RSS

MAKALAH PERADABAN BANI UMAYAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Peradaban Islam adalah sesuatu yang wajib kita ketahui sebagai umat Islam, karena dari Sejarah Peradaban Islam tersebut kita dapat belajar banyak hal dan banyak nilai-nilai moral yang kita dapat seperti mempelajari hasil kebudayaan pada suatu peradaban dan sistem pemerintahannya. Dari sinilah kita akan memperoleh nilai-nilai sosial, moral, budaya, pendidikan dan politik. Kesemuanya itu dapat menembah pengetahuan dan wawasan kita, maka hal inilah yang melatar belakangi disusunnya makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah:
1. Bagaimanakah proses awal berdirinya daulah Bani Umayyah ?
2. Seperti apakah masa-masa kejayaan daulah Bani Umayyah?
3. Bagaimanakah proses kemunduran dan kehancuran daulah Bani Umayyah?
4. Bagaimanakah kronoli kejadian yang terjadi pada masa Dinasti Umayyah?
C. Tujuan Penulisan
Setiap sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui proses berdirinya daulah Bani Umayyah
2. Untuk mengetahui masa-masa kejayaan daulah Bani Umayyah
3. Untuk mengetahui proses kemunduran dan kehancuran daulah Bani Umayyah
4. Untuk mengetahui kronologi kejadian yang terjadi pada masa Dinasti Umayyah
5. Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan.
6. Sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah kurang lebih selam 90 tahun dari 661 M sampai 750 M dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan. Jabatan raja menjadi pusaka yang diwariskan secara turun-temurun dengan sistem monarkhi.
Kekuasaan Dinasti Umayyah dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib (Khulafaur Rasyidin yang terakhir). Kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah. Namun Hasan bin Ali memberikan jabatan tersebut disertai dengan beberapa syarat atau lebih dikenal dengan perjanjian Madain yang isinya diantaranya adalah :
1. Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap penduduk Irak
2. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diberikan kepada Hasan setiap tahun
3. Muawiyah harus membayar Husain sebesar 2 juta dirham
4. Pemilihan atau pengangkatan khalifah selanjutnya harus diserahkan kembali kepada musyawarah kaum muslimin
Dengan adanya perjanjian ini maka berakhirlah masa kekuasaan Khulafaur Rasyidin dan menandai masa berdirinya kekuasaan Dinasti Umayyah. Adapun nama-nama khalifah yang pernah memimpin di daerah pemerintahan pusat yaitu Damaskus, diantaranya adalah :
1. Muawiyah I bin Abu Sufyan (41-61 H / 661-680 M)
2. Yazid I bin Muawiyah (61-64 H / 680-683 M)
3. Muawiyah II bin Yazid (64-65 H / 683-684 M)
4. Marwan I bin al-Hakam (65-66 H / 684-685 M)
5. Abdul-Malik bin Marwan (66-86 H / 685-705 M)
6. Al-Walid I bin Abdul-Malik (86-97 H / 705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul-Malik (97-99 H / 715-717 M)
8. Umar II bin Abdul-Aziz (99-102 H / 717-720 M)
9. Yazid II bin Abdul-Malik (102-106 H / 720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul-Malik (106-126 H / 724-743 M)
11. Al-Walid II bin Yazid II (126-127 H / 743-744 M)
12. Yazid III bin al-Walid (127 H / 744 M)
13. Ibrahim bin al-Walid (127 H / 744 M)
14. Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira) (127-133 H / 744-750 M)
B. Masa Kejayaan Dinasti Umayyah
Selama berkuasa, Dinasti Umayyah terus melakukan perluasan wilayah hingga daerah kekuasaannya meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabkan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium, diantaranya adalah :
1. Byzantium erupakan basis kekuatan agama Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan Islam
2. Orang-orang Byzantium sering mengadakan pemberontakan ke daerah-daerah Islam
3. Byzantium termasuk wilayah yang memiliki kekuasaan yang melimpah
Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (maghrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi sdlanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Selain wilayah kekuasaan yang sangat luas, di masa Dinasti Umayyah ini kebudayaan juga mengalami perkembangan, antara lain seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir dan lain sebagainya. Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat islam dengan mengambil pola Romawi, Persia dan Arab. Salah satu dari bangunan itu adalah Masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan Walid bin abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid di Cordova yang terbuat dari batu Pualam.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, filsafat, astronomi, geografi, sejarah, bahasa dan sebagainya. Kota yang menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan antara lain, Damaskus, Kufah, Makkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada dan lain-lain, dengan masjid sebagai pusat pengajarannya, selain madrasah atau lembaga pendidikan yang ada.
Dinasti Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang, Muawiyah bin Abi Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tentu yang menyediakan kuda lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Spesialisasi jabatan Qadhi atau hakim yang berkembang menjadi profesi tersendiri. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Byzantium dan Persia dengan mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M yang memakai kata-kata dan tulisan Arab, kemudian melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Pada masa Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) banyak membangun panti-panti untuk orang cacat, jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
C. Masa Keruntuhan dan Kehancuran Dinasti Umayyah
Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Abu Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam. Bersamaan dengan itu, kaum Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali, dan menghasut Husain bin Ali melakukan perlawanan.
Husain bin Ali sendiri juga dibaiat sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan untuk memaksa Husain bin Ali untuk menyatakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang kemudian hari dikenal dengan Pertempuran Karbala, Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala sebuah daerah di dekat Kufah.
Kelompok Syi'ah sendiri bahkan terus melakukan perlawanan dengan lebih gigih dan diantaranya adalah yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar (yang pada akhirnya mengaku sebagai nabi) mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi'ah secara keseluruhan.
Selain itu masih banyak gerakan-gerakan oposisi lainnya yang dpat diredakan. Hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Meskipun masa pemerinahannya sangat singkat, dia berhasil membina hubungan baik dengan kaum Syi’ah. Dia juga memberi kebebasan beragama dan beribadah sesuai kepercayaan yang diyakini masing-masing orang. Pajak diperingan dan kedudukan Mawali disejajarkan dengan muslim Arab.
Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz , khalifah selanjutnya adalah Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M) yang sangat menyukai kemewahan sehingga kurang memperhatikan kehidupan rakyat sehingga masyarakat menyatakan kofrontasi yang berlanjut hingga pemerintahan khalifah Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncullah kekuatan baru dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali yang nantinya mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantinya dengan dinasti baru, Dinasti Abbasiyyah.
Sepeninggal Hisyam bin Abdul Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah tidak hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya pda tahun 750 M, Daulah Bani Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin Muhammad khalifah terakhir Bani Umayyah melarikan diri ke Mesir, kemudian ditangkap dan dibunuh disana.
Faktor-faktor penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah :
1. Pergantian khalifah mengalami penyelewengan dari system musyawarah Islam diganti dengan system kerajaan.
2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak lepas dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali.
3. Adanya pertentangan antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang makin meruncing.
4. Menyalahi perjanjian Madain antara Muawiyyah dan Hasan bin Ali.
5. Pengangkatan putra mahkota lebih dari satu.
6. Pemerintahan yang korup, boros dan bermewah-mewah dikalangan istana.
7. Memecat dan mengganti orang-orang dalam jabatannya dengan orang-orang yang disukai saja padahal pengganti itu tidak ahli.
8. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan agama sehingga menimbulkan pergolakan dari golongan agama.
9. Munculnya kekuasan baru yang dipelopori oleh Al-Abbas ibn Abdul Munthalib kekuasaan Dinasti bani Abbasiyyah.
D. Kronologi Dinasti Umayyah
1. Tahun 661 M- Muawiyah menjadi khalifah dan mendirikan Bani Ummayyah.
2. Tahun 670 M- Perluasan ke Afrika Utara. Penaklukan Kabul.
3. Tahun 670 M- Perluasan ke Afrika Utara. Penaklukan Kabul.
4. Tahun 677 M- Penaklukan Samarkand dan Tirmiz. Serangan ke Konstantinopel.
5. Tahun 680 M- Kematian Muawiyah. Yazid I menaiki takhta. Peristiwa pembunuhan Husain.
6. Tahun 685 M- Khalifah Abdul-Malik menegaskan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
7. Tahun 700 M- Kampanye menentang kaum Barbar di Afrika Utara.
8. Tahun 711 M- Penaklukan Spanyol, Sind dan Transoxiana.
9. Tahun 713 M- Penaklukan Multan.
10. Tahun 716 M- Serangan ke Konstantinopel.
11. Tahun 717 M- Umar bin Abdul-Aziz menjadi khalifah. Reformasi besar-besaran dijalankan.
12. Tahun 725 M- Tentara Islam merebut Nimes di Perancis.
13. Tahun 749 M- Kekalahan tentara Ummayyah di Kufah, Iraq terhadap tentara Abbasiyyah.
14. Tahun 750 M- Damsyik direbut oleh tentara Abbasiyyah. Kejatuhan Kekhalifahan Bani Ummaiyyah.
15. Tahun 756 M- Abdurrahman Ad-Dakhil menjadi khalifah Muslim di Kordoba.Memisahkan diri dari Abbasiyyah.













BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah tahun 661 M dan berkuasa selama lebih kurang 90 tahun dengan Damaskus sebagai ibu kotanya. Muawiyyah mendapatkan kekuasaannya setelah adanya perjanjian Madain dengan Hasan bin Ali.
Selama berkuasa kemajuan yang dicapai meliputi hamper segala bidng seperti dalam bidang pembangunan masjid dan tatanan kota yang sangat maju dan modern. Tidak hanya ilmu agama, ilmu pengetahuan umum juga berkembang pesat. Luasnya wilayah kekuasaan yang meliputi tiga benua, yakni Asia Tengah, Eropa dan Afrika Utara. Selain itu didirikan juga pos-pos yang menyediakan kuda lengkap disepanjang jalan, menertibkan angkatan bersenjata, mengganti mata u`ng Byzantium dan Persia dengan mencetak mata uang tersendiri yang memakai kata dan tulisan Bahasa Arab pada tahun 659 M. Memberlakukan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam, membangun panti-panti untuk orang cacat, membangun jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedun pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Faktor-faktor penyebab runtuhnya Daulah Bani Umayyah :
1. Pergantian khalifah dari sistem musyawarah menjadi sistem kerajaan
2. Konflik-konflik politik dan pertentangan antar suku yang memuncak
3. Pemerintahn yang korp, boros dan bermewah-mewahan di kalangan istana
4. Lemahnya para khalifah dalam memimpin pemerintahan sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat
5. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh Al-Abbas ibn Abdul Mutholib yakni kekuasaan Dinasti Abbasiyyah






DAFTAR PUSTAKA
Kumaidi, dkk.2009.Sejarah Kebudayaan Islam.Jakarta:Akik Pusaka
Yatim, Badri.2000.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Umayyah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...

SUkron kasiron..

Posting Komentar