RSS

MAKALAH ALIRAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi sebagai satu ilmu pengetahuan sudah berdiri sendiri sekitar abad ke 18, dari berbagai tokoh kemudian terbentuk aliran-aliran psikologi dengan berbagai teorinya masing-masing. Tujuan dari berbagai aliran tersebut tiada lain hanyalah ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang ilmu yang mempelajari tentang jiwa ini.
Dari masa-kemasa aliran-aliran tersebut semakin meluas dan semakin banyak, bukan hanya tokohnya, akan tetapi para pengikut dari tokoh-tokoh itu pun mungkin sudah tak terhitung, untuk mengetahui lebih dalam tentang hal tersebut maka penulis mencoba untuk memaparkan sebagian dari hal-hal tersebut.
Untuk lebih spesifiknya penulis akan mencoba memaparkan tentang empat aliran Psikologi yang banyak digunakan oleh sebagian besar tokoh Psikologi modren, diantaranya; aliran Humanistik, Analisis, Gestalt dan Behavourisme serta teori yang dikemukakan oleh empat aliran tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah :
1. Siapa yang mencetuskan empat aliran psikologi tersebut diatas?
2. Teori apa saja yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh aliran tersebut?
3. Apa manfaat mempelajari Ilmu Jiwa Umum?
C. Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, diantaranya adalah:
1. Mengetahui tokoh-tokoh yang mencetuskan empat macam aliran tersebut diatas.
2. Mengetahui teori-teori yang dikemukakan oleh tokoh utama aliran-aliran tersebut.
3. Mengetahui tahun berdiri aliran-aliran tersebut.
4. Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan.
5. Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi umum.




























BAB II
PEMBAHASAN
ALIRAN-ALIRAN DAN MANFAAT
PSIKOLOGI

A. Aliran-aliran Psikologi
Setelah psikologi berdiri sendiri, lambat laun para ahli psikologi mengembangkan sistematika dan metode-metodenya sendiri, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan demikian timbul apa yang disebut aliran-aliran dalam psikologi. Sejak jaman dahulu aliran-aliran dalam satu bidang ilmu sangat penting artinya untuk membina semangat para ahli dalam berkompetisi menermukan kebenaran, dan tak kalah pentingnya dengan adanya aliran-aliran ini, para ahli dapat saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Untuk lebih memahami aliran tersebut berikut akan penulis sajikan beberapa aliran dalam ilmu psikologi:
1. Aliran Psikoanalisis
Aliran ini pertama kali muncul pada sekitar abad 19, yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) ketika dia sedang menangani seorang pasien Neorotik atau pasien yang mempunyai ciri mudah cemas, disebabkan oleh konflik yang terjadi pada saat seorang masih amat kecil, kemudian direpresi/ditekan (didorong masuk dari kesadaran ke alam tak sadar) seorang tokoh yang mungkin lebih tepat dikatakan sebgai pencetus psikodinamik. Namun demikian konsep pemikirannya tentang ketidaksadaran telah banyak mengilhami para ahli psikologi analisis yang hidup setelahnya. Freud adalah seoarang psikiatris yang menaruh perhatian besar pada pengertian dan pengobatan gangguan mental. Ia sedikit sekali menaruh minat terhadap problem-problem tradisional Psikologi Akademis seperti; sensasi, persepsi, berfikir dan kecerdasan karena itu ia mengabaikan problem kecerdasan dan mengarahkan usahanya untuk memahami dan menerangkan apa yang diistilahkannya sebagai ketidaksadaran.
Teori yang dicetuskan oleh Freud tentang kepribadian, mencoba menjelaskan tentang Normalitas dan Abnormalitas psikolgis dan perawatan terhadap orang-orang yang tidak normal. Menurut teori ini sumber utama konflik dan gangguan mental terletak pada ketidaksadaran, karena itu untuk mempelajari gejala-gejala ini, Freud mengembangkan teori Psikoanalisis yang sebagian besar didasarkan pada interpretasi “arus pikiran pasien yang diasosiasikan secara bebas” dan analisis mimpi.
Menurut Freud, “Dorongan-dorongan, komponen-komponen kepribadian, ingatan akan pengalaman masa kanak-kanak dan konflik psikologis yang mengerikan cenderung tidak disadari”. Dalam formulasi-formulasi Freud “dorongan seksual” memainkan peranan penting secara khusus. Karena, menurut Freud “Dorongan seksual melahirkan sejumlah energi psikis yang disebut libido untuk perilaku dan aktivitas jiwa” energi psikis tersebut sejajar dengan fisik walupun berbeda diantara keduanya. bila dorongan seksual dipuaskan, maka energi psikis membentuk kekuatan yang menekan, seperti air dalam selang yang tersumbat. Konflik-konflik yang terjadi pada seseorang akan meningkatkan ketegangan, bila seseorang ingin hidup normal, maka ketegangan tersebut harus dikurangi atau dihilangkan.
Menurut Freud kepribadian manusia berisi tiga komponen penting: id, ego dan super-ego. Ketiga komponen ini salalu bersaing memperebutkan energi psikis. Id terletak pada inti kepribadian yang primitif, tempat tinggal dorongan-dorongan yang oleh Freud disebut “kekacauan, kancah kenikmatan yang meluap”. Id tidak mempunyai organisasi yang logis sehingga dorongan yang saling bertentangan dapat hidup berdampingan secara terus menerus, pun demikian Id juga tidak memiliki nilai-nilai moral dan gantinya itu sangat dikuasai oleh prinsip-prinsip kenikmatan.
Sedangkan Ego timbul pada diri anak- anak yang sedang berkembang, sebenarnya Ego ini adalah bagian dari Id namun sudah dimodifikasi sedemikian rupa, karena sudah sedemikian dekat dengan dunia luar individu. Salah satu tugas penting Ego adalah mencari dan menemukan objek yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan Id. Selain itu Ego juga berfungsi menurut prinsip-prinsip realitas, mendahulukan pemuasan keinginan Id sampai suatu situasi atau obyek yang tepat telah ditemukan. Perbedaannya Ego sangat terkendali, realistis, logis dan berfikir proses skunder. misalnya saat kita lapar maka yang bertindak untuk berfikir bagaimana rasa lapar itu hilang adalah Ego sedang yang menimbulkan rasa lapar itu sendiri adalah Id.
Sedangkan Superego menurut Freud terbentuk dari ego saat anak-anak mengidentifikasi dirinya dengan orang tua dan menginternalisasi kedalam dirinya segala aturan, nilai dan adat-istiadat lingkungannya. Meskipun superego adalah bagian dari ego namun fungsinya sangat berbeda sekali dengan ego dan berfungsi independen. Superego sangat mendambakan kesempurnaan, idealisme, pengorbanan diri dan kepahlawanan.
Kemudian Freud merumuskan tentang teori perkembangan kepribadian, bahwa perkembangan kepribadian seorang anak dibentuk dari pengalaman-pengalaman ketika anak-anak menjalani seperangkat urutan perkembangan psikoseksual yang menurut Freud pada tahap-tahap ini seringkali terjadi konflik yang harus diatasi. Bila anak terlalu dituruti, terlalu kekurangan atau terlalu dikecewakan pada salah satu perkembangan, maka Fiksasi secara permanen akan tertinggal dalam tahap perkembangan tersebut. Freud menguraikan empat tahap pekembangan psikoseksual: tahap oral (mulut), tahap anal (dubur/anus), tahap phallik dan tahap genital. Tahap Oral (mulut) terjadi pada tahun pertama anak-anak, seperti makan, menggigit dan lain sebagainya. Penyapihan merupakan konflik utama pada tahap ini. Bila anak terlalu dalam menikmati ASI ibu atau susu botol sehingga menimbulkan rasa tidak ingin melepaskannya, maka saat dewasa anak tersebut akan memperlihatkan pola perilaku oral (seperti ketergantungan, pasif dan kerakusan) dan sangat dikuasai oleh bagian oral (seperti makan, mengunyah permen karet, merokok dan kemampuan bicara yang sangat berlebihan).
Tahap Anal terjadi pada tahun kedua dimana seorang anak mendapatkan kenikmatan dari duburnya, seperti saat buang air besar, kemudian penahanan kotoran. Untuk memperoleh kenikmatan pertentangan dengan masyarakat mulai menghambatnya. Akibatnya anak akan di minta untuk mengendalikan dorongan alamiyahnya, kemudian hal itu akan menimbulkan konflik pada tahap anal beberapa anak akan melakukan “pembalasan”, misalnya buang air besar tidak tepat waktu dan tempatnya.
Tahap Phallik biasanya terjadi diusia 3-5 tahun, menurut Freud anak-anak menyadari bahwa ia dapat memperoleh kenikmatan melalui alat kelaminnya. Freud juga yakin bahwa semua anak kecil pernah melakukan masturbasi (merangsang alat kelaminnya sendiri agar tegang) dan hal ini juga diakui dan disetujui oleh psikolog modern. Menurut Frued khayalan yang terjadi ketika anak-anak masturbasi akan menentukan krisis yang universal.
Tahap Genital dimulai sejak anak masuk di usia remaja samapi akhir hayatnya. Dan pada saat ini minat seksual tampak seperti bangun kembali, orang akan memperhatikan orang lain ketika mereka bekerja sama dalam lingkup budayanya. Sampai pada tahap phallik orang terlalu terpusat pada tubuhnya sendiri dan kebutuhan mendadak. Bila energi terlalu ketat akibat adanya kepuasan yang berlebihan atau sangat mengecewakan pada tahap perkembangan sebelumnya maka remaja tidak mungkin dapat memenuhi tuntutan ini.
Selain Sigmund Freud banyak tokoh-tokoh lain dalam aliran psikoanalisis ini yang seringkali disebut sebagai Neo Freudian, diantaranya Carl Gustav Jung (1875-1961) yang memisahkan diri Freud karena tidak setuju dengan pendapat Freud bahwa libido itu sepenuhnya diwarnai oleh kenikmatan seksual dan juga penekanan terhadap perkembangan anak, tokoh ini seringkali dihubungkan dengan dengan pandangan manusia pada dasarnya mewarisi ketidak sadaran kolektif .
Tokoh kedua adalah Alfred Adler (1870-1937) salah satu murid Freud yang memisahkan diri dari Freud sama seperti Carl Gustav Jung. Adler juga perpendapat bahwa penekanan terhadap factor seksualitas agak berlebihan. Adler menekankan pentingnya peranan lingkungan terhadap prilaku seseorang. Dia berpendapat bahwa kepribadian pada dasarnya adalah kepribadian social dan bahwa perasaan rendah diri itu sebetulnya pusat motivsi pada manusia.
Tokoh selanjutnya adalah Karen Horney (1885- 1952) yang juga memisahkan diri dari Freud Karena tidak sependapat dengan Freud tentang teori energi. Horney berpendapat bahwa pengalaman yang bermacam-macam selama masa kanak-kanak memberikan pola/ciri kepribadian dan konflik-konflik yang berbeda pula. Dia sangat menekankan efek perasaan yang mengganggu dari keterasingan dan ketidakberdayaan.
Tokoh yang lain adalah Harry Stack Sullivan (1892-1949) tokoh ini berpendapat bahwa prilaku yang dapat diterima atau prilaku yang menyimpang sebetulnya dibentuk oleh pola interaksi yang terjadi antara anak dan orang tua.
Tokoh terakhir adalah Erik Erikson (lahir 1902) tokoh inilah yang mengembangkan teori Freud dalam hal perkembangan. Rumusan-rumusannya menekankan implikasi sosial dan psikologis serta meneropong masa dewasa.
2. Aliran Gestalt
Gestal berasal dari bahasa Jerman yang berarti “bentuk” atau “Konfigurasi”, “hal”, “peristiwa”, “pola”, “totalitas” atau “bentuk keseluruhan”. Aliran ini pertama kali muncul pada tahun 1912 yang didirikan oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang pernah menjadi murid Oswald Kulpe di Wurzburg dan mendapat gelar doktornya disana pada tahun 1904. Dan pada waktu itulah ia mulai tertarik pada satu aliran filsafat yang terutama mempejari tentang fenomena (gejala) yang lebih dikenal dengan aliran fenomologi. Kemudian aliran Gestalt ini dikembangkan oleh Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967) .
Aliran ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap teori-teori yang berlaku di Jerman sebelumnya terutama teori strukturalisme dari Wilhelm Wundt, yang khususnya mempelajari proses penginderaan dianggap terlalu elemenistik (terlalu mengutamakan elemen atau detail). Padahal persepsi manusia terjadi secara menyeluruh dan terorganisasikan, tidak secara parsial atau sepotong-sepotong. Menurut Wertheimer ketika sebuah melodi terdengar (dipersepsi), sebuah kesatuan dinamis atau keutuhan muncul dalam persepsi, akan tetapi nada tersebut dalam dirinya sendiri menyebar dan saling bergantian dalam urutan waktu tertentu. Jadi menurut aliran ini yang utama bukanlah elemen akan tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisi kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan unsur-unsurnya, lebih dahulu ditanggapi dari bagian-bagiannya dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dari keseluruhan. Arti dari Gestalt tergantung pada unsur-unsurnya, sebaliknya arti unsur-unsur tergantung pada Gestalt.
Eksperimen Gestalt pertama, menurut Atkinson dan kawan-kawan adalah mempelajari gerakan, terutam Fenomena Phi. Jika dua cahaya dinyalakan secara berurutan, subjek melihat cahaya tunggal bergerak dari posisi cahaya pertama kecahaya kedua. Fenomena gerakan ini telah banyak diketahui tetapi ahli psikologi Gestalt menangkap kepentingan teoritis pola stimuli dalam menghasilkan efek. Pengalamn kita tergantung pada pola yang dibentuk oleh stimuli dan pada organisasi pengalaman. Menurut mereka apa yang kita lihat adalah relatif terhadap latar belakang, dengan aspek lain dari keseluruhan. Keseluruahn berbeda dengan penjumlahan bagian-bagiannya; keseluruahn terbagi atas bagian dari suatu hubungan.
Tokoh-tokoh aliran ini terbagi dalam dua kelompok besar yaitu ahli-ahli psikologi Jerman dan Austria terbuka seperti, Rudolf Allers, Magda Arnold, Charlotte, Solomon Asch, Kurt Levin, Karl Buhler, Albin Gilbert, Hans Hahn, Fritz Heider, Martin Scheerer Wilhelm Stern, dan Heinz Werner.
3. Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran yang didirikan John B Watson (1878-1958) pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif dalam arti harus dipelajari sebagaimana ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya dapat diteliti melalui metode instrospeksi yang dianggap tidak objektif dan tidak ilmiah. Kemudian aliran ini digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner (1904-1968) yang terkenal dengan eksperimen operant conditioning dengan tikus.
Menururut pandangan Skinner, kepribadian pada dasarnya adalah sebuah fiksi. Orang melihat hanya apa yang orang lain lakukan dan mengerti menyimpulkan sifat-sifat yang mendasari (motif, emosi dan kemampuan) yang ada sebenarnya dalam fikiran pengamat tersebut. Dia amat yakin bahwa psikologi hanya memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh orang lain. Sedangkan disposisi dalam diri seseorang tidak dapat dipakai sebagai penjelasan yang adekuat untuk menjelaskan perilaku orang lain.
Namun demikian, sebenarnya sebelum J.B Watson mengemukakan aliran psikologi ini, sejumlah filosuf dan ilmuan sudah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia, berdasarkan pendekatan yang mekanistik, suatu pendekatan yang menjadi ciri utama dalam Behaviorisme. Diantaranya adalah Ivan Pavlov (1849-1936) yang dikenal dengan eksperimen mengenai refleks bersyartat atau refleks terkondisi yang dilakukan terhadap anjing dengan mengeluarkan air liurnya dan W.Mc.Dougall (1871-1939) yang terkenal dengan teori instink-nya.
Aliran ini mengemukakan bahwa objek psikologi hanyalah perilaku yang kelihatan nyata dan menolak pendapat sarjana psikologi lain yang mempelajari tingkah laku yang tidak tampak dari luar atau tentang alam bawah sadar (Psikoanalisi) dan menentang aliran lain yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif (Introspeksionisme).
Belakangan kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan.
Tokoh lain dalam aliran ini adalah:
a. Clark Hull (1943) yang mengemukakan konsep teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dalam teori Hull antara kebutuhan biologis dan pemuasan, kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri dan sebagainya,
b. Edwin Guthrie yang mengemukakan teori kontinguiti, memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons tertentu. Selanjutnya ia berpendapat bahwa hubungan antar stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar.
4. Aliran Humanistic
Pada akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konselor bukan merupakan hasil penelitian dalam proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai humanistis, eksestransial, perceptual, atau fenomologikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut pandang si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (obsrver). Lebih penting lagi aliran ini mempunyai pandangan bahwa tiap-tiap individu di pengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Tokoh-tokoh yang menonjol dalam aliran ini antara lain;
a. Combs dan kawan-kawan, yang menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami perilaku seseorang, kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari orang lain. Combs dan kawan-kawan selanjutnya mengatakan bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini berarti siswa tersebut tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru tersebut. Mungkin dengan memberiakn aktivitas yang lain maka siswa tersebut akan memberikan respon positif.
b. Bloom dan Kratwohl
Dalam hal ini Bloom dan Kratwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh sesorang yang mencakup tiga kawasan berikut:
 Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1. Pengetahuan (mengingat, menghafal).
2. Pemahaman (menginterpretasikan).
3. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan sesuatu).
4. Analisis (menjabarkan suatu konsep).
5. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep yang utuh).
6. Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya).
 Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan :
1. Peniruan (menirukan gerak).
2. Penggunaan (mengguanakan konsep untuk melakukan gerak).
3. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).
4. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar).
5. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
 Afektif
Terdiri dari lima tingkatan :
1. Pengenalan (ingin menerima, sadar kn adnya sesuatu).
2. Merespons (aktif berpartisipasi).
3. Penghargaan (menerima nilai-nilai. Setia kepada nilai-nilai tertentu).
4. Pengorganissian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercaya).
5. Pengalaman ( menjadikan nilai-nilai sebagian dari bagian dari hidup).
c. Kolb
Tokoh ini berpendapat bahwa pengetahuan sesorang bertahap dari pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualissi, dan terakhir eksperimentasi aktif.


B. Manfaat Psikologi
Pada umumnya, manfaat orang mempelajari psikologi adalah :
1. Memperoleh pemahaman tentang gejala-gajala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak-anak pada khususnya.
2. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia dan anak.
3. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
Jadi mempelajari ilmu psikologi itu bukanlah hal yang baru bagi seseorang, karena orang dewasa yang normal sedikit banyak telah mengetahui psikologi meskipun pengetahuan mereka itu tidak sistematis, oleh karena itu siapa saja yang dapat mengetahui psikologi ia akan dapat menemptkan dirinya sedemikian rupa dimana ia berada. Karena kita semua berada pada lapangan apa saja. Maka psikologipun dapat di pergunakan dalam segala lapangan, misalnya pada lapangan : pendidikan, kedokteran, pengadilan, industry jual beli, tentara, pemuda dan masa anak-anak dan sebagainya.















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa, psikologi sebagai suatu disiplin ilmu dari tahun ketahun yang semakin menampakkan kapasitasnya, terutama konstribusinya dalam menyikapi kejiwaan seseorang.
Aliran-aliran psikologi dalam menyikapi kejiwaan seseorang cenderung berbeda. aliran psikoanlisis menyatakan dalam jiwa seseorang terdapat Id, Ego dan Superego, dan lebih memfokuskan pada ketidaksadaran seseorang. Lain lagi dengan aliran Gestalt yang menyatakan bahwa, persepsi manusia terjadi secara menyeluruh bukan sepotong-sepotong atau parsial. Sedangkan behaviorisme menyatakan bahwa psikologi hanya memusatkan perhatian pada apa yang dilakuakn oleh orang lain. Dan untuk aliran terakhir (humanistik) menyatakan bahwa untuk memahami perilaku seseorang terletak pada si pelaku bukan si pengamat.

B. Saran-saran
1. Kita harus lebih bijak dalam menyikapi perilaku seseorang, ketika nampak lahir orang tersebut buruk belum tentu batinnya juga demikian.
2. Kita harus memformulasikan pendapat-pendapat para pakar psikologi dalam menyikapi orang lain.








DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Ahmad. 1975. Ilmu Jiwa Umum. Semarang:Rapi.
Ahmadi, Ahmad. 1983. Psikologi Umum Bina Ilmu. Surabaya.
Sholahuddin, Mahfud. 1986. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya : Sinar Wijaya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar