untuk dua muakad secara bersamaan.Lafadz yang digunakan adalah
lafadz wajib dibuang pada sebuah kalam ketika fi’ilnya tidak akan terjadi kecuali memenuhi dua orang atau lebih
Tambahan
1.Mu’akad harus ma’rifat,tidak boleh nakiroh jika mufid dengan mengira-ngirakan isim nakiroh yang ditaukidi itu terbatas,dalam kata lain memiliki batasan seperti waktu,tempat,bilangan atau ukuran,dan ini hanya terjadi pada taukid pada lafadz syumul.contoh:
2.Tidak boleh mengtaukidi dengan lafadz / pada isim dhomir rofa’ (mahal rofa’) yang mustatir maupun mutashil kecuali didatangkan dhomir munfasilnya.contoh:
Kecuali untuk dhomir mahal nasab atau jer .Contoh:
Adapun taukid selain / itu boleh tanpa menyebut dhomir munfasilnya.contoh:
3.Dhomir yang munfasil juga bisa dijadikan taukid dhomir yang muttasil.contoh:
4.Isim dhohir yang ditaukidi dengan lafadz sesamanya tidak boleh ditaukidi dengan dhomirnya.contoh:
5.Untuk menguatkan ma’na syumul yang ada pada lafadz ,boleh ditaukidi lagi dengan lafadz-lafadz di bawah ini
a. diletakkan setelah
b. diletakkan setelah
c. diletakkan setelah
d . diletakkan setelah
Namun ada juga yang tanpa didahului lafadz tapi hukumnya qolil
6.Kadang huruf ba’ ditambahkan dalam kalimat dan
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Taukid adalah tabi’ yang menguatkan matbu’nya.
Taukid di bagi menjadi 2 :
1. Taukid Lafdzy
Taukid Lafdzy adalah taukid yang diterapkan dengan cara mengulang lafadz yang pertamadengan lafadz itu sendiri atau lafadz yang searti dengannya.
Macam-macamTaukid lafdzy :
1. Isim :
2. Fi’il:
3. Huruf :
4. Jumlah :
Pengulangan yang searti untuk menguatkan:
2. Taukid Ma’nawi
Taukid Ma’nawi adalah taukid yang bertujuan menguatkan lafadzyang ditaukidi dengan makna lahirnya atau dhohirnya lafadz, dengan bantuan beberapa lafadz yang sudah ditentukan :
Contoh :
BAB III
PENUTUP
b. Kesimpulan
Taukid adalah tabi’ yang menguatkan matbu’nya.
Taukid di bagi menjadi 2 :
3. Taukid Lafdzy
Taukid Lafdzy adalah taukid yang diterapkan dengan cara mengulang lafadz yang pertamadengan lafadz itu sendiri atau lafadz yang searti dengannya.
Macam-macamTaukid lafdzy :
5. Isim :
6. Fi’il:
7. Huruf :
8. Jumlah :
Pengulangan yang searti untuk menguatkan:
4. Taukid Ma’nawi
Taukid Ma’nawi adalah taukid yang bertujuan menguatkan lafadzyang ditaukidi dengan makna lahirnya atau dhohirnya lafadz, dengan bantuan beberapa lafadz yang sudah ditentukan :
Contoh :
DAFTAR PURTAKA
Syamsudin Muhammad. Terjemah Mutammimah Al-Jurumiyah. Surabaya:Al-Hidayah. 2002.
MAKALAH TAUKID
22.24 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
syukron infonya.
Posting Komentar