BUKU PEDOMAN
Penulis dan Penerjemah :
Ust. Moh Ali Ridwan Al-Bashory
PUSTAKA KYAI MOJO
Team Redaksi :
Pengasuh : Romo Drs. KH. Imron Djamil
Penanggung jawab : Dewan Pengajar PP. Kyai Mojo
Penulis : Moh. Ali Ridwan Al-Bashory
Sekretaris dan Editor :
• Saeful Bahri
• Nurul Huda
• Sumarmi
Desaigner : Moh. Ali Ridwan Al-Bashory
Penerbit : Pustaka Kyai Mojo Tambakberas Jombang
Tahun Terbit
• Cetakan Pertama : 5 Februari 2010
• Cetakan Kedua : 8 Juli 2011
Sekapur Sirih
Alhamdulillahi robbil ‘alamin segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rohmat,hidayah dan inayahNya pada kita semua sehingga sampai saat ini kita semua masih dalam keadaan sehat , kuat dan yang terpenting dalam keadaan iman dan islam.
Sholawat dan salam semoga tetap terhaturkan pada junjungan kita nabi agung, penebar rohmat dan penyebar benih kesucian cinta Yaitu Nabi Muhammad SAW. Pun kepada keluarga, para sahabat, tabi,in dan semua kaum muslimin muslimat.
Penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua yang tidak perna lelah mendidik dan membekali penulis sehingga masih bisa meneruskan jenjang pendidikanya secara terus menerus.
2. Kepada pengasuhh PP Kyai Mojo ( Abah Drs KH. Imron Djamil & Bu Nyai HJ.Titi Maryam) yang telah banyak memberi inspirasi serta pendidikan lahir maupun batin.
3. Pada adhik tercinta yang sekarang dalam proses tahfidhul Qur’an yang senantiasa memberi dorongan-dorongan moral baik secara nasehat maupun teguran.
4. Pada semua santri pondok pesantren Kyai mojo yang telah memberi inspirasi dan bantuan sehingga penulis bisa menyeleseikan pembuatan buku cetakan ini.
Semoga amal kalian semua diterima disisi Allah SWT dan dicatat sebagai amal hasanah yang menjadi syafa’at di hari kiamat nanti.
Penulis merasa terilhami untuk membuat buku atau cetakan yang berisi pelajaran-pelajaran pondok baik itu semisal terjemah ataupun penjelasan-penjelasan akan pelajaran-pelajaran yang ada di pesantren khusunya Pondok Pesantren Kyai Mojo. Karena penulis merasakan betapa pentingnya sebuah literatur sekaligus penjelasan akan pelajaran-pelajaran agama terkhusus di dunia pesantren mengingat banyaknya santri di era-era baru ini kesulitan dalam memahami kitab-kitab kuning yang notabenya menjadi makanan pokok di dunia pesantren. Selain itu penulis menyadari betapa pentingnya hal itu dicapai karena wajibnya memahami pengetahuan-pengetahuan agama tersebut.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan*kekhilafan dalam penulisan buku cetakan ini. Baik dari segi bahasa, keindahan atau uslub-uslub yang ada. Maka dari itu penulis sangat berharap saran,masukan serta bimbingan dari para pembaca untuk menyumbangkan idenya, partisipasinya dan pikiran-pikiran guna untuk lebih memperbaiki buku ini.
Akhirnya kami hanya mohon pada Allah SWT semoga buku ini memberi manfa’at pada kita semua dan khususnya pada semua santri terkhusus santri pondok pesantren kyai mojo tambakberas Jombang. Sehingga dapat mengantar dan mengkder anak-anak didik yang bermanfa’at,berguna bagi masyarakat bangsa dan Negara. Aamiin ya Robbal “alamin.
Jombang, 8 Juli 2011
Penulis :
Moh Ali Ridwan Al-Bashory
DAFTAR ISI
Sampul Dalam
Sekapur Sirih
Daftar Isi
Bab I PENDAHULUAN
a. Dari sisi Perbandingan Dengan Kitab Lain
b. Penulisan Al-Qur’an
c. Bahasa Al –Qur’an
d. Susunan al-Qur’an
e. Keindahan Bahasa AI-Qur’an
f. Penjagaan AI-Qur’an
g. Al-Qur’an Sebagai Mu’jiyat
BAB II DEFINISI ULUM AL-QUR’AN
BAB III NUZUL AL-QUR’AN
• Turunnya Al-Qur’an
• Pandangan ulama’ tentang Nuzul al-Qur’an
• Hikmah turunkanya al Qur’an sekaligus
• Hikmah turunkanya al Qur’an berangsur-angsur
• Usaha penyempurnaan Mushhaf Utsmany
BAB IV ASBAB AN-NUZUL
• Definisi Asbab An Nuzul
• Asbab nuzul berkisar pada:
• Macam Asbab Nuzul
• Faedah mengetahui asbab nuzul
BAB V JUZ, SURAT DAN AYAT
BAB VI LAFADH-LAFADH DALAM AL-QUR’AN
1. GHORIB
2. MU’ARROB
3. MAJAZ
4. MUSYTAROK
5. MUTARODIF
6. TASYBIH
BAB VII MACAM-MACAM LAFADH DALAM AL-QUR’AN
1. ‘AM
2. ‘AM MAKHSHUS
3. MUJMAL
4. MUAWWAL
5. MAFHUM DAN MANTHUQ
6. MUTHLAQ
7. MUQOYYAD
8. NASIKH MANSUKH
9. MA’MUL
BAB IX HUKUM-HUKUM LAFADH DALAM AL-QUR’AN
1. FASHOL
2. WASHOL
3. IJAZ
4. ITHNAB
5. MUSAWAH
6. QOSHR
BAB X ASMA’ DALAM AL-QUR’AN
1. Nama-nama nabi ( اسماء النبي )
2. Nama-nama selain nabi ( اسماء غير النبي )
Dalam hal ini terbagi menjadi berikut :
a. Nama-nama malaikat
b. Nama-nama orang sholeh
c. Nama-nama orang jelek/lacut
d. Nama-nama Kinayah
e. Nama-nama laqob
f. Nama-nama kunyah
g. Nama-nama Mubham
KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril dengan cara mutawatir (berangsur-angsur) dan bernilai ibadah bagi yang membacanya. Jika kita tengok sejarah terjadi perbedaan pendapat mengenai kapan turunya al-Qu’an. Sebagian ulama’ mengatakan al-Qur’an turun dari lauhu al-mahfudh ke langit bumi pada tanggal 18 Romadhon, sebagian ulama’ yang lain mengatakan tanggal 24 Romadhon. Akan tetapi ketika diturunkan pada Rosulullah pertama kali tepat jatuh pada tanggal 17 Romadlon / 6 agustus 610 M yang berupa surat al- ‘Alaq 1-5 :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah(3). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam(4). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. ( al-‘alaq 1-5 )
Al-Qur’an diturunkan sesuai dengan kebutuhan manusia juga kebutuhan zaman. Dari situlah al-qur’an turun secara bertahap sesuai dengan masalah serta tantangan dikala itu juga atas kebesaran Allah SWT al-qur’an datang untuk menjawab seluruh masalah pada zaman mendatang.
Dilihat dari sisi kehebatan dan keistimewaan al-qur’an dari berbagai aspeknya tentu tidak ada habisnya jika kita membahasnya. Akan tetapi dalam kesempatan ini kami mencoba mengutip satu pembahasan yang ternukil dalam suatu buku yang berjudul “Al-Qur’an dan rahasia angka-angka” yang dikarang oleh Dr.Abu Zahro’ an Najdi dan buku “The History Of The Qur’anic Teks” karangan Prof. Dr. M.M Al-‘Azami yang akan kami jabarkan dan kami ringkas sesuai dengan pembahasannya dan sesuai dengan kapasitas pemahaman kami.
a. Dari sisi Perbandingan Dengan Kitab Lain
Jika dibandingkan dengan kitab-kitab yang terdahulu - Taurat, Zabur, Injil - maka Al-Qur’anlah yang paling bisa dikatakan lebih otentik karena beberapa hal :
a. Ditulis saat Rasulullah masih hidup, dengan dibarengi adanya larangan penulisan masalah lainnya yaitu hadits, karena di saat itu hadits Rosul benar-benar dilarang untuk ditulis karena dikhawatirkan adanya percampuran dengan al-qur’an. Sehingga kemungkinan adanya pencampuran adalah sangat kecil. Sementara yang lain seperti Perjanjian Lama yang merupakan himpunan kitab/fasal, ditulis selama lebih dari dua abad setelah musnahnya teks asli pada zaman. Nebukadnezar, yang ditulis kembali berdasarkan ingatan semata oleh seorang pendeta Yahudi yang bernama Ezra dan dilanjutkan oleh pendeta – pendeta Yahudi atas perintah raja Persia , Cyrus pada tahun 538 sebelum Masehi.
b. Al-Qur’an masih memakai bahasa asli sejak wahyu diturunkan yaitu bahasa Arab, bukan terjemahan ataupun bahasa buatan. Bagaimanapun terjemah telah mengurangi keotentikan suatu teks. Bibel sampai ke tangan umatnya dengan Bahasa Latin Romawi. Bahasa Ash Taurat adalah Ibrani, sedang bahasa Asli Injil adalah Aramaik. Keduanya disajikan bersama dalam paket Bibel berbahasa Latin yang disimpan dan disajikan untuk masing-masing negara melalui bahasanya sendiri-sendiri, dengan wewenang penuh untuk mengubah dan mengganti sesuai keinginan.
c. Al-Qur’an banyak dihafal oleh umat Islam dari zaman Rasulullah sampai saat ini. Sedangkan Bibel, boleh dibilang tidak ada. Jangankan dihapal, di Indonesia sendiri Bibel umat Katolik baru boleh dibaca oleh umatnya pada tahun 1980.
d. Materi Al-Qur’an tidak bertentangan dengan akal, dan relevan sepanjang masa. Sementara Bibel mengandung banyak hal-hal yang tidak masuk akal dan mengandung pornografi.
B. Penulisan Al-Qur’an
1. Sejarah Penulisannya
Keaslian al-Qur’an di kalangan Muslim adalah suatu kepastian yang sudah lazim baik susunan ataupun materinya. Selain karena penjagaan Allah, hal ini tidak lepas dari usaha Rasulullah dan para penerusnya hingga saat ini dalam menjaga keaslian al-Qur’an; huruf per-huruf, ayat per-ayat, hingga surat dan susunannya. Dengan begitu umat Muslim terhindar dari peringatan Allah swt. Untuk tidak merubah al-Qur’an sebagaimana yang pernah dilakukan oleh umat sebelumnya . seperti yang dilukiskan Allah SWT dalam firmannya Surat Al-Baqoroh ayat 75 :
أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75)
Artinya : Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS. Al-Baqarah: 75).
Allah Swt telah menjanjikan suatu penjagaan bagi kitab terakhir yang pernah diturunkan kepada umat manusia ini. Hal ini sesuai dengan firmanNya surat al-Hijr ayat : 9
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (9)
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr : 9).
Dan sekaligus menjadi bukti bahwa Muhammad adalah nabi akhir zaman, sebab ajarannya tetap terpelihara dan tak satupun umatnya berani merubah walaupun satu huruf. Janji Allah tersebut setidaknya terbukti dengan upaya-upaya penjagaan oleh kaum Muslim yang telah berlangsung selama lebih dari 14 Abad. Upaya tersebut dapat disimpulkan dalam dua cara :
1. Penulisan Mushhaf seperti yang sampai kepada kita
2. Upaya penghafalan oleh para Qurra’ (pengkaji al-Qur’an) yang tersebar dipenjuru dunia Islam.
Dua macam upaya ini sudah berjalan sejak zaman Rasulullah saat wahyu diturunkan.
2. Penulisan dan Pengajaranya Pada Masa Rasulullah
Rasulullah sangat berdisiplin dan hati-hati dalam mengajarkan al-Qur’an kepada para sahabatnya, dimana ayat- ayat yang baru turun harus dihapal oleh para sahabat saat itu juga, mereka tidak diizinkan pergi sebelum hafal seluruhnya, setelah itu mereka sampaikan kepada mereka yang tidak hadir, Ayat yang sudah mereka hafal tersebut kemudian mereka lakukan tadarusan (membaca dan mengkajinya) bersama disalah satu rumah di pojok kota Makkah, demi menghindari ancaman orang-orang Quraisy.
Pada saat Rasulullah berada di Madinah, 2/3 al-Qur’an sudah diturunkan.Hal ini membuat Rasulullah harus bekerja keras mengajarkan al-Qur’an kepada kaum Anshor yang baru masuk Islam. Begitu besarnya tuntutan tersebut hingga Rasulullah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajarkan al-Qur’an kepada para sahabat. Maka tidak heran jika ada satu kelompok yang kita kenal sebagai ahlu as-suffah yaitu para sahabat yang menetap/tinggal di masjid untuk belajar al-Qur’an, dan dari antara merekalah muncul nama-nama seperti Ibnu Abbas (Muhajirin), Ubay bin Ka’ab (Anshor), Abu huroiroh dan lain sebagainya yang kelak mereka lah yang paling berperan dalam melakukan kodifikasi wahyu. Lain dari pada itu cara pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah sangatlah berdisiplin dimana al-Qur’an diajarkan persepuluh ayat sampai para sahabat hafal dan paham maknanya bahkan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, untuk kemudian baru pindah pada sepuluh ayat berikutnya.
Pada zaman Nabi upaya penulisan sudah mulai dilakukan walaupun dengan media yang sangat sederhana di antaranya batu tulis, tulang-tulang, pelepah pohon. Dalam suatu Riwayat yang dari Imam Al-Bukhori menerangkan sebagaimana berikut:
Ubaidullah mengatakan kepada kami dari Musa dari Israil dari Abi Ishaq dari al-Barraa’, rnengatakan: Ketika turun (ayat yang artinya {Tidaklah sama orang-orang yang berdiam diri dari para mu’min dengan mereka yang berjihad di jalan Allah } Nabi Saw. Berkata : panggilkan untukku Zaid dengan membawa batu tulis dan tinta serta tulang, atau tulang dan tinta, kemudian berkata: tulislah {Tidaklah sama orang-orang yang berdiam diri.(HR.Bukhori).
Riwayat lain menyebutkan media lain berupa pelepah pohon.Dengan media seperti di atas maka logis sekali jika diriwayatkan bahwa lembaran-lembaran al-Qur’an tersebut memenuhi satu ruang (gudang) ditempat Hafsah, istri Nabi Muhammad Saw yang ke-empat.
Upaya penulisan yang mereka lakukan bahkan terbilang ketat, sebab penulisan selain wahyu oleh para sahabat tidak diperbolehkan oleh Rasulullah Saw. Dengan begitu wahyu Allah tidak tercampur oleh perkataan dan perilaku Nabi yang kemudian disebut Hadits.
Penulis wahyu yang ditunjuk oleh Rasulullah pada masa itu ada empat orang dari kaum Anshor yaitu :
1. Mu’adz bin Jabal
2. Ubay bin Ka’ab
3. Zaid bin Tsaabit dan
4. Abu Zaid
dalam riwayat lain menyebutkan :
a) Abu ad-Darda’
b) Mu’adz bin Jabal
c) Zaid bin Tsabit dan
d) Abu Zaid
C. Bahasa Al –Qur’an
Allah Swt. Telah menyatakan dalam al-Qur’an bahwa bahasa yang dipergunakan dalam pewahyuan adalah bahasa Arab (bilisanin ‘arabiyyin mubiin) dengan bahasa Arab yang jelas. Hal itu digambarkan dalam al-Qur’an surat asy-Syu’aro’ ayat 195 :
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)
Lebih spesifik lagi riwayat Imam Bukhari tentang kodifikasi wahyu masa Utsman menyebutkan bahwa al-Qur’an ditulis dengan bahasa Arab Quraisy yang merupakan bahasa utama dikalangan suku-suku di Jazirah Arab. Tampilnya bahasa Quraisy, sebagai bahasa utama tidak terlepas dari keberadaan suku tersebut yang lebih dominan dalam kancah perdagangan dan posisi strategisnya yang ditempati Ka’bah, dimana ka’bah menjadi pusat kegiatan ritual kepercayaan mereka menjelang datangnya Islam.
Rasulullah dilahirkan di kalangan Suku Quraisy bahkan dari klan terpandang yaitu Bani Hasyim dan tentunya bahasa keseharian beliau adalah bahasa Arab Quraisy. Walaupun pada dasarnya beliau mengusai dialek-dialek lain karena dibesarkan di Bani Saad yang oleh masyarakat Arab dikenal sebagai suku Paling fasih dalam berbahasa. Jika kemudian ketika beliau mendapatkan wahyu dari Allah Swt. Dalam bahasa Arab, adalah suatu hal yang sangat wajar melihat latar belakang bahasa beliau. Justru tidak logis kalau al-Qur’an menggunakan bahasa lain yang tidak dipahami masyarakat Arab.
Kenyataan bahwa al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab hendaknya dijadikan acuan para pengkaji Al-Qur’an sehingga kesalah pahaman dapat sedikit mungkin dihindari. Mengindahkan kenyataan di atas sama saja dengan mengesampingkan dan menutup-nutupi fakta.
Dan sudah maklum bahwa masyarakat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad Saw. Pada awal masa dakwahnya adalah masyarakatnya sendiri yaitu masyarakat Arab dan yang paling dekat Quraisy. Oleh sebab itu untuk mendapatkan makna yang tepat dari al-Qur’an seorang pengkaji mestinya merujuk kepada bahasa Arab yang berlaku saat itu, atau minimal yang mendekati masa itu. Itulah sebabnya para ulama seringkali merujuk kepada syair-syair jahili karena lebih dapat menjelaskan pemakaian kata pada masa itu.
Kesamaan kata dalam bahasa serumpun bukan menjadi alasan untuk membacanya dengan bahasa tersebut karena memiliki makna yang berbeda. Antara dialek satu dengan lain dalam satu bahasa saja kadang memiliki makna yang berbeda apalagi bahasa serumpun. Kata “kereta” misalnya di Jawa dipahami sebagai kendaraan yang ditarik oleh kuda, tapi di Medan dipahami sebagai sepeda motor, kata yang sama dengan dua makna di dua tempat yang berbeda. Tapi jika tulisan yang memakai kata “kereta” tersebut ditulis oleh orang Jawa maka tidak mungkin di pahami sebagai sepeda motor, kecuali penulisnya mengisyaratkan demikian.
D. Susunan al-Qur’an
Hadits suatu Nabi menyatakan “Al-Qur’an hanya bisa dipahami secara mendalam setelah memandang berbagai seginya” (al-Hadits). Seperti yang dikutip oleh Muhammad Arkoun dalam kajian ulumul Qur’an-nya.
Jika ada yang mengeluh kesusahan memilah ayat untuk mencari membahas satu tema, saat ini sudah banyak sarana mencarinya. Tapi melihat al-Qur’an dengan cara memilah-milah saja akan menghilangkan banyak makna. Coba anda bayangkan jika seseorang hanya mengambil ayat jihad saja. Atau sebaliknya ayat-ayat kasih sayang saja. Jika kita kembali pada konsep tauhid dan konsep kemasyarakatan yang tertulis dalam ketiga kitab, begitu pula yang disampaikan oleh al-qur’an yaitu dua konsep :
1. Konsep Tauhid
sama-sama kita ketahui bahwa dalam a-Qur’an sangat banyak sekali ayat yang menggambarkan tentang tauhid. Coba kita telaah sekilas, Al-Qur’an yang dimulai dengan al-Fatihah dan di akhiri dengan an-Nas. Jika Al-fatihah disebut sebagai ummul kitab, hal itu tidak lah terlalu berlebihan, sebab disitulah inti ajaran tauhid. Setelah mengagungkan nama Allah kemudian menyatakan bahwa hanya kepada-Nya-lah
menyembah dan memohon. Setelah itu memohon jalan orang¬orang yang telah selamat memegang konsep dasar tauhid, jalan orang-orang yang mendapat ni’mat. Kemudian memohon agar terhindar dari kesalahan mereka yang telah menentang dan menghapuskan konsep itu. Konsep tauhid ini kemudian mewarnai semua surat. Dalam setiap pembahasan baik ibadah dan kehidupan selalu dikaitkan dengan Tauhid.
Di akhir a-Qur’an surat-surat terakhir yaitu surat mu’awidzatain, konsep tauhid itu dinyatakan dengan sangat tegas lagi. Allah hanya Satu dan Allah lah tempat memohon –lihat makna ini dalam al¬fatihah-. Lantas ditutup dengan permohonan agar keimanan diselamatkan dari gangguan makhluq dari dimensi non-materi, dan makhluq dari dimensi materi.
2. Konsep Kemasyarakatan
konsep kemasyarakatan mempunyai dua kategori yaitu
a. Kasih Sayang
yang dalam al-Quran digambarkan dengan mengasihi fakir miskin, yatim piatu, orang tertindas, musafir dll.
b. Keadilan
yang dalam Al-Qur’an digambarkan dengan ‘Qisas’, nyawa dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, gigi dengan gigi, luka ringan dengan luka ringan (mohon tidak dicampur dengan pandangan praktisnya). Kategori kedua ini menggambarkan rasa keadilan yang paling mendasar, Kesalahan berat diganjar berat, ringan diganjar ringan. Bukan berat diganjar ringan karena seorang tokoh, dan ringan diganjar berat karena rakyat jelata.
Satu konsep tauhid dan dua konsep kemasyarakatan untuk dua makhluq dari dua dimensi berbeda –materi dan non-materi¬ yaitu manusia dan jin. Semua itu disajikan oleh al-Qur’an dalam satu kesatuan, dan bukan dipisah. Sebab jika dipahami terpisah pasti banyak yang ditinggalkan. Jika dipisah maka keseimbangan akan goyah.
Kembali pada susunan al-Qur’an juga harus dilihat sama seperti melihat isinya. Ajaran yang sangat membutuhkan keseimbangan juga harus disampaikan dengan cara yang seimbang. Kita tidak bisa melihatnya dengan kaca mata kita yang suka melihat sesuatu menurut kehendak kita. Melihat susunan al-Qur’an secara parsial seakan kita memilah warna dari sekian banyak susunan bangunan yang berwarna pelangi. Kita kadang menginginkan yang merah saja, atau hijau saja tanpa memperhatikan bahwa kombinasi dari semuanya adalah keindahan. Yang jika dipisah maka hanya ada hamparan menjemukan seperti padang pasir dan lautan. Bahkan lautan pun dihiasi pelangi dan hamparan pasir dihiasi fatamorgana. Kita kadang harus memperhatikan para seniman dan sastrawan yang lebih bisa melihat keindahan hidup tanpa batasan teori yang kadang menghilangkan prinsip keseimbangan.
E. Keindahan Bahasa AI-Qur’an
Masyarakat Arab pada masa turunnya wahyu adalah masyarakat yang sangat mengagungkan bahasa. Syair-syair yang muncul dikalangan mereka selalu membawa pengaruh dan politik pada masa itu. Kemunculan Rasulullah Saw dengan ajaran yang baru dan sangat bertentangan dengan paham yang ada tentulah mengundang penentangan yang hebat, bahkan mengancam nyawa beliau. Sebagaimana Nabi-nabi lain yang telah terdahulu, setiap nabi dibekali dengan mukjizat yang dapat menaklukkan penentangan kaumnya sehingga mereka mempercayai risalah yang dibawanya. Jika Nabi Musa yang berhadapan dengan Fir’aun dan bala tentaranya - yang terkenal dengan kehebatan magic - dibekali dengan mukjizat yang dapat menandingi sihir, maka Rasulullah Muhammad Saw. Yang berhadapan dengan masyarakat yang sangat mengagumi keindahan bahasa dibekali oleh dengan Mukjizat al-Qur’an yang disampaikan dengan keindahan bahasa yang dapat menandingi kemampuan masyarakat Arab saat itu.
Keindahan gaya bahasa al-Qur’an terbukti telah menunjukkan keampuhan perannya sebagai mukjizat bagi keberhasilan dakwah Rasulullah Saw. Banyak sekali riwayat yang menyatakan bagaimana sebagian masyarakat Arab pada awal dakwah Islam dengan serta merta mengakui kenabian Muhammad Saw hanya setelah mendengar ayat-ayat Qur’an. Dalam sejarah kita mengenal salah seorang kholifah hebat yang terkenal dengan perkasa dan keadilanya. Beliau dalah Umar bin Khattab. Akan tetapi beliau pun masuk Islam setelah mendengar ayat yang dibaca oleh Rasulullah Saw. Sahabat Umar bukanlah seorang yang bodoh. Beliau adalah seorang yang sangat berani dan kritis dengan kemampuan berbahasa yang tinggi. Masih banyak lagi keislaman masyarakat Arab karena kekaguman mereka terhadap gaya bahasa al-Qur’an.
Keindahan bahasa al-Qur’an baik dalam pemakaian kata maupun penyusunannya, diakui oleh masyarakat Arab sendiri sejak awal mula diturunkan hingga saat ini. Gaya bahasa yang sangat indah dari AI-Qur’an sekaligus menafikan adanya campur tangan manusia di dalamnya termasuk Rasulullah Saw.
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang turun secara spontan. Dan tidak dapat disangkal bahwa redaksi yang disusun seseorang secara spontan, pasti mutunya lebih rendah dari yang disusun dengan berpikir lebih dahulu. Tetapi para kritikus bahasa setelah membandingkan ucapan Nabi Muhammad Saw dengan ayat-ayat Qur’an mengakui bahwa keindahan bahasa Al-Qur’an jauh melebihi keindahan bahasa Nabi Muhammad Saw. Kalau bukan dari Allah mana mungkin yang spontan lebih baik dari yang dipikir lebih dahulu.
Pakar-pakar bahasa mengakui bahwa setiap orang mempunyai gaya bahasa tersendiri yang merupakan khas masing-masing. Amat sulit bagi seseorang kalau enggan berkata mustahil untuk memiliki dua gaya bahasa yang berbeda. Jika anda membandingkan gaya bahasa al-Qur’an dengan gaya bahasa hadits maka anda akan menemukan suatu perbedaan yang menonjol.
F. Penjagaan AI-Qur’an
Di atas sudah kami singgung sedikit bagaimana Allah SWT menjaga AlQur’an dari masa ke masa. Yang sampai pada saat ini al-Qur’an terbukti masih asli dan tidak ada perubahan, pengurangan atau penabahan. Pada Zaman Rosul Al-Qur’an dijaga dengan cara ditulis dan di hafal para Sahabat.Setelah berakhir Pada zaman Khulafaur Rosyidin Al-Qur’an juga dijaga dengan cara di salin dan mulai adanya penggandaan. Menyusul kemudian pemerintahan Bani Umayyah dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan sebagai pemimpin pertama dari dinasti ini. Dan seperti pendahulunya Mu’awiyah telah memberikan sentuhan yang sangat berarti dengan menggalakkan pemberian tanda baca pada mushaf. Ini dilakukan ketika salah satu Gubernurnya di Basrah yaitu Ziyad bin Samiyah menyaksikan kekeliruan sebagian orang dalam membaca surat at-Taubah ayat 3, yang dapat melahirkan makna yang salah.
Pada masa ini mainstream pengajaran al-Qur’an oleh para sahabat dan tabiin masih menggunakan motode at-talaqqy wal ‘ardli yang mengacu kepada periwayatan dan talqin (pengajaran dengan cara instruksi dan dikte) karena tradisi tulisan belum membudaya. Selain empat khalifah sahabat-sahabat lain yang mempelopori pengajaran Qur’an dengan metode di atas adalah : Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ ari serta Abdullah bin Zubair. Sedangkan yang dari tabiin mereka adalah : Mujahid, Atho’, `Ikrimah, Qotadah, Hasan al-Bashri, Sa’id bin Jubair, clan Zaid bin Aslam. Merekalah yang –dianggap- telah meletakkan dasar-dasar dari ilmu-ilmu al-Qur’an seperti : Ilmu Tafsir, ilmu Asbab an-Nuzul, ilmu Nasikh mansukh, Ilmu Gharib al-Qur’an dan lain sebagainya.
Pada masa-masa selanjutnya ketika perkembangan keilmuan dalam peradaban Islam mulai berkembang, pelayanan dan interaksi dengan Qur’an oleh para sarjana Muslim telah menghasilkan berbagai ilmu, baik yang ditujukan untuk penjagaan Qur’an seperti: Ilmu Tajwid (untuk menjaga kesalahan dalam membaca), Ilmu Qiroat (membahas variasi bacaan seperti yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw.), Ilmu Rasm (membahas tata cara penulisan huruf), Ilmu Dlobth (membahas tata cara pemberian tanda baca), Ulum al-Qur’an (yang mencakup seluruh kajian tentang al-Qur’an seperti sebab-sebab turunnya wahyu dll.); ataupun yang merupakan hasil dari interaksi mereka dengan al-Qur’an seperti Ilmu Tafsir, ilmu Balaghah (retorika), Fan al-Qoshos al-Qur’aniyah (seni pengkisahan dalam Qur’an); termasuk juga Nahwu (gramatika Arab –yang merujuk kepada al-Qur’an-), atau yang bersifat seni seperti seni baca al-Qur’an dengan dilantunkan juga Kaligrafi.
Walaupun begitu kegiatan penghafalan al-Qur’an tetap berjalan sebagaimana mestinya, bahkan menjadi pelajaran dasar wajib bagi para pelajar khususnya pada abad-abad pertengahan. Tidaklah keterlaluan jika Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
“Umat kita tidaklah sama dengan ahli kitab, yang tidak menghafalkan kitab suci mereka. Bahkan jlkalau seluruh mushhaf ditiadakan maka al-Qur’an tetap tersimpan di dalam hatl umat Muslim “
Namun demikian tradisi penghafalan Qur’an tetap berlanjut hingga hari ini, madrasah (sekolah) dan pesantren al¬-Qur’an tersebar di mana-mana di dunia Islam. Di Indonesia kita tidak sulit untuk mencari pesantren untuk Tahfidz al-Qur’an baik untuk tingkat anak-anak maupun dewasa. Beberapa diantaranya –untuk sekedar contoh- PP Al-Amanah, PP Al-Mardliyyah, Al-Fattah II yang berdomonasi di Tambakberas Jombang, PP Yambu’ul Qur’an- Kudus Pesantren Krapyak Jogja, PP Nurul Huda-Malang, Pp 4 Munawwariyyah-Malang, Pondok Darul Huffadz-Sulawesi Selatan, dan banyak lagi selainnya teru yang tidak mungkin disebutkan di sini semuanya. Beberapa perguruan tinggi di Timur-tengah bahkan masih mensyaratkan hafalan beberapa juz tiap tahun ajaran bagi mahasiswanya. Sedang di Indonesia beberapa pesantren non-tahfidz mencantumkan hafalan Qur’an dalam kurikulum yang mereka pakai.
Patut diingat, bahwa dalam pengajaran al-Qur’an (Tahfidz al-Qur’an) yang menggunakan metode at-talaqqy wal `ardl juga disertai dengan sanad yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah, sanad tersebut hanya diberikan kepada murid yang benar-benar menguasai hafalannya. Berdasarkan sanad yang ada di Indonesia rata-rata para Qurra’tersebut merupakan generasi ke 28 ke atas.
Kita masih beruntung bahwa saat ini masih dapat menyaksikan kebenaran Janji Allah Saw. Dalam menjaga kitab yang diturunkan melalui Rasulullah Saw. Allah SWT berfirman :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
Artinya : Dan telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk dipelajari maka adakah orang yang mempelajari (al-qamar: 17),
kemudahan para penghafal Qur’an dalam menjalankan aktifitas hafalannya tidak lepas dari janji Allah ini, dan janji tersebut telah terbukti diantaranya dengan semangat umat Muslim dalam menghafal Qur’an yang tidak kurang peminatnya hingga saat ini. Janji Allah yang kedua adalah :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (9)
[Sungguh kamilah yang telah menarunkan al-Qur’an dan kamilah yang akan menjaganya] (al-Hijr: 9).
Dengan melihat realitas upaya penjagaan al-Qur’an dari masa diturunkan hingga saat ini janji tersebut telah terbukti kebenarannya. Dan tentunya merupakan bukti akan kemukjizatan al-Qur’an yang Pada gilirannya menunjukkan kerasulan Nabi Muhammad Saw. Sejarah dan realitas membuktikan hal itu dan pantas saja kalau al-Qur’an menantang manusia-manusia congkak untuk membuat surat semisalnya. Adakah ayat-ayat palsu yang katanya nongkrong di Situs Internet itu dihafal dan dipelajari serta dijaga oleh umatnya?
G. Al-Qur’an Sebagai Mu’jiyat
Menurut bahasa kata “mu’jizah” berasal dari kata “’ajz” (lemah), kebalikan dari kata “qudrah” (kuasa). Pada dasarnya Mu’jiz itu adalah Allah SWT., yang menyebabkan selain-Nya lemah. Pemberi kekuasaan kepada selain-Nya juga adalah Zat Allah SWT., karena Ia sebagai Penguasa mereka. Sebagai bentuk mubalaghah (penegasan) kebenaran berita, mengenai betapa lemahnya orang-orang yang didatangi Rasul untuk menentang mu’jiz tersebut, maka huruf “ta” marbuthah ditambahkan kepada kata “mu’’jiz” sehingga menjadi “mu’jizah “. Bentuk mubalaghah ini juga terjadi, misalnya pada kata, “’allamah”, “nassabah”, dan “rawiyah”.
Aspek Kemu’jizatan al-Qur’an :
• Aspek-aspek Kemukjizatan Al Quran
Untuk memudahkan kaum kita merasakan keagungan dari kemukjizatan Al Qur’an para salafus shalih telah memberikan pandangannya terhadap aspek-aspek kemukjizatan Al Qur’an, diantaranya adalah aspek lughawi atau aspek bahasa dan aspek ‘ilmii atau aspek ilmiyah.
1. Dari aspek kebahasaan
• Keunikan dalam aspek kebahasaan;
a. Keseimbangan jumlah kata dengan antonimnya, diantaranya; al-hayy (hidup) dan al-maut (mati) sebanyak 145 kali; al-naf (manfaat) dan al-madharah (madarat) sebanyak 50 kali; al-har (panas) dan al-badr (dingin) sebanyak 4 kali
b. Keseimbangan jumlah kata dan sinonimnya, diantaranya; al-hars dan al-zi’arah (membajak/bertani) sebanyak 14 kali; al-zhahr dan al-‘alamiyah (nyata/tidak nyata) sebanyak 16 kali
c. Keseimbangan jumlah antara suku kata dengan kata lain yang menunjuk kepada akibatnya, diantaranya; al-infak (infak) dengan al-rida (rida) sebanyak 73 kali; al-bukhl (kikir) dan al-khasyarah (penyesalan); al-fasyah (keji) dengan al-ghadzbah (murka) sebanyak 26 kali
d. Keseimbangan antara jumlah kata dengan kata penyebabnya, misal; al-asra’ (tawanan) dengan al-harb (perang); as-salam (kedamaian) dengan al-thayyibah (kebajikan) sebanyak 60 kali
e. Kesimbangan-keseimbangan lain yang bersipat khusus, misalnya; kata yaum [hari] dengan bentuk tunggal sebanyak 365 kali, sesuai dengan jumlah hari dalam setahun. Kata ayyam [bentuk jama dari yaum] jumlah pemakainnya 30 kali, sesuai dengan jumlah hari dalam sebulan. Kata syahr [bulan] hanya ada 12 kali, sesuai dengan jumlah bulan dalam setahun
• Keindahan susunan kata dan pola-pola kalimatnya dalam ragam bahasanya yang indah, fasih dan mudah dipahami; bebas dari tanafur (kontradiksi) dan ta’kid (rumit dan sulit).
2. Aspek ilmiyah Al Qur’an
Kemukjizatan ilmiah Al Qur’an bukanlah terletak pada pencakupan akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah. Akan tetapi ia terletak pada dorongan untuk berpikir, mengkaji, meneliti dan menggunakan akal serta memperhatikan alam semesta. Kemukjizatan Al Qur’an terdapat pada isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkan dalam konteks hidayah. Beberapa Contoh;
a. Oksigen dapat berkurang pada lapisan-lapisan udara yang tinggi. Semakin tinggi manusia berada dilapisan udara, maka semakin sesak dan sulit bernapas. Firman-Nya:” [QS. Al-An’am: 125].
b. Matahari bergerak kea rah yang telah ditentukan. (QS. Yaa Siin:38-40) Sebelum abad ke 20 para ilmuwan bependapat bahwa matahari tidak bergerak. Padahal matahari memiliki gerakan hakiki di ruang angkasa dengan ukuran dan arah tertentu.
c. Evolusi bentuk janin (QS. Nuh:14)
d. Dan lain sebagainya yang tersebar dalam berbagai disiplin ilmu.
Semoga Allah memberikan hidayahNya kepada kita untuk mampu memahami dan merasakan keindahan, keagungan dan kemukjizatan terbesar Muhammad Rasululullah SAW, yaitu Al Qur’an. Amin.
Ibnu Suraqah berkata, "Ahlul Ilmi berpendapat tentang sisi kemukjizatan Al-qur`ân. Mereka menyebutkan Al-qur’ân, dan menyebutkan sisi-sisinya yang sangat banyak yang kesemuanya penuh hikmah dan benar.
Sekelompok Ulama’ berkata, "Sisi kemukjizatannya terletak pada penyampaiannya yang ringkas dengan kandungan balaghahnya.
Diantara pendapat yang lainnya adalah :
a. Terletak pada albayân dan fashahâhnya
b. Pembacanya tidak merasa bosan dengannya
c. Menyebutkan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu
d. Isinya mencakup semua ilmu pengetahuan, dan lain-lainnya.
Syekh Muhammad Abdul `azhim Azzarqani menyebutkan 14 sisi-sisi kemukjizatan yang terdapat dalam Alqur`ân. Diantaranya adalah:
1. Dari sisi bahasa dan uslubnya yang indah, sehingga membuat para ahli fashâhah terkesima
2. Alqur`an diturunkan secara berangsur-angsur, selama lebih dari 20 tahun.
3. Kandungannya yang mencakup seluruh sisi pengetahuan manusia
4. Selaras dengan kebutuhan manusia di segala masa dan waktu
5. Adanya ayat-ayat teguran untuk rasulullah saw. Kalau lah alqur`an itu perkataan nabi muhammad saw, tidaklah mungkin beliau mencantumkan terguran-teguran itu di dalam alqur`an.
pendapat-pendapat Para Ulama’ Tentang Mu’jizat Al-Qur’an
Abu Ishaq Ibrahim An Nazhzham berpendapat, bahwasanya kemukjizatan Al- Qur`an adalah dengan shurfâh, pendapat ini pun diikuti oleh pengikutnya yang bernama Al Murtadha dari golongan Syi`ah.
Ash shurfâh dalam pandangan An Nazhzham adalah: bahwasanya Allah memalingkan bangsa Arab dari penentangan terhadap Al-Qur`an meskipun mereka mempunyai kemampuan untuk itu sehingga pemalingan ini suatu hal diluar kesanggupan mereka.
Sebagian kaum berpendapat, bahwa A-Qur`an memiliki sisi- sisi kemu`jizatan dari sisi balaghahnya yang telah mencapai puncak kegemilangannya yang tidak ada tandingannya. Pendapat ini dikemukan oleh pakar bahasa Arab yang sangat mencintai nilai- nilai sastra yang tinggi.
Sebagian yang lain mengatakan, sesungguhnya sisi kemu`jizatan Al-Qur`an itu terdapat pada sisi Al Fawâshil dan Al maqâthi`.
Yang lain mengatakan bahwasanya i`jâz Alquran itu terletak pada pengkabarannya terhadap perkara–perkara yang gaib, baik yang akan terjadi di masa depan ataupun yang sudah terjadi di masa lalu.
Sebagian yang lain berpendapat bahwasanya sisi-sisi kemu`jizatan al-Qur`an itu terdapat pada kandungannya, berbagai macam disiplin ilmu dan hikmah yang tinggi.
3. Aspek Kemukjizatan Syariat
Manusia secara naluri membutuhkan orang lain. Dan rasa saling membutuhkan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari manusia. Sikap hidup saling bantu membantu merupakan gambaran begitu perlunya terbina hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain.
Namun disi lain, sering kali kita temukan seseorang berlaku zhalim pada orang, atau mengambil hak-hak orang lain dengan paksa. Hal ini terjadi disebabkan tidak adanya nya peraturan atau undang-undang yang diberlakukan untuk menjaga kehormanisan kehidupan ditengah manusia. Sehingga pada akhirnya kehidupan manusia akan kacau dan hak-hak setiap orang terampas oleh orang yang lebih kuat.
Sudah banyak kita temukan dalam sejarah kehidupan manusia tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan adil, tapi sering kali upaya itu tidak sampai pada tujuan yang diinginkan. Sehingga kehidupan harmonis yang diharapkan tidak pernah terealisasi.
Islam datang membawa keadilan, membawa syariat untuk menciptakan kenyaman dalam hidup bermasyarakat. Dalam pembentukan masyarakat yang baik tidak dapat terlepas dari upaya awal untuk membentuk dan mendidik kepribadian yang baik pula. Sehingga bila setiap individu yang menjadi anggota masyarakt telah baik, secara tidak langsung kebaikan itu akan memunculkan kebaikan koletif.
Al-Qur`an menuntun setiap muslim untuk memegang teguh ketauhidan yang merupakan landasan pokok dalam beramal. Ketauhidan ini akan menjauhkan dirinya dari keyakinan terhadap khurafat, keraguan, dan dari menjadi budak nafsu serta penyembahan terhadap syahwat. Sehingga ia menjadi seorang hamba yang bersih keyakinannya pada Allah. Yang hanya patuh dan tunduk pada Tuhan yang satu. Tidak butuh kepada selainNya. Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Yang darinya datang segala kebaikan untuk segenap makhlukNya. Dialah tuhan yang satu, pencipta yang satu, yang maha kuasa atas segala sesuatu.
Apabila akidah seorang muslim telah lurus dan benar maka hendaklah ia mengambil konsep hidupnya sesuai dengan tuntunan syariat yang dinyatakan dalam Al-Qur`an. Setiap ibadah fardhu yang ditujukan untuk kemaslahatan individu akan tetapi pada waktu yang bersamaan ia juga bertujuan untuk kemaslahatan hidup bersama.
Ibadah shalat bertujuan untuk mencegah seseorang dari berperilaku keji dan mungkar [Al-Angkabut : 45]. Dengan terlaksananya shalat dengan baik, akan terpancarlah pada diri seorang muslim sikap yang baik pula, tenang dan membawa kedamaian pada orang yang ada disekitarnya.
Zakat membuang dari diri sikap bakhil, kecintaan pada dunia, ketamakan pada harta. Disisi lain zakat akan menjadi sarana saling tolong menolong antara yang kaya pada yang miskin. Dimana yang kaya memberikan sebahagian dari hartanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan berhak.
Ibadah haji adalah sarana untuk latihan diri menempuh kesulitan. Pada saat haji semua manusia akan berkumpul pada satu tempat, semuanya dengan pakaian yang sama, dan tidak ada yang membedakan mereka kecuali ketakwaan.
Sedangkan puasa melatih seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya. Ketika berpuasa seseorang akan dilatih untuk menahan amarahnya. Disamping akan terlatih kejujurannya. Semua ibadah diatas bila dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya akan melahirkan dalam diri setiap muslim pribadi yang soleh, Al-Qur`an juga mengajarkan untuk berlaku sabar, jujur, bersikap adil, ihsan, memaafkan orang lain dan sikap-sikap mulia lainnya.
BAB II
DEFINISI ULUM AL-QUR’AN
• Definisi Al-Qur’an
Menurut Istilah yang disepakati semua ulama’
كلام الله المعجز المنزل على محمد صلى الله عليه وسلم المكتوب في المصاحف المنقول عنه نقلا متواترا المتعبد بتلاوته
al Qur’an adalah kalam Allah yang merupakan mu’jizat dan diturunkan Kepada nabi Mu¬hammad SAW yang ditulis dalam mushhaf dan dinukil secara mutawatir yang membacanya dianggap sebagai ibadah.
Garis Besar Al-Qur’an Ditinjau Dari segi Isinya
• Definisi Ulum al-Qur’an
Ulum al-Qur’an menurut Istilah
مباحث تتعلق بالقرآن الكريم من ناحية نزوله وترتيبه وجمعه وكتابته وقرآ ئته وتفسيره واعجازه وناسخه ومنسوخه ودفع الشبه ونحو ذلك (الزرقانى)
Beberapa pembahasan yang bertalian dengan al Qur’an al Karim dari segi turunnya, urut urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemukjizatannya, nasikh mansukhnya, penolakan terhadap hal hal yang dapat menimbulkan keraguan terhadapnya dan sebagainya”
العلم الذى يتناول الابحاث المتعلق بالقرآن من حيث اسباب النـزول وجمع القرآن وترتيبه ومعرفى المكي والمدني والناسخ والمنسوخ والمحكم والمتشابه إلى غير ذلك مما له صلة بالقرآن (مناع القطان)
Ilmu yang mencakup pombahasan - pembahasan yang berhubungan dengan al Qur’an dari segi pengetahuan tentang sebab sebab turunnya, Pengumpulan dan urut urutannya, pengetahuan tentang ayat ayat makkiyah dan madaniyah, nasakh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabih dan hal hal lain yang ada hubungannya dengan al Qur’an
• Cabang ilmu al-Qur'an
a. علم التفسير
b. علم ايات الاحكام
c. علم الاعجاز
d. علم القرآت
e. علم رسم القرآن
f. علم غريب القرآن
g. علم المحكم والمتشابه
h. علم الناسخ والمنسوخ
i. علم الاعراب وعلم البلاغة
j. علم المكي والمدني
k. علم اعراب القرآن
l. وغير ذلك
Al-Suyuthy dalam kitab menjelaskan lebih kurang 80 cabang ilmu bahkan ia memasukkan ilmu-ilmu kauniyah jika terkait dengan al-Qur’an Masuk pada Ulum al-Qur’an.
BAB III
NUZUL AL-QUR’AN
• Turunnya Al-Qur’an
Nuzul, Inzal, Tanzil – Nazala = (dari atas ke bawah),inhadara/Halla = Tiba/singgah. (antrofomorfis (tajsim dan tamkin)
- al-Tartib (sekaligus/ber-angsur2).
- al I'lam (Majazy)
Al-Qur’an turun:
- Bulan Ramadhan (al-Baqarah: 178)
- Malam qadar (al-Qadar 1-5)
- Malam yang diberkahi (al-Dukhan: 3)
• Pandangan ulama’ tentang Nuzul al-Qur’an
Pertama : diturunkan dari lauh mahfudz ke langit dunia sekaligus pada malam qadar kemudian secara ber-angsur2 selama ± 23 tahun sesuai kejadian dan peristiwa yang dialami nabi.
Kedua ; diturunkan ke langit dunia selama 20-23 malam qadar/setiap tahun Ke langit dunia kemudian secara ber-angsur2 kepada Rasulullah sepanjang tahun.
Ketiga: turunnya al Qur’an itu pada malam qadar di bulan ramadhan kemudian berlanjut sesudah itu secara berangsur angsur sesuai dengan kejadian dan peristiwa peristiwa selama kurang lebih 23 tahun,
• Hikmah turunkanya al Qur’an sekaligus
1) Mengagungkan al Qur’an dan nabi muhammad.
2) Mengagungkan umat Muhammad
3) Pemberithuan bahwa al Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi yang termulia.
• Hikmah turunkanya al Qur’an berangsur-angsur
1) Menguatkan dan mengokohkan hati (al-Furqan: 32)
2) Memudahkan nabi menerima, memahami, menghafalkan al Qur’an
3) Memudahkan kaum muslimin, mempelejari, menghafalkan, menerapkan dalam kehidupan sehari hari.
4) Menyesuaikan kepentingan nabi dan kaum muslimin
5) Sebagai bukti bahwa al Qur’an dari Allah
• Usaha penyempurnaan Mushhaf Utsmany
Mushhaf Utsmany yang telah disusun tidak bertitik dan bersyakal, masuknya orang2 non Arab ke Islam menyebabakan masuknya bahasa selain Arab dalam al-Qur’an. Tahun 65 Hijrah/Khalifah Abd al Malik menciptakan tanda-tanda tertentu untuk bacaan al-Qur’an.
a. orang yang pertama kali meletakkan dasar-dasar kaidah bahasa Arab adalah Abu al-Aswad al-Duali atas perintah AIi ibn Abi Thalib yang berjasa dalam menyempurnaan bacaan al-Qur’an selain Abu Aswad : Ubaidillah bin Ziyad (wafat 67 H) Al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafy,
b. Perubahan rasm al-Quran mencapai puncakpada akhir abad III H.
c. Mulanya Syakal/titik, Fathah/satu titik di atas awal huruf,Dhammah/ satu titik atas akhir huruf dan Kasrah/satu titik di bawah awal huruf al-Khalil kemudian merubah fathah/tanda sempang di atas, kasrah/tanda sempang di bawah huruf, Dhammah/wawu kecil diatas huruf, tanwin/tambahan tanda serupa.Kemudian ditulis tanda surat, ayat dan tanda-tanda waqaf.
d. al-Qur’an dicetak pertama kali sekitar tahun 1530 M di kota Bunduqiyah (Venesia). Tetapi dimusnahkan penguasa gereja Tahun 1694 M Hinkelmann mencetak al-Qur’an di Hamburg, Tahun 1698 M, Marraci menerbitkan al-Qur’an di Padoue (Itali utara), kedua cetakan ini tidak berbekas.
e. Penerbitan al-Qur’an di mulai tahun 1787 M oleh Maulana Utsmaan (Sultan Ottoman Turki) di kota Sant Petersbourg Rusia/Leningrad/Uni Sovyet.
f. tahun 1828 M terbit a1-Qur’an di teheran Iran, tahun 1923 M, para syekh al-Azhar menerbitkan dengan cetakan yang bagus
BAB IV
ASBAB AN-NUZUL
• Definisi Asbab An Nuzul
Asbab al-Nuzul - Asbab (jamak sabab = tali / bemakna segala sesuatu yang menjadi sebab sampainya pada sesuatu hal yang lain.
( كُلُّ شَىْءٍ يَتَوَصَّلُ بِهِ إِلَى غَيْرِهِ ). Lisan al-Arab (berasal dari Hudhail)
( أهْلُ الْعُرْفِ ) ~ hal yang merupakan sebab terhadap sesuatu yang diminta ( كُلُّ شَىْءٍ يَتَوَصَّلُ بِهِ إِلَى مَطْلُوْبٍِ ).
al-Nuzul ~ infinitive (masdar) Nazala = inhadara (jatuhnya sesuatu dari ketinggian), halla (terjadinya sesuatu).
al-Nuzul digunakan untuk sebab munculnya al-Qur’an. Dalam hadis dikenal Asbab al-Wurud, sedang Asbab al-Nuzul khusus al-Qur’an
Asbab al-Nuzul = persoalan-persoalan yang menjadi penyebab Turunnya al-Qur’an pada kondisi tertentu, yang menjadi penjelasan (hukum) bagi persoalan tersebut
( مَا نَزَلَتْ الأيََة أوْ الأيَاتُ مُتَحَدِّثةً عَنْهُ أوْ مُبَيِّنَةًَََ لِحُكْمِهِ أيَامَ وُقُوْعِهِ ).
tidak semua ayat al-Qur’an turun karena adanya suatu peristiwa.Ada ayat al-Qur’an yg turun sebagai permulaan, seperti ayat yang menjelaskan tentang keimanan, kewajiban Islam, syari’at
(الجعبرى) نزل القرآن على قسمين قسم نزل ابتدآء وقسم نزل عقب واقعة او سؤال
• Asbab nuzul berkisar pada:
1. terjadinya peristiwa yang kemudian menjadi sebab turunnya ayat
عن ابن عباس قال: لما نزلت: {وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ} [ الشعراء: 214]. خرج النبي صلى الله عليه وسلم حتى صعد الصفا، فهتف: يا صباحاه، فاجتمعوا إليه فقال" أرأيتكم لو أخبرتكم أن خيلاً تخرج بسفح هذا الجبل أكنتم مصدقي؟.." الحديث ، فقال أبو لهب تباً لك، إنما جمعتنا لهذا، ثم قام، فنزل قوله تعالى: {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ}
2. Adanya pertanyaan tentang permasalahan yang membutuhkan jawaban dari nabi untuk menjelaskannya
عن عبد الله قال: إني مع النبي صلى الله عليه وسلم في حرث بالمدينة وهو متكىء على عسيب، فمر بنا ناس من اليهود فقالوا: سلوه عن الروح، فقال بعضهم: لا تسألوه فيستقبلكم بما تكرهون، فأتاه نفر منهم فقالوا له: يا أبا القاسم ما تقول في الروح؟ فسكت، ثم قام، فأمسك وجهه بيده على جبهته، فعرفت أنه ينزل عليه، فأنزل الله عليه: {وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ الرُّوحِ قُلْ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا} [الإسراء: 85
Ayat yang turun tidak waktu terjadinya peristiwa seperti ayat tentang kisah nabi terdahulu dan yang menerangkan peristiwa masa Lalu/yang ghaib pada masa akan datang tidaklah terkait dengan asbab al-Nuzul seperti kehidupan akhirat dll.
• Macam Asbab Nuzul
1. Berbilangnya sebab terhadap satu ayat yang turun
آيات اللعان: فقد أخرج البخاري: أنها نزلت في هلال بن أمية لما قذف امرأته عند النبي صلى الله عليه وسلم، فأنزل الله: {وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ ..} [النور: 6].
وفي الصحيحين : أنها نزلت في عويمر العجلاني وسؤاله النبي صلى الله عليه وسلم عن الرجل يجد مع امرأته رجلاً…فقال صلى الله عليه وسلم: "إنه قد أنزل فيك وفي صاحبتك القرآن".
2. Berbilangnya sebab terhadap beberapa ayat yang turun (hal ini menurut al-zarkasyi mengingat pentingnya masalah)
عن عبد الله بن مسعود في قوله تعالى: {ويسألونك عن الروح} أنها نزلت لما سأله اليهود عن الروح وهو في المدينة، ومعلوم أن هذه الآية في سورة " سبحان " - أي الإسراء وهي مكية بالاتفاق ، فإن المشركين لما سألوه عن ذي القرنين وعن أهل الكهف قبل ذلك بمكة، وأن اليهود أمروهم أن يسألوه عن
3. Berbilangnya ayat yang turun terhadap satu sebab
عن أم سلمة رضي الله عنها قالت : يا رسول الله، لا أسمع الله ذكر النساء في الهجرة بشيء، فأنزل الله {فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ} [ آل عمران:195 ]
عن أم سلمة قالت: يا رسول الله ما لنا لا نذكر في القرآن كما يذكر الرجال، فأنزلت: {إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ} [الأحزاب: 35].
عن أم سلمة أنها قالت: تغزوا الرجال ولا تغزوا النساء، وإنما لنا نصف الميراث، فأنزل الله: {وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ} [ النساء: 32 ] .
• Faedah mengetahui asbab nuzul
Faedahnya menurut al-Zarqany:
1) mengetahui hikmah ِAllah dalam menurunnya ayat secara bertahap dan memantapkan keimanan seorang mukmin.
2) membantu dan memudahkan untuk memahami ayat al-Qur’an.
وقد أشكل على مروان بن الحكم قوله تعالى: {لا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوا..} [آل عمران: 18
وقال: لئن كان كل امرىء فرح بما أُوتي، وأحب أن يحمد بما لم يفعل معذباً، لنعذبنَّ أجمعون، حتى بين له ابن عباس أن الآية نزلت في أهل الكتاب حين سألهم النبي صلى الله عليه وسلم عن شيء، فكتموه إياه، وأخبروه بغيره، وأَرَوْه أنهم أخبروه بما سألهم عنه، واستحمدوا بذلك إليه.
3) menghindari kerancauan dalam memahami al-Qur’an
قال الإمام الشافعي في قوله تعالى: {قُلْ لا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا...} [الأنعام: 145]: إن الكفار لما حرموا ما أحل الله، وأحلوا ما حرم الله، وكانوا على المضادة - أي تصرفهم بقصد المخالفة - جاءت الآية مناقضة لغرضهم فكأنه قال: لا حلال إلا ما حرمتموه، ولا حرام إلا ما أحللتموه.
4) men-takhsish (membatasi) hukum dengan sabab yang terjadi.
العِبْرَةُ بِخُصُوْصِ السَّبَبِ لاَ بِعُمُوْمِ اللَفْظِ قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ (المجادلة: 1)
sebab nuzulnya ayat ini terkait dengan Zihar yang Dilakukan oleh Aus bin Shamit terhadap Khaulah binti Tha’labah
5) Memudahkan dihafal dan difahami dan lebih mengokohkan hati orang yang mendengarkan ayat al-Qur’an jika ia mengetahui sebab turunnya
6) Mengetahui bahwa Asbab al-Nuzul tidak keluar dari hukum ayat jika terdapat takhsis.
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (4النور:)
Ayat ini turun terkait dengan tuduhan hilal ibn umayyah yang selingkuh dengan Syarik ibn al-Samha’. Abu Hanifah yang mengartikan hadith: “الوَلَدُ لِلْفرَاشٍ” (anak itu milik pemilik kasur) dengan arti zahirnya,
7) mengetahui nama jelas orang terkait Asbab al-Nuzul sebuah ayat,sehingga mudah difahami. contoh Marwan mengira bahwa surat al-Ahqaf: 17
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي (الاحقاف: 17)
diturunkan terkait kisah Abd al-Rahman bin Abu Bakar.
BAB V
JUZ, SURAT DAN AYAT
a. Juz
Al-Qur’an terbagi menjadi 30 juz dengan ketentuan sebagai berikut
Juz Surat Juz Surat
1 Al Faatihah 1
16 Al Kahfi 75
2 Al Baqarah 142
17 Al Anbiyaa' 1
3 Al Baqarah 253
18 Al Mu'minuun 1
4 Ali 'Imran 92
19 Al Furqaan 21
5 An Nisaa' 24
20 An Naml 60
6 An Nisaa' 148
21 Al 'Ankabuut 45
7 Al Maa-idah 83
22 Al Ahzab 31
8 Al An'aam 11
23 Yaasiin 22
9 Al A'raaf 88
24 Az Zumar 32
10 Al Anfaal 41
25 Fushshilat 47
11 At Taubah 94
26 Al Ahqaaf 1
12 Huud 6
27 Adz Dzariyaat 31
13 Yusuf 53
28 Al Mujaadilah 1
14 Al Hijr 2
29 Al Mulk 1
15 Al Israa' 1
30 An Naba' 1
b. Surat
Surat dalam al-Qur’an berjumlah 114 surat sbb:
No. Surat Jml. ayat
1 Al Faatihah
7
2 Al Baqarah
286
3 Ali 'Imran
200
4 An Nisaa'
176
5 Al Maa-idah
120
6 Al An'am
165
7 Al A'raaf
206
8 Al Anfaal
75
9 At Taubah
129
10 Yunus
109
11 Huud
123
12 Yusuf
111
13 Ar Ra'd
43
14 Ibrahim
52
No. Surat Jml. ayat
58 Al Mujaadilah
22
59 Al Hasyr
24
60 Al Mumtahanah
13
61 Ash Shaff
14
62 Al Jumu'ah
11
63 Al Munaafiquun
11
64 At Taghaabun
18
65 Ath Thalaaq
12
66 At Tahriim
12
67 Al Mulk
30
68 Al Qalam
52
69 Al Haaqqah
52
70 Al Ma'aarij
44
71 Nuh
28
15 Al Hijr
99
16 An Nahl
128
17 Al Israa'
111
18 Al Kahfi
110
19 Maryam
98
20 Thaahaa
135
21 Al Anbiyaa'
112
22 Al Hajj
78
23 Al Mu'minuun
118
24 An Nuur
64
25 Al Furqaan
77
26 Asy Syu'araa'
227
27 An Naml
93
28 Al Qashash
88
29 Al 'Ankabuut
69
30 Ar Ruum
60
31 Luqman
34
32 As Sajdah
30
33 Al Ahzab
73
34 Saba'
54
35 Faathir
45
36 Yaasiin
83
37 Ash Shaaffat
182
38 Shaad
88
39 Az Zumar
75
40 Al Mu'min
85
41 Fushshilat
54
42 Asy Syuura
53
43 Az Zukhruf
89
44 Ad Dukhaan
59
45 Al Jaatsiyah
37
46 Al Ahqaaf
35
47 Muhammad
38
48 Al Fath
29
49 Al Hujuraat
18
50 Qaaf
45
51 Adz Dzariyaat
60
52 Ath Thuur
49
53 An Najm
62
54 Al Qamar
55
55 Ar Rahmaan
78
56 Al Waaqi'ah
96
57 Al Hadiid
29
72 Al Jin
28
73 Al Muzzammil
20
74 Al Muddatstsir
56
75 Al Qiyaamah
40
76 Al Insaan
31
77 Al Mursalaat
50
78 An Naba'
40
79 An Nazi'at
46
80 'Abasa
42
81 At Takwiir
29
82 Al Infithaar
19
83 Al Muthaffifiin
36
84 Al Insyiqaaq
25
85 Al Buruuj
22
86 Ath Thaariq
17
87 Al A'laa
19
88 Al Ghaasyiyah
26
89 Al Fajr
30
90 Al Balad
20
91 Asy Syams
15
92 Al Lail
21
93 Adh Dhuhaa
11
94 Alam Nasyrah
8
95 At Tiin
8
96 Al 'Alaq
19
97 Al Qadr
5
98 Al Bayyinah
8
99 Al Zalzalah
8
100 Al 'Aadiyaat
11
101 Al Qaari'ah
11
102 At Takaatsur
8
103 Al 'Ashr
3
104 Al Humazah
9
105 Al Fiil
5
106 Quraisy
4
107 Al Maa'uun
7
108 Al Kautsar
3
109 Al Kaafiruun
6
110 An Nashr
3
111 Al Lahab
5
112 Al Ikhlash
4
113 Al Falaq
5
114 An Naas
6
c. Ayat
Macam-macam ayat ditinjau dari berbagai sisinya :
1. Ditinjau dari tempatnya, ada dua :
a. Ayat makiyyah (مكي ) : yaitu ayat-ayat yang turun sebelum Rosulullah hijroh ke madinah walaupun secara persis tidak turun di makkah semisal di Tan’im, atau di Arofah.
b. Ayat Madaniyyah (المدني ) : yaitu ayat-ayat yang turun setelah Rosulullah Hijrah ke madinah meskipun turunya secara pasti di madinah.
2. Ditinjau dari keberadaan Rosul
a. Ayat Safari ( السفري ) : yaitu ayat yang turun ketika Rosul dalam keadaan bepergian. Seperti :
- Ayat tayammum yang turun saat Rosul berada di daerah “dzati jaisin”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (6)
- Surat al-fath turun di “kuroil ghomim”
- Ayat واتخذوا من مقام إبراهيم مصلى turun ketika Rosul haji ke mekkah pada tahun 10 H
- Ayat واتقوا يوما ترجعون turun saat Rosul berada di Mina.
b. Ayat Hadlory (الحضري ) : yaitu ayat-ayat yang turun ketika Rosul tidak dalam keadaan bepergian. Pada dasarnya hampir semua ayat itu turun ketika Rosul tidak dalam keadaan bepergian.
3. Ditinjau dari waktu siang dan malamnya terbagi menjadi dua :
a. Ayat Laili (الليلي ) : yaitu ayat-ayat yang turun di waktu malam hari seperti :
- Ayat perubahan arah kiblat turun pada saat sholat subuh
- Ayat قد نرى تقلب وجهك في السماءyang turun pada waktu subuh.
- Surat al-an’am
b. Ayat Nahari(النهاري ) : yaitu ayat-ayat yang turun di waktu siang hari.
4. Ditinjau dari musimnya, terbagi menjadi dua :
a. Ayat Shoifi : yaitu ayat-ayat yang turun pada musim panas. Seperti :
- Ayat kalalah surat an-nisa’ ayat : 12
وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَاجُكُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُنَّ وَلَدٌ فَإِنْ كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ ال�$B1ُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِينَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكُمْ وَلَدٌ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوصُونَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ وَإِنْ كَانَ رَجُلٌ يُورَثُ كَلَالَةً أَوِ امْرَأَةٌ وَلَهُ أَخٌ أَوْ أُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ فَإِنْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ فَهُمْ شُرَكَاءُ فِي الثُّلُثِ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَى بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ وَصِيَّةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَلِيمٌ (12)
b. Ayat Syita-i : : yaitu ayat-ayat yang turun pada musim dingin. Seperti :
- Ayat إن الذين جاؤوا بالإفك
- Surat al-ahzab
BAB VI
LAFADH-LAFADH DALAM AL QUR’AN
1. GHORIB
Yaitu lafadh-lafadh yang yang masih langkah/aneh yang membutuhkan pembahasan ulang dalam memberi ma’na. Contoh :
- وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (31) yang mempunyai arti rumput-rumput
- فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ (51) yang mempunyai arti macan/harimau.
2. MU’ARROB
Yaitu lafadh-lafah yang berasal dari selain bahasa arab kemudian di-arabkan, seperti :
- Kata كَمِشْكَاةٍ yang berasal dari bahasa Habasyah yang bermakna ( الكوة ) pada surat An-Nur ayat :35
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ
- Kata لَأَوَّاهٌ yang berasal dari bahasa Habasyah yang mempunyai arti ( الموقن ) pada surat at-Taubah ayat : 114
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ (114)
- Kata كِفْلَ yang berasal dari bahasa Habasyah yang mempunyai arti ( الضعف ) pada surat al-hadid ayat : 28
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآَمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (28)
- Kata السِّجِلِّ yang berasal dari bahasa habasyah yang mempunyai arti ( الرجل ) pada surat al-Anbiya’ ayat : 104
يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ (104)
- Kata بِالْقِسْطَاسِ yang berasal dari bahasa Romawi yang mempunyai arti ( العدل ) pada surat Al-Isro’ ayat : 35
وَأَوْفُوا الْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (35)
3. MAJAZ
Majaz terbagi menjadi dua :
a. Majaz Mufrod/Lughowi/Mursal.
b. Majaz Murokkab/’aqli
Majaz Mursal/lughowi masuk pada bahasan ilmu bayan. Sedang bahasan kita disini adalah majaz mursal . Majaz Mursal/lughowi terbagi menjadi 15 macam
1. اختصار الحذف
Yaitu pembuangan suatu kata dengan maksud meringkas kalam seperti :
- أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Yang seharusnya berbunyi أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍفأفطر فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
- وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا وَالْعِيرَ الَّتِي أَقْبَلْنَا فِيهَا وَإِنَّا لَصَادِقُونَ (82)
Yang seharusnya berbunyi وَاسْأَلِ أهل الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا وَالْعِيرَ الَّتِي أَقْبَلْنَا فِيهَا وَإِنَّا لَصَادِقُونَ)
2. ترك الخبر
Peringkasan kalimat dengan cara membuang Khobarnya, seperti pada surat yusuf ayat : 18
قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ (18)
Yang semestinya قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصبري صَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
3. اطلاق المفرد عن المثني
Ungkapan yang berbentuk mufrod ( bentuknya tunggal ) akan tetapi yang dikehendaki adalah ma’na tatsniyah (mempunyai arti/ma’na dua ). Contoh :
يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَنْ يُرْضُوهُ إِنْ كَانُوا مُؤْمِنِينَ (62)
Artinya : Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan Rasul-Nya itulah
yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin ( at-taubah : 62 ).
Dlomir mufrod “ ه “ tapi mempunyai ma’na tatsniyah yaitu Allah dan Rosulnya.
4. اطلاق المفرد عن الجمع
Yaitu ungkapannya berbentuk mufrod namun yang dikehendaki adalah jama’ ( mempunyai ma’na jama’). Contoh :
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2)
Kata “ insan “ itu mufrod akan tetapi yang dikehendaki adalah jama’nya yaitu “ الأناسي “
5. اطلاق المثني عن المفرد
Yaitu ungkapannya berbentuk Tatsniyah/mutsannah ( kalimatnya berbentuk tatsniyah ) akan tetapi yang dikehendaki adalah mempunyai ma’na mufrod (tunggal ). Contoh :
ثُمَّ ا$D8�ْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (4)
Artinya : Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah ( al-Mulk ayat : 4 ).
Kata “ كَرَّتَيْنِ “ adalah tatsniyah akan tetapi mempunyai ma’na mufrod yaitu “كرة بعد كرة “
6. اطلاق المثني عن الجمع
Yaitu ungkapan yang berbentuk tatsniyah/mutsanna akantetapi yang dikehendaki adalah mempunyai ma’na jama’. Contoh :
أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ (24)
Artinya : Allah berfirman :" Lemparkanlah ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala ( S.Qoof : 24 )
Kata “ أَلْقِيَا “ adalah bentuk Mutsanna akan tetapi mempunyai ma’na Mufrod yaitu “ أَلْقِي “
7. اطلاق الجمع عن المفرد
Yaitu ungakapan atau penyampaian kata yang berbentuk jama’ akan tetapi yang dikehendaki adalah berma’na mufrod. Contoh :
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99)
Kata “ ارْجِعُونِ “ adalah jama’ akan tetapi yang dikehendaki adalah mufrod yaitu “ارْجِعُ “.
8. اطلاق الجمع عن المثني
Yaitu ungkapan atau penyampaian kalam dengan menggunakan bentuk jama’ akan tetapi yang dikehendaki adalah bermakna mutsanna/tatsniyah. contoh :
فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ............( الاية)
Artinya : jika yang meninggal itu mempunyai dua saudara, maka ibunya mendapat seperenam…. ( an-Nisa’ : 11 )
Kata “ إِخْوَةٌ “ adalah bentuk jama’ akan tetapi yang dimaksud adalah tatsniyah yaitu “إِخْوَان “
9. اطلاق العاقل عن غير العاقل
Yaitu Ungkapan atau penyampaian kalam Allah yang berbentuk ‘aqil ( berakal/ sejenis manusia ) akan tetapi yang dikehendaki adalah yang ghoiru ‘aqil . Contoh : Penyebutan kata “أَتَيْنَا طَائِعِينَ Ҁ� dalam surat Fushilat ayat 11
قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ (11)
Artinya : Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Yang dimaksud kami adalah langit dan bumi.
Begitu pula dalam Surat yusuf ayat 4
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (4)
Artinya : (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku[742], sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."
Kata “ هُمْ “ adalah ‘aqil akan tetapi yang dikehendaki adalah ghoiru ‘aqil yaitu matahri, bulan dan bintang.
10. اطلاق غير العاقل عن العاقل
Yaitu bentuk suatu ungkapan yang ghoiru ‘aqil akan tetapi yang dikehendaki adalah yang mempunyai ma’na ‘aqil. Seperti contoh :
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ (49)
Artinya : Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri ( an-nahl : 49 )
Kata “ ma “ adalah bentuk ghoiru ‘aqil akan tetapi yang dikehendaki adalah yang ‘aqil yaitu malaikat, jin dan para manusia.
11. اطلاق السبب عن المسبب
Yaitu bentuk suatu ungkapan yang berupa sebab akan tetapi yang dikehendaki adalah hasil dari sebab itu/akibatnya. Seperti contoh :
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (4)
Artinya : Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.( al-Qoshos : 4 )
Kata “يُذَبِّحُ “ adalah bentuk Sebab akan tetapi yang dikehendaki adalh Musabbabnya yaitu sebuah perintah dari Firaun untuk menyemblih anak-anak.
12. التفات
Yaitu pemindahan suatu bentuk ma’na pada bentuk ma’na yang lain. Iltifat terbagi menjadi enam :
a. التفات من المتكلم الي المخاطب
Berpalingnya suatu ma’na dari mutakallim menjadi khitob/mukhotob. Dengan kata lain bentuk katanya Mutakallim
akan tetapi yang dikehendaki adalah Mukhotob. Semisal dalam surat yaasin ayat 22
وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (22)
Artinya : Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?( yasin : 22 )
Yaitu perubahan kata dari “ أَعْبُدُ “ menjadi “تُرْجَعُونَ “ yang seharusnya adalah “أُرْجَعُ “
b. التفات من المتكلم الي الغيبة
Pindahnya suatu bentuk pemaknaan dari Mutakallim menjadi Ghoib. Artinya bentuk katanya Mutakallim akan tetapi mempunyai ma’na ghoib. Semisal : dalam surat al-kautsar ayat 1-2
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2)
Artinya : Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah ( al-kautsar :1-2 )
Yaitu perubahan kata yang mulanya Mutakallim (أَعْطَيْنَا ) menjadi Ghoib (لِرَبِّ ) yang seharusnya adalah “ لنا “
c. التفات من المخاطب الي الغيبة
Pemindahan ma’na dari mukhotob menjadi ghoib. Semisal : perubahan kata “كُمْ “ menjadi “هِمْ “ dalam ayat :
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا
Artinya : Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenany ( Yunus : 22 )
d. التفات من المخاطب الي المتكلم
Penyampaian suatu kalam Allah SWT yang berbentuk mukhotob namun yang dikehendaki adalah ma’na Mutakallim.
e. التفات من الغيبة الي المتكلم
Penyampaian suatu kalam yang berbentuk ghoib akan tetapi yang dikehendaki adalah ma’na Mutakallim. Seperti dalam firman Allah Surat Fathir ayat : 9 )
وَاللَّهُ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَاهُ إِلَى بَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا كَذَلِكَ النُّشُورُ (9)
Artinya : Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu ( Fathir ayat : 9 )
Yaitu berpalingnya lafadh “ اللَّهُ “ yang ghoib menjadi Mutakallim “فَسُقْنَا “ yang harusnya adalah “فَساقْ “
f. التفات من الغيبة الي المخاطب
Penyampaian suatu khitob yang menggunakan bentuk ghoib akan tetapi yang dikehendaki adalah mukhotob. Contoh :
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)
13. التكرير
Yaitu pengulangan sebuah lafadh atau jumlah dalam al-Qur’an yang pada dasarnya mempunyai faidah lit-ta’kid ( penguatan ) contoh dalam ayat
كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (4) ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ (5) dan pada pengulangan ayat فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
14. الزيادة
Secara bahasa Ziyadah berarti tambahan artinya dalam al-Qur’an ada sebuah tambahan huruf yang fungsinya hanyalah sebuah majaz seperti dalam ayat
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11)
“ kaf “ adalah sebuah tambahan yang fungsinya adalah majaz yang memperindah kalam.
15. تقديم التأخير
Yaitu menjadikan lafadh yang harusnya di akhir menjadi di permulaan/ di depan seperti dalam firman allah SWT dalam surat Hud ayat : 71
وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ (71)
Yang artinya : Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub ( Hud:71)
Yang aslinya adalah فَبَشَّرْنَاهَا فَضَحِكَتْ
4. MUSYTAROK
Adalah Suatu lafadh yang mempunyai satu bentuk saja namun mempunyai banyak ma’na/arti. Contoh :
- Kata “ Quru’ “ dalam al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat : 228
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
Disisi lain kadan diartikan suci dan di sisi lain kadang diartikan haid.
- Kata “ ‘ainun “ dalam ayat-ayat berikut :
- At-takatsur ayat : 7 ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7)
- Al-Ghosyiyah ayat : 12 فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ (12)
- As-Shoffat ayat : 48 وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ (48)
- Kata “ yadun “dalam ayat-ayat berikut :
- Surat al-Fath ayat : 10
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (10)
- Surat al-Maidah ayat: 64
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ
5. MUTARODIF
Mutarodif adalah lawan kata dari musytarok, maksudnya adalah beberapa kata (lebih dari dua ) tapi mempunyai satu pengertian yan sama. Contoh :
- Kata-kata “ انسان – بشر – بني أدم ” yang sama-sama mempunyai arti manusia.
- Kata “ عداب – رجز - رجس “ yang sama-sama mempunyai arti siksa .
6. TASYBIH
Yang dimaksud tasubih adalah serupa atau penyerupaan satu kata dengan suatu obyek tertentu. Contoh engkau bagaikan matahari. Dalam al-Qur’an banyak sekali kata-kata yang menggunakan ungkapan tasybih, misalnya :
- Dalam surat al-A’rof ayat 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179)
- Dalam surat al-furqon ayat 44
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا (44)
BAB VII
MACAM-MACAM LAFADH
DALAM AL-QUR’AN
1. ‘AM
Banyak sekali pengertian yang bisa kita dapat dari ma’na ‘Am. Secara bahasa ‘Am mempunyai arti umum, keseluruhan, yang kebalikannya adalah pengkhususan. Sedang menurut Istilah Arab juga banyak pengertian yang bisa didapat. Diantaranya menurut As-Syarih Faidlul Khobir Sayyid Ali ibnu Sayyid Abbas ‘Am adalah
ما عم شيئين فصاعد من غير حصر
Sesuatu yang meng-umumkan dua pengertian atau lebih tanpa ada pembatasan. Lebih gampangnya lagi adalah sesuatu yang mempunyai ma’na umum yang tidak terbatas pada satu atau dua pengetian saja. Seperti ayat وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Kata “syai’” tidak terbatas pengertiannya . artinya Allah SWT mengetahuai segala hal.
2. ‘AM MAKHSHUS
Yaitu kalimat yang umum yang dikhususkan atau istilah yang paling populer adalah menggunakan at-takhshis. Dalam hal ini ada dua macam :
a. تخصيص متصل
Yaitu pengkhususan dalam satu kalimat. Takhshis Muttasil ditandai dengan 5 hal :
1. Dengan Huruf Istitsna’ ( استثناء )
Contoh : كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ
2. Dengan Syarat ( شرط )
Contoh : فَكَاتِبُوهُمْ إِنْ عَلِمْتُمْ فِيهِمْ خَيْرًا
3. Dengan Sifat ( صفة )
Contoh : وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ
4. Dengan Ghooyah ( غاية )
Contoh : حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ
5. Dengan badal Ba’dl ( بدل )
Contoh : وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
b. تخصيص منفصل
Sedangkan Takhshis Munfashil itu ada tujuh macam diantaranya :
1. Pentakhshisan dengan akal
Contoh : اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
2. Pentakhshisan al-Qur’an dengan al-Qur’an
Contoh : ayat وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ ditakhshis dengan ayat وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ
3. Pentakhshisan al-Qur’an dengan hadits
Contoh ayat يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ditakhshis dengan hadits
لا*يرث المسلم الكافر
4. Pentakhshisan Hadits dengan al-Qur’an
Contoh : hadist البكر بالبكر جلد مائة ditakhshis ayat
فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ مَا عَلَى الْمُحْصَنَاتِ مِنَ الْعَذَابِ
5. Pentakhshisan hadits dengan Hadits
Contoh : Hadits فيما سقيت السماء العشر ditakhshis dengan hadits
ليس فيما دون خمسة اوسق صدقة
6. Pentakhshisan al-Qur’an dengan al-Qiyas
Contoh ayat الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ ditakhshis dengan pengqiyasan ayat yang lain فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ مَا عَلَى الْمُحْصَنَاتِ مِنَ الْعَذَابِ
7. Pentakhshisan Hadits dengan al-Qiyas
Yaitu ada hadits ditakhshis dengan hadits yang lain dengan cara diqiyaskan. Pada umumnya hal ini sering terjadi di dalam pembuatan dan penggalia hukum.
3. MUJMAL
هو ما لم تتضح دلالته علي معناه
Yaitu suatu kalam atau kalimat yang tidak mempunyai dilalah yang jelas pema’naanya dengan kata lain, Mujmal adalah suatu kalam yang tidak mempunyai ma’na yang jelas karena banyaknya pengertian yang bisa diambil dari kata itu. Contoh : kata قرء yang mempunyai arti Haid dan suci.
4. MUAWWAL
ما ترك ظاهره لدليل
Kalimat yang meningalkan atau meniadakan ma’na dhohirnya karena dilalah atau dalil tertentu. Contoh : ayat 10 surat al-Fath يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ yang secara mempunyai ma’na tangan , akan tetapi ada ma’na yang lebih utama yaitu kekuasaan.
5. MAFHUM DAN MANTHUQ
A. Mafhum
المفهوم هو معني دل عليه لفظ لا في محل النطق
Artinya mafhum adalah pemakna-an suatu kalam yang tidak melalui redaksi akan tetapi melalui peng-Qiyasan dan perbandingan sesuai dengan keumumanya. Mafhum terbagi menjadi dua :
a. Mafhum Muwafiq ( Mafhum Muwafaqoh )
Yaitu pemahaman suatu kalam dengan pentakhrijan lafadh yang ada. Artinya pemahaman itu melalui pengQiyasan / penyamaan dengan ayat yang lain. Dalam hal ini ada dua macam :
1. Fakhwa al-khitob
فحوي الخطاب هو ما كان المفهوم اولي من المنطوق بالحكم
Yaitu pemahaman yang diambil lebih tinggi atau lebih berat dari hukum yang ada di nash. Maksunya dalam nash tidak disebutkan hukum yang dikhitobi akan tetapi jika di Qiyaskan persoalan itu justru lebih parah/berat. Conntoh :
“ Memukul orang tua “ dalam al-Qur’an tidak ada nash yang membahas bagaimana hukum memukul orang tua. Akan tetapi diqiyaskan dengan nash yang ada hubungannya dengan menyakiti orang tua. Dalam surat al-Isro’ ayat : 23
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23)
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia ( al-isro’ : 23 )
Dari ayat di atas kita tahu bahwa berkata hush saja pada orang tua tidak boleh apalagi memukulnya.
2. Lakhnu al-khitob
لحن الجطاب هو ما كان المفهوم مساويا للمنطوق في الحكم
Yaitu apabila pemahaman yang didapat itu setara dengan yang ada dalam nash. Artinya dalam nash tidak ada suatu hukum tertentu akan tetapi ada yang lain yang jika dibandingkan itu sepadan. Contoh : hukum “membakar harta anak yatim” tidak kita temukan dalam nash, akan tetapi kita samakan dengan nash lain yang hukumnya sama-sama merusak harta anak yatim. Yaitu dalam surat al-an’am ayat : 15 .
وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ
.... ( الاية)
Dari ayat di atas kita tahu bahwa mendekati harta anak yatim ( memakan dengan dholim ) itu berhukum haram. Kemudian dalam
bahasan membakar hartanya juga sama dalam hal mendlolimi hartanya.
b. Mafhum Mukolif ( Mafhum Mukholafah )
Suatu pemahaman terhadap ayat akan tetapi melalui kebalikan dari pemahaman teks itu sendiri. Semisal suatu kalimat :
في الغنم السا ئمة زكاة yang artinya dalam kambing alasan ( bebas di hutan itu ada zakatnya . pemahaman kebalikannya adalah jika melalui perawatan, dikasih makan dan lain-lain maka tidak wajib dizakati.
B. Manthuq
Yaitu pemahaman Suatu kalam dengan melalui Redaksi yang ada / sesuai dengan kata itu seperti contoh : ayat tentang berkata Hush pada orang tua itu dilarang, maka berhukum haram jika mengatakan lafadh Husss saja pada orang tua.
6. MUTHLAQ
المطلق هو اللفظ الدال علي الماهية بلا قيد
Lafadh atau kalimat yang menunjukkan ma’na hakikatnya/sebenarnya tanpa dibatasi sesuatu. Contoh lafadh الانسان , الاسد
Yang mempunyai ma’na hakikatnya yaitu manusia dan Serigala, atau macan.
7. MUQOYYAD
المقيد هو اللفظ الدال علي الماهية بقيد من قيودها
Yaitu suatu lafadh yang mempunyai ma’na yang sebenarnya dengan dibarengi Qoyyid atau indikasi lain.
8. NASIKH MANSUKH
Menurut arti bahasa Nasikh mempunyai beberapa pengertian diantaranya :
1. “ al-Ibthol atau al-Izalah “ yang berarti menghilangkan atau menghapus.
2. “ an-naqlu atau at-tahwil “ yang berarti memindah.
Sedang al-mansukh adalah yang dihapus atau yang dipindah. Dalam bahasan ini ada beberapa pembagian, diantaranya :
a. Bentuk Penaskh-an Dalam Al-qur’an :
1. Hukum pengamalannya saja yang di-naskh sedang bacaannya tidak
(نسخ الحكم دون الخط ).
Contoh ayat : الشيخ والشيخة ادا زنيا فارجموهما البتة نكالا من الله والله عزيز حكيم
2. Bacaannya saja yang dinaskh sedang hukumnya tidak (نسخ الخط دون الحكم ).
Contoh ayat iddah
3. Hukum dan bacaannya yang dinaskh (نسخ الخط والحكم ).
Contoh ayat Rodlo’ah yang mulanya 10 susuan akan tetapi dihapus menjadi 5 susuan.
عشر رضعات معلوما ت يحرمن
b. Bentuk Penaskh-an yang lain
menurut pendapa ulama’ lain penaskh-an itu berkisar pada hal sebagai Berikut.
1. Al-Qur’an di-naskh Al-Qur’an
2. Al-Qur’an dinaskh al-Hadits
b. Al-Qur’an di-naskh dengan Hadits Ahad
c. Al-Qur’an di-naskh dengan Hadits Mutawatir
3. Al-Hadits di-naskh dengan A-Qur’an
4. Al-Hadits di-naskh dengan al-Hadits
9. MA’MUL
Dalam bahasan ini yang dimaksud adalah berlakunya atau dipakainya suatu ayat tertentu dalam masa tertentu. dalam hal ini ada dua bahasan:
1. المعمول به مدة معينة
Yaitu ayat atau kalam yang diamalkan pada masa-masa tertentu. Misal ayat “ najwah ( sowan ) “ yang hanya berlaku semasa Shohabat, seperti dalam surat Al-Mujadalah ayat : 12
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُولَ فَقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَةً ذَلِكَ خَيْرٌ لَكُمْ وَأَطْهَرُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (12)
Artinya : Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ( al-Mujadilah : 12 )
2. المعمول به واحد
Yaitu ayat yang diamalkan orang tertentu saja. Seperti contoh ayat di atas hanya diamalkan oleh shohabat Ali bin Abi Tholib.
BAB IX
HUKUM-HUKUM LAFADH
DALAM AL-QUR’AN
1. FASHOL
Fashol adalah meninggalkan/meniadakan Pengathofan dari satu jumlah pada jumlah lainya. Walau sebenarnya satu bahasan . contoh :
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15)
Artinya : Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka ( al-Baqoroh 14-15 ).
Jumlah إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ dipisah dari Jumlah اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ
2. WASHOL
Washol adalah pengathofan satu jumlah pada pada jumlah yang lain. Contoh Peng-athofan Surat al-Infithor ayat 13 dengan ayat 14.
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ (13) وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ (14)
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh kenikmatan. dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka (al-Infithor 13-14 )
3. IJAZ
الا يجاز هو كون اللفظ اقل من المراد بدون اخلال
Yaitu Penyampaian suatu kalam yang sangat Singkat, akan tetapi mengandung arti yang luas ( lafadhnya lebih sedikit daripada ma’nanya ). Contoh :
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (179)
Artinya : Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.(al-Baqoroh 179)
4. ITHNAB
الاطناب هو تأدية المعني بلفظ أزيد
Yaitu penyampaian suatu kalam yang lafadhnya lebih panjang daripada ma’na yang dimaksud. Contoh :
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (75)
Artinya :Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu,bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"
Dalam koridor bahasa kata لَكَ sebenarnya adalah tidak dibutuhkan. Akan tetapi untuk keindahan kalam kata itu didatangkan.
5. MUSAWAH
المساوة هي كون اللفظ بقدر المعني المراد
Yaitu penyampaian suatu kalam yang lafadh dan ma’nanya sama panjang dan pendeknya. Contoh :
اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّةَ الْأَوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلًا (43)
Ayat وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ Sepadan dengan ma’nanya yaitu “Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. “
6. QOSHR
Yang dimaksud Qoshr adalah pembatasan atau pengkhusususan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Qoshr terbagi menjadi dua, haqiqi dan Idlofi. Dan masing-masing terbagi menjadi dua yaitu “ Qosh as-shifat ‘ala al-maushuf” dan “Qoshru al-maushuf ‘ala as-Shifat” Sehingga secara global pembagian qoshr bisa digambarkan menjadi berikut :
1. قصر حقيقي
Yaitu pembatasan yang berdasar pada kenyataan atau kepastian. Hal ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. قصر الصفة علي الموصوف
Yaitu membatasi sifat hanya dimiliki oleh maushuf contoh lafadh “ لااله الاالله “ artinya lafadh “ اله “ yang sebagai sifat dibatasi hanya miliknya allah yang sbagai maushuf. Contoh lain pembatasan sifat Ustadz atau guru yang hanya dimiliki oleh zaid “ لا استاد الا زيد “ artinya tidak ada yang menjadi guru kecuali zaid seorang.
b. قصر الموصوف علي الصفة
Yaitu membatasi maushuf hanya dimiliki oleh sifat. Dalam hal ini adalah kebalikan dari uraian diatas. Artinya Allah SWT adalah satu-
satunya Tuhan yang ada di dunia ini, tidak ada lagi tuhan yang lain. Seperti dalam Surat an-nisa’ ayat 171 :
………. إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ
Artinya : Sesungguhnya hanya Allah lah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak.
2. قصر اضافي
Yaitu pembatasan yang yang didasarkan karna tidak punya sifat sebaliknya. Disebut Idlofi karena dia tidak punya sifat yang lain selain yang itu. Seperti ungkapan “dia berdiri” dikatakan berdiri karena dia tidak duduk. Qoshr ini juga terbagi menjadi dua yaitu :
a. قصر الصفة علي الموصوف
Yaitu membatasi sifat hanya dimiliki oleh maushuf.
Contoh : ما سافر الا زيد
b. قصر الموصوف علي الصفة
Yaitu membatasi maushuf hanya dimiliki oleh sifat. Contoh :
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ....... ( العمران : 144)
BAB X
ASMA’ DALAM AL-QUR’AN
Dalam Al-Qur’an ada beberapa asma’ ( nama-nama ) yang sering disebutkan dalam al-Qur’an yang mempunyai ma’na atau pengertian tertentu. entah itu satu kali, dua kali atau lebih dari itu. Diantara nama-nama yang tersbut itu tebagi menjadi dua :
3. Nama-nama nabi ( اسماء النبي )
4. Nama-nama selain nabi ( اسماء غير النبي )
Dalam hal ini terbagi menjadi berikut :
h. Nama-nama malaikat
i. Nama-nama orang sholeh
j. Nama-nama orang jelek/lacut
k. Nama-nama Kinayah
l. Nama-nama laqob
m. Nama-nama kunyah
n. Nama-nama Mubham
Yang kesemuanya akan kami jelaskan satu persatu insya Allah.
a) NAMA-NAMA NABI
Dalam koridor rukun iman ada 6 poin diantaranya adalah beriman kepada rosul-rosul Allah SWT. Lalu bagaimana aplikasi kita untuk menunjukkan rasa iman kita pada Rosul-rosul Allah. Dalam satu kitab tauhid dijelaskan bahwa banyak sekali cara mengaplikasikan rasa iman kita pada Rosul-rosul Allah diantaranya adalah dengan mengenalnya, mengenal nama-namanya,sejarahnya biografinya dan lain sebagainya. Disinilah letak pembahasn kita. Sering kali kita dengar bahwasanya nabi dan rosul adalah berbeda. Kalau nabi adalah utusan Allah yang diberi wahyu akan tetapi tidak di tuntut untuk menyampaikanya. Sedang Rosul wajib menyampaikanya. Itulah sebabnya Rukun iman yang ketiga itu memakai kata “bi-rusulihi” tidak -
memakai kata “bi-nabiyyihi” atau “bi-anbiya’ihi”. Karena pada hakekatnya Nabi itu tidak terhitung jumlahnya. Berjuta-juta nabi diciptakan oleh Allah SWT. Namun demikian ada beberapa ulama’ mengindikasikan dengan jumlah-jumlah tertentu diantaranya ada yang berpendapat bahwa para nabi itu kurang lebih berjumlah 124.000 nabi. Itu berdasar pada sejarah dan pengkajian-pengkajian melalui kitab-kitab salafi. Dari itu tentu masih banyak jumlah nabi yang tidak mereka ketahui mengingat keterbatasan ilmu mereka dan kemaha besarannya Allah SWT.
Sedangkan mengenai jumlah rosul beberapa Ulama’ berbeda pendapat. Dalam kitab “ Fathul majid ” dijelaskan Jumlah rosul adalah 313 sebagian yang lain mengatakan 314 dan sebagian yang lain mengatakan 315. Walau begitu bagi kita kaum muslimin, tuntutan bagi kita semua adalah meng-imani para rosul yang berjumlah dua puluh lima. Hal itu di indikasihkan oleh al-Qur’an yang menyebutkan rosul yang ada hanyalah 25 yang satu persatu akan kami jelaskan secara detail dengan menggunakan tabel-tabel :
b) Nama-nama Selain Nabi
a. Nama-nama malaikat
b. Nama-nama Orang Sholeh
1. Luqman
Ada Beberapa keistimewaan kenapa Luqman dimasukkan oleh Allah SWT dalam criteria orang sholeh. Diantaranya ternukil dalam ayat di atas. Yaitu diberi Hikmah. Maka tidak heran ada sbaggian ulama’ ada yang mengatakan bahwa beliau adalah nabi bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau adalah malaikat. Keistimewaan yang lebih adalah tentang kepribadian beliau. Yaitu bagaimana hidup dan mendidik anaknya. Hal itu terlukis dalam Surat Luqman ayat 12 s/d 19
وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (12) وَإِذْ قَالَ لُقؒمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (15) يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (16) يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19)
Proses Pendidikan yang dilakukan oleh Luqman pada putranya yang bernama Tsaron adalah sebagai berikut :
a. Peng-esaan terhadap Allah SWT sebagai tuhan dibarengi dengan larangan untuk Syirik ( menyekutukan Allah SWT )
b. Segala sesuatu pasti ada balasanya walau itu seberat biji zarroh pun.
c. Dirikanlah sholat
d. Memerintah yang ma’ruf dan melarang yang mungkar.
e. Bersabar terhadap segala sesuatu yang menimpa.
f. Janganlah menyombongkan diri juga angkuh.
g. Hiduplah ala kadarnya ( sederhana )
h. Bersikap halus pada semua orang dengan cara melunakkan suara.
2. Siti Maryam
3. Imron ( Ayahanda Siti Maryam )
4. Raja Tholut
Dalam al-Qur’an nama Tholut disebut sebanyak dua kali yaitu
- Dalam surat al-Baqoroh ayat 249 فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَ$D8�ٍ
- Dalam surat al-baqoroh ayat 247 وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا
Dan dalam sejarah nanti kita ketahui Beliau adalah seorang raja yang Sholeh yang melindungi Rakyatnya.
5. Harun ( Saudara Siti maryam)
Selain Harun saudara kandung nabi Musa AS , ada juga seorang yang bernama Harun yang disebutkan dalam al-Qur’an . Beliau adalah saudara Siti Maryam Putra Imron. Contoh penyebutannya dalam surat Maryam ayat 28
يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
c. NAMA-NAMA ORANG LACUT
Selain nama-nama orang Sholeh yang bisa kita ambil i’tibar kebaikan dan sifat-sifatnya al-Qur’an juga menyebutkan beberapa nama orang golongan yang lacut / non sholeh diantaranya adalah :
1. Iblis yang kita tahu kedurhakaan dan kesombongannya terhadap Allah SWT.
Nama Iblis disebutkan dalam Qur’an kurang lebih 11 kali yaitu dalam surat al-Baqoroh:34 , al-A’rof:11 , al-Hijr:31 , al-Hijr:32 , al-isro’:61 , al-Kahfu:50 , al-Syuaro’ : 95 , Thoha:116 , Saba’ :20 , Shod 74 dan 75
2. Qorun Orang terkaya sedunia yang mendustakan agama dan meniadakan Tuhan.
Nama Qorun disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 2 kali yaitu dalam surat Al-Qoshos ayat 76 dan 79.
c. Jalut yaitu seorang raja yang memusuhi raja sezamanya yaitu Raja Tholut.
Jalut disebutkan dalam al-Qur’an satu kali dalam surat Al-Baqoroh ayat 251.
d. NAMA-NAMA KUNYAH
Diantara nama-nama dalam Al-Qur’an yang disebut dengan bentuk Laqob adalah Abu Lahab ( paman Rosulullah ). Yang tersebut dalam Surat al-Lahab ayat 1
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1)
Artinya : Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
e. NAMA-NAMA LAQOB
Diantara nama-nama laqob yang disebutkan dalam al-qur’an adalah
a. Dzilqornain yan nama aslinya adalah Iskandar
Nama Dzilqornain disebut dalam Al-Qur’an 1x dalam surat al-Kahfi ayat 83 :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا (83)
b. Al-masih yang nama aslinya adalah nabi Isa AS
Nama Laqob Nabi Isa AS atau al-Masih secara jelas diseutkan dalam al-Qur’an sebanyak kurang lebih delapan kali yaitu dalam surat al-Imron ayat 45, an-Nisa’ ayat 157 , 171 , 172, al-maidah ayat : 17 , 72 , 75 , dan surat at-Taubah ayat : 30.
c. Fir’aun yan nama aslinya adalah Al-Walid bin Mus’ab
Nama Firaun juga disebut sebanyak kurang lebih enam puluh satu kali, diantaranya dalam surat al-Baqoroh ayat : 49 , 50 ,al-Imron : 11 , al-A’rof : 103 , 104 , 109 , 113 , 123 , 127 , 127 , 130 , 137 , 141 , al-anfal : 52 , 54 , Yunus : 75 , 79 , 83 , 88 , 90 , S. Thoha : 24 , 60 , 78 , 79, as-Syu’aro’ : 11 , 16 , 23 , 44 , 53 , al-Qoshos : 4, 6 , 8 , 9 , 32 , 38 , S.Ghofir : 24 ,26 , 28 , 29 , 36 , 37 , 45 , 46 , dan lain lain.
g. NAMA-NAMA MUBHAM
Mubham artinya samar / tidak ada kejelasan. Artinya dalam al-Qur’an juga terdapat nama-nama Mubham ( yang Samar ) yang tidak kita ketahui siapa yang dimaksud Namun dalam Buku ini akan kami coba uraikan hakekat siapa nama Mubham yang dimaksudkan itu. Hal ini pun kami ambil dari kterangan-keterangan kitab salafussholihin. Diantara nama-nama mubham dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut :
a. رجل dalam Surat Ghofir ayat 28 yang nama aslinya adalah Hizqil
وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ
b. رجل dalam Surat yasin ayat 20 yang dimaksud adalah Habib bin Musa
وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ (20)
c. فتي (budaknya nabi Musa) dalam surat Kahfi ayat 60 nama aslinya adalah Yusya’ bin Nun وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا (60)
d. رجلان dalam Surat al-maidah ayat 23 yang dimaksud adalah Kalib dan Yusya’
قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (23)
e. ام موسي dalam surat al-Qoshos ayat 10
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى فَارِغًا إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (10)
Nama aslinya adalah Yuhanidz
f. عبد dalam surat al-Kahfi ayat 65,
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آَتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65)
nama aslinya adalah nama nabi Khidlir dan nama nabi Khidlir yang sebenarnya adalah Balya.
g. غلام dalam surat Kahfi yang dibunuh oleh nabi Khidlir AS tepatnya pada ayat 74
فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ
Nama asli anak kecil itu adalah Haitsur ada yang mengatakan Jaitsur.
h. ملك dalam surat Kahfi ayat 79 ( yaitu seorang raja yang akan merampas perahu-perahu yang dilubangi nabi Khidlir AS.
وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا (79)
Nama Raja itu adalah Hudad
i. صاحب yang menemani Rosulullah di Gua Hiro’ dalam surat. Beliau adalah Abu Bakar As-Siddiq
إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
a. الدي & العزيز yang membeli Nabi Yusuf di Mesir yang disebutkan dalam Qur’an ayat 30 srat Yusuf. Nama aslinya adalah Ithfir ada yang mengatakan Qithfir
وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (30)
Dan masih banyak lagi nama-nama mubham yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu mengingat keterbatasan pengetahuan kami dan besarnya rahasia al-Qur’an al-karim. Sehingga Hanya Allah lah yang tahu kebenaranya.
KEPUSTAKAAN
1. Al-Qur’an al-karim
2. Al-Qur’an dan terjemahnya
3. Khudlori, Muhammad. Tarikh at-Tasyri’ al-Islami.
4. al Zarqani, Manahl al Irfan fi Ulum al Quran, (Mesir: Isa aL Babi al-Halabi, tt)
5. al-Zahabi, Al Tafsir wa al Mufassirun, (Mesir: Matba’ah al Saadah, tt)
6. Al-Azami, Prof.Dr.M.M. Sejarah Teks Al-Qur’an.
7. An-Najdi, Dr. Abu Zahra’ . Al-Qur’an dan rahsia angka-angka. 1990. Pustaka Hidayah. Bandung.
8. faidlul khobir. Sayyid Alwi bin Sayyid AbbasAl-Maki
9. Hasbi al-Shiddieqyq. Sejarah Dan Pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1930.
10. Abd al Majid Ghazlan, al Bayan fi Mabahits Ulum al Qur’an, Kairo: Dar al Ta’lif, t.t.
11. Muhammad Syafa’at Robani. Al-Maky wa al-Maday.
12. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. D. Marsan. Leonardo, Aditama M. Surya, Zulkarnain Y, Alam G. Surya. Karya Utama . Surabaya
13. Subhi, Sholih, Mabahits fi Uulum al Quran (Bairut: Dar ilmi 1i al malyin, 1977)
14. Manna Khalil al-Qattan, Mabahits fi Ulum al Quran, (Riyadh: Mansurat al -Ash al hadits, 973).
15. al Suyuti, Al ltqan fi Ulum al Quran, (Mesir: Isa al Babi al Halabi, tt )
16. Islam Dihujat. Handono. Hj Irena.
17. al-Zarkasyi, Al Burhan fi Hum al Quran. (Bairut: Dar al-Fikr: 1987)
18. Amir abd al-Aziz. Dirasat fi Qur’an , Bairut: Dar al-Furqan, 1983.
19. Ahmad al-Sayyid, dan al-Qasim Ahmad Yusuf al-Qumy, Ulum al.-Qur’an, Kairo: Jami’ah al-Azhar, 1976.
20. Hasbi al-Shiddieqyq, Ilmu-ilmu al-Qur’an Media-Media Pokok Dalam Menaifsirkan al-Our’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.
BUKU ILMU ALQUR'AN
18.19 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar