RSS

MAKALAH PSIKOLOGI MASA DEWASA

BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan Masa Dewasa dalam Aspek Psikososial

A. Perkembangan Keintiman
Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim/keintiman, merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki dewasa dan bila gagal, maka akan terisolasi. Keintiman itu dapat berupa;
1. Cinta
Selama tahab perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. Kompleksitas cinta membuat tidak ada kata yang tepat untuk mendifinisakan kata cinta tersebut, begitu juga dalam pengklasifikasi cinta. Namun di sini akan diuraikan pandangan Santrock dalam Desmita yang membagi cinta dalam empat bentuk, yaitu: altruisme, persahabatan, cinta romantis atau gairah, dan cinta yang penuh perasaan.
Cinta sejati mulai perkembang di masa dimana seseorang memasuki masa masa. Di masa ini, cinta tidak sekedar hanya cinta yang berbau birahi, namun lebih dari itu, melainkan suatu afeksi, yaitu cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang. Jika dalam hubungan hanya ada gairah tanpa disertai komitmen dan keintiman, boleh jadi hanya nafsu belaka. dan begitu juga sebaliknya.
2. Pernikahan dan keluarga.
Tindak lanjut dari sebuah keintiman cinta di atas diaktualisasikan dengan sebuah ikatan pernikahan. Sama halnya dengan konsep cinta, pernikahan tidak memiliki konsep dan definisi yang baku, namun hampir setiap budaya dan suku bangsa mempunyai suatu pandang yang tidak jauh berbeda bahwa perkawinan merupakan sesuatu yang bersifat suci dan dibutuhkan dalam kehidupan.
Konskuensi dari sebuah pernikahan mengharuskan terjadi suatu paradigma baru dalam peran masing-masing pihak. Perubahan paradigma yang paling kentara terdapat pada pihak perempuan, dimana ia harus melepas segala aktifitas pra-nikah, yang tidak memberikan dampak positif, dengan melaju 90 derajat kearah yang positif terhadap tanggung jawab sekaligus peran sebagai istri dan ibu.
B. Perkembangan Generativitas
Perhatian dan kekhawatiran terhadap generasi muda/mendatang menjadi kunci dari kata Generativitas yang dicanangkan oleh Erikson. Di usia 40an, perkembangan Generativitas mulai sangat tampak dengan pelbagai bentuk.
Karena sudah menjadi habitat manusia yang ingin berbagi dan menularkan sebuah kesuksesan kepada generasi selanjutnya, sehingga dengan memberikan pengaruh terhadap generasi muda untuk melanjutkan cita sekaligus harapan, diasumsikan dapat mempertahankan nilai-nilai positif dari pihak yang mempengaruhi kepada yang dipengaruhi. Hal ini sangat memberi kepuasaan terhadap manusia yang berpegang pada maksud generatifitas bila hal itu bisa terwujud. Namun bagi yang tidak mampu atau gagal dalam generativitas, maka yang didapat ialah sebuah stagnasi.
C. Perkembangan Integritas
Setelah usaha menyiapkan generasi muda untuk bergumul di dunia dari refleksi sejarah orang-orang yang berprinsip pada gerativitas, maka menjadi sebuah keharusan untuk mampu menjadi bagian dari atau integritas-diri yang untuk siap memberi himbauan agar tetap berdiri tegar, baik keberhasilan mapun kegagalan yang akan dialami oleh generasi muda.
Pada fase ini, segala keputusan dikeluarkan secara hati-hati dan bijaksana, mengingat bahwa zaman maupun konteks sosial yang dialami berbeda antara konteks saat ini dengan konteks zaman dimana ia hidup di masa lalu. Bila seorang tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan konteks zaman sekarang, maka keputus-asaan maerupakan alternatif lain yang ditempuh.






























DAFTAR PUSTAKA

Monk. Psikologi Perkembangan, , Yogyakarta:
Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan, Bandung : PT. Rosda Karya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar