KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الر حيم
ان الحمد لله جميعا الدي هدانا لهدا , وما كنا لنهتدي لو لا ان هدانا الله . والصلا ة والسلا علي سيد نا وحبيبنا وقرة اعيننا محمد اشرف الخلق جمعا وعلي اله وصحبه الدي ننال السعادة الحقيقية في الد نيا و العقبي اللهم صل علي محمد عبدك و نبيك ورسو لك النبي الامي وعلي اله وصحبه و سلم تسليما بقد ر عظمة دتك في كل وقت . أما بعد
Alhamdulillahi robbil ‘alamin segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rohmat,hidayah dan inayahNya pada kita semua sehingga sampai saat ini kita semua masih dalam keadaan sehat kuat dan yang terpenting dalam keadaan iman dan islam.
Sholawat dan salam semoga tetap terhaturkan pada junjungan kita nabi agung, penebar rohmat dan penyebar benih kesucian cinta Yaitu Nabi Muhammad SAW. Pun kepada keluarga, para sahabat, tabi,in dan semua kaum muslimin muslimat.
Penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih pada :
1. Kedua orang tua yang tidak perna lelah mendidik dan membekali penulis sehingga masih bisa meneruskan jenjang pendidikanya
2. Kepada pengasuhh PP Kyai Mojo ( Abah Drs KH. Imron Djamil & Bu Nyai HJ.Titi maryam) yang telah banyak memberi inspirasi serta pendidikan lahir maupun batin.
3. Pada adhek tercinta yang sekarang dalam proses tahfidhul Qur’an yang senantiasa memberi dorongan-dorongan moral baik secara nasehat maupun teguran sehingga penulis menyadari bagaimana mengatur hidup ini
4. Pada semua santri pondok pesantren Kyai mojo yang telah memberi inspirasi dan bantuan sehingga penulis bisa menyeleseikan pembuatan buku cetakan ini.
Semoga amal kalian semua diterima disisi Allah SWT dan dicatat sebagai amal hasanah yang menjadi syafa’at di hari kiamat nanti.
Penulis merasa terilhami untuk membuat buku atau cetakan yang berisi pelajaran-pelajaran pondok baik itu semisal terjemah ataupun penjelasan-penjelasan akan pelajaran-pelajaran yang ada di pesantren khusunya Pondok Pesantren Kyai Mojo. Karena penulis merasakan betapa pentingnya sebuah literature sekaligus penjelasan akan pelajaran-pelajaran agama terkhusus di dunia pesantren mengingat banyaknya santri di era-era baru ini kesulitan dalam memahami kitab-kitab kuning yang notabenya menjadi makanan pokok di dunia pesantren. Selain itu penulis menyadari betapa pentingnya hal itu dicapai karena wajibnya memahami pengetahuan-pengetahuan agama tersebut.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan buku cetakan ini. Baik dari segi bahasa, terjemah atau uslub-uslub yang ada. Maka dari itu penulis sangat berharap saran,masukan serta bimbingan dari para pembaca untuk menyumbangkan idenya ,partisipasinya dan pikiran-pikiran guna lebih memperbaiki buku ini.
Akhirnya kami hanya mohon pada Allah SWT semoga buku ini memberikan manfa’at pada kita semua dan khususnya pada semua santri terkhusus santri pondok pesantren kyai mojo tambakberas Jombang. Sehingga dapat mengantar dan mengkader anak-anak didik yang bermanfa’at,berguna bagi masyarakat bangsa dan Negara. Aamiin ya Robbal “alamin.
Jombang, 25 Januari 2011
penulis :
Moh Ali Ridwan
Sambutan Pengasuh Ponpes Kyai Mojo
Drs. KH Imron Djamil
بسم الله الرحمن الر حيم
ان الحمد لله جميعا والصلا ة والسلا م علي سيد نا محمد اشرف الخلق جمعا وعلي اله ا وصحبه الدي ننال السعا دة الحقيقية في الد نيا و العقبي اللهم صل علي محمد عبدك و نبيك ورسو لك النبي الامي وعلي اله وصحبه و سلم تسليما بقد ر عظمة دتك في كل وقت .
Segala puji bagi Allah sekaligus sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi Agung Mohammad SAW.
Alhamdu lillahi Robb al-‘alamin Pondok Pesantren Kyai Mojo makin hari semakin mengembangkan sayap-sayapnya untuk semakin melangkah ke depan. Bukti yang mendasar anak-anak Kyai Mojo sudah semakin menanjakkan pemikiran dan kekreatifitasanya. Terkhusus pada terbitnya buku cetakan pertama ini. Saya ucapkan banyak terimakasih pada semua santri-santriku khususnya pada para mustahiq dan jajaran dewan guru yang senantiasa member bimbingan pada para santri walau melewati tanjakan-tanjakan batu serta tikungan-tikungan tajam dalam melangkah.
Pesan saya pada semuanya, terkhusus pada penulis, “Jadilah kalian orang yang suka laden-laden ilmu”. Artinya kemanapun kalian melangkah dan dimanapun kalian berada jadilah orang yang memberikan manfa’at dengan “ intisyaru al-ilmi” seperti dalam prinsip Kyai Mojo yang ada 5 poin:
1. Dzikir
2. Sebarkan manfa’at dan hindarkan madlorot
3. Selalu suci
4. Laksanakan sesuai aturan, dan
5. Tanyalah bila tidak tahu
Semoga dengan terbitnya buku cetakan ke dua ini para santri semakin terdorong untuk lebih berkeatif, berkarya dan yang terpenting adalah selalu dan selalu menambah wawasaan ilmu pengetahuan sekaligus menyebarkan ilmu-ilmu itu lewat kekreatifitasannya.
Semoga buku ini memberikan manfa’at pada kita semua baik di dunia maupun di akhirat, terkhusus pada penulis.
Jombang,25 Januari 2011
Pengasuh Ponpes Kyai Mojo
PENDAHULUAN
Ilmu nahwu adalah ilmu furu’ yang mengantarkan kita untuk bisa memahami al-Qur’an, al-Hadits dan kitab-kitab salaf.
Ulama’ berbeda pendapat tentang ilmu yang pertama kali wajib dipelajari oleh kaum muslimin. Sebagian ulama’ mengatakan bahwa ilmu yang wajib dipelajari pertama kali adalah ilmu kalam. Sebab dengan ilmu kalam bisa diketahui cara mengesakan tuhan ( Allah SWT ), mengetaui sifat-sifatNya, af’alNya dan dzat Nya.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa yang wajib dicari pertama kali adalah ilmu fiqih, karena dengan ilmu fiqih bisa diketaui cara-cara ibadah yang benar, bisa diketaui hukum-hukum islam, halal, harom dan bisa diketahui bagaimana berhubungan dengan sesama manusia di dunia ini sesuai dengan syariat islam. Dan sebagian yang lain mengatakan yang wajib dipelajari adalah Al-Qur’an dan Al-hadits. Di sini lah mengapa mempelajari ilmu tajwid berhukum wajib. Karena tanpa tajwid al-Qur’an tudak akan sepurna. Selain itu menurut imam al Ghozali ilmu itu hanya ada dua macam, yaitu ilmu syari’at dan ghoiru syariat. Ilmu syari’at adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh kaum muslimin dan yang bukan syariat sesuai dengan kebutuhan manusia.
Adapun ilmu syari’at itu ada empat macam :
1. Ilmu ushul ( ilmu pokok/dasar/inti )
Dalam hal ini meliputi 4 ilmu : Al-qu’an,hadits,ijma’ dan qiyas.
2. Ilmu furu’ ( ilmu cabang dari ilmu ushul )
Dalam hal ini meliputi : fiqih, tasawuf, akhalq dan ilmu tarbiyah.
3. Ilmu muqoddimah ( ilmu-ilmu pengantar untuk bisa memahami ilmu ushul dan ilmu furu’ ) dalam hal ini meliputi ilmu bahasa,ilmu nahwu,shorof balaghoh dan lain sebagainya.
4. Ilmu mutammimah ( ilmu pelengkap serta penyempurna bagi ilmu ushul dan furu’ untuk lebih bisa memahami dan memperdalam ilmu tersebut sesuai dengan yang dikehendaki oleh syari’at. Seperti ilmu tafsir, ilmu qur’an, ilmu tajwid dll.
Sedangkan ilmu yang bukan syari’at oleh imam al-Ghozali dibagi menjadi tiga criteria :
1. Ilmu mahmudah ( yaitu ilmu yang bukan tuntunan syari’at tapi mempelajarinya berhukum baik dan terpuji. Hal ini seperti mempelajari ilmu kedokteran, ilmu berhitung ilmu bisnis dan lain-lain
2. Ilmu mubahah ( yaitu imlu yan mempelajarinya berhukum jaiz / boleh ) seperti : ilmu
3. Ilmu madzmumah ( yaitu ilmu yang dicela oleh syari’at seperti ilmu santet, ilmu dukun, ilmu filsafat dan dan ilmu nujum.
Dari uraian di atas kita ketahui bahwa letak ilmu nahwu adalah bagian dari ilmu furu’ ( ilmu cabang ) yang bisa mengantarkan kita untuk lebih memahami kitab-kita salaf, al-hadits dan al-Qur’an.
Atau jika kita memahami sebuah Qoidah “ At Taabi’u Taabi’ “ bahwa yang mengikuti itu hukumnya sama dengan yang diikuti. Artinya jika ilmu al-Qur’an itu wajib dipelajari maka semisal ilmu nahwu juga waji dipelajari. Dan masih banyak lagi Qoidah yang mengarah pada pengertian seperti di atas.
KALAM
اَلْكَلَامُ : هو اَللَّفْظُ اَلْمُرَكَّبُ, اَلْمُفِيدُ بِالْوَضْعِ
KALAM adalah : lafadz yang tersusun dari dua kalimat atau lebih yang berfaidah dengan menggunakan bahasa arab.
• Lafadh adalah suara yang mengandung sebagian dari huruf hijaiyah.
• Mufid adalah sesuatu (ucapan/tulisan) yang memberi faidah secara sempurna sekira orang yang mendengar tidak menimbulkan pertanyaan lagi.
• Murokab adalah kalimat yang tersusun dari dua klimat atau lebih baik member faidah atau tidak
• Wadlo’ mempunyai dua pengertian :
a. Sesuai dengan kaidah bahasa arab
b. Sengaja dalam mengucapkannya.
Contoh Kalam
- قام زيد , ضرب عمرو بكرا
- حضر زيد
KALIMAT
وَأَقْسَامُهُ ثَلَاثَةٌ : اسم وَفِعْلٌ وَحَرْفٌ جَاءَ لِمَعْنًى
Keterangan :
Bagian-bagian dalam kalam yaitu :
1. kalimat isim : kalimat yang menunjukkan pada dirinya sendiri tanpa disertai waktu atau zaman ( dengan kata lain isim adalah nama benda atau orang ).
2. kalimat fi’il : kalimat yang menunjukkan pada dirinya sendiri yang disertai waktu atau zaman ( atau lebih dikenal dengan kata kerja ).
3. kalimat huruf : kalimat yang tidak menunjukkan nama benda atau pekerjaan ( kata Bantu ).
TANDA-TANDA KALIMAT ISIM
فَالِاسْمُ يُعْرَفُ بالخفض وَالتَّنْوِينِ, وَدُخُولِ اَلْأَلِفِ وَاللَّامِ, وَحُرُوفِ اَلْخَفْضِ, وَهِيَ مِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءُ, وَالْكَافُ, وَاللَّامُ, وَحُرُوفُ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُ
TANDA-TANDA KALIMAT FI’IL
وَالْفِعْلُ يُعْرَفُ بِقَدْ, وَالسِّينِ وَسَوْفَ وَتَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَةِ
KALIMAT HURUF
وَالْحَرْفُ مَا لَا يَصْلُحُ مَعَهُ دَلِيلُ اَلِاسْمِ وَلَا دَلِيلُ اَلْفِعْلِ.
Huruf tidak mempunyai tanda seperti isim dan fi’il, karena adanya huruf itu untuk membantu kata yang lain.
Contoh Huruf Jer :
مِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءُ, وَالْكَافُ, وَاللَّامُ, وَحُرُوفُ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُ
I’ROB
اَلْإِعْرَابُ هُوَ تغيير أَوَاخِرِ اَلْكَلِمِ لِاخْتِلَافِ اَلْعَوَامِلِ اَلدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظًا أَوْ تَقْدِيرًا.
I’ROB adalah : Perubahan akhir kalimat dikarenakan beda-bedanya amil yang masuk padanya. baik secara lafadz atau dikira-kirakan.
I’rob terbagi menjadi empat :
TANDA-TANDA I’ROB
1. TANDA-TANDA I’ROB ROFA’
لِلرَّفْعِ أَرْبَعُ عَلَامَاتٍ : الضمة ، والواو وَالْأَلِفُ, وَالنُّونُ
a. DLOMMAH
فَأَمَّا اَلضَّمَّةُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ فِي اَلِاسْمِ اَلْمُفْرَدِ, وَجَمْعِ اَلتَّكْسِيرِ, وَجَمْعِ اَلْمُؤَنَّثِ اَلسَّالِمِ, وَالْفِعْلِ اَلْمُضَارِعِ اَلَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْءٌ .
b. WAWU
وَأَمَّا اَلْوَاوُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي مَوْضِعَيْنِ فِي جَمْعِ اَلْمُذَكَّرِ اَلسَّالِمِ, وَفِي اَلْأَسْمَاءِ اَلْخَمْسَةِ, وَهِيَ أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
c. ALIF
وَأَمَّا اَلْأَلِفُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي تَثْنِيَةِ اَلْأَسْمَاءِ خَاصَّةً
Secara Khusus Alif menjadi tanda Rofa’ hanya pada asatu tempat yaitu pada isim Tastniyah. Contoh :
قام المسلمان , حضر الرجلان
d. NUN
وَأَمَّا اَلنُّونُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي اَلْفِعْلِ اَلْمُضَارِعِ, إِذَا اِتَّصَلَ بِهِ ضَمِيرُ تَثْنِيَةٍ, أَوْ ضَمِيرُ جَمْعٍ, أَوْ ضَمِيرُ اَلْمُؤَنَّثَةِ اَلْمُخَاطَبَةِ.
Nun sebagai tanda I’rob Rofa’ juga hanya pada satu tempat yaitu pada Afa’alul khomsah. Yaitu fiil Mudlore’ yang bertemu dengan Dlomir Tatsniyah, wawu jam’ dan ya’ Muannats Mukhotobah. Contoh : يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين
2. NASHOB
وَلِلنَّصْبِ خَمْسُ عَلَامَاتٍ: الْفَتْحَةُ، وَالْأَلِفُ، وَالْكَسْرَةُ، وَاليَاءُ، وَحَذْفُ النُّونِ.
I’rob Nashab mempunyai empat tanda :
a. Fathah
فَأَمَّا الْفَتْحَةُ فَتَكُونُ عَلَامةً لِلنَّصْبِ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الْاِسْمِ الْمُفْرَدِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ، وَالْفِعْلِ الْمُضَارِعِ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ وَلَمْ يَتَّصِلْ بِآَخِرِهِ شَيْءٌ.
b. Alif
وَأَمَّا الْأَلِفُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلنَّصْبِ فِي الْأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، نَحْوَ: "رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ" وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.
Secara khusus Alif menjadi tanda Nashob pada Asmaul Khomsah. Contoh :
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ
c. Ya’
وَأَمَّا الْيَاءُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلنَّصبِ فِي التَّثْنِيَةِ وَالْجَمْعِ
d. Kasroh
وَأَمَّا الْكَسْرَةُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلنَّصْبِ فِي جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ.
Kasroh Menjadi tanda nashob pada Satu Tempat yaitu Pada Jama’ Muannats Salim.
e. Membuang Nun
وَأَمَّا حَذْفُ النُّونِ فَيَكُونُ عَلَامَةً لِلنَّصْبِ فِي الْأَفْعَالِ الْخَمْسَةِ الْتِي رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّونِ.
Membuang Nun Menjadi Tanda I’rob Nasob pada Satu Tempat yaitu Af’alul Khomsah ketika kemasukan amil Nawashib.yang akandijelaskan pada bab Af’al.
3. JER / KHOFEDL
a. Kasroh
فَأَمَّا الْكَسْرَةُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلْخَفْضِ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الْاِسْمِ الْمُفْرَدِ الْمُنْصَرِفِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ الْمُنْصَرِفِ، وَفِي جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ.
b. Ya’
وَأَمَّا الْيَاءُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلْخَفْضِ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الْأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، وَفِي التَّثْنِيَةِ، وَالْجَمْعِ.
c. Fathah
وَأَمَّا الْفَتْحَةُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلْخَفْضِ فِي الْاِسْمِ الَّذِي لَا يَنْصَرِفُ.
Fathah Menjadi tanda Jer pada SatuTempat yaitu Isim Ghoiru Munshorif.
4. JAZEM
وَلِلْجَزْمِ عَلَامَتَانِ: السُّكُونُ، وَالْحَذْفُ.
a. Sukun
فَأَمَّا السُّكُونُ فَيَكُونُ عَلَامَةً لِلْجَزْمِ فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الصَّحِيحِ الْآَخِرِ.
Sukun Menjadi tanda Jazem Pada sat Tempat yaitu Fi’il Mudlore’ yang Shoheh akhir yang kemasukan amil jawazim.
b. Membuang Huruf Nun da Huruf Illat
وَأَمَّا الْحَذْفُ فَيَكُونُ عَلَامَةً لِلْجَزْمِ فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الْمُعْتَلِّ الْآَخِرِ، وَفِي الْأَفْعَالِ الْخَمْسَةِ الْتِي رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّونِ.
- Membuang Nun menjadi tanda Jazem pada Af’alul Khomsah yang kemasukan Amil jawazim.
- Membu Mudlore’ Mu’tal akhir ( yang huruf akhirnya berupa huruf Illat.ang Huruf Illat menjadi tanda jazem pada fi’il .
-
Keterangan :
1. Isim Mufrod adalah kalimat isim yang menunjukkan arti satu yang sunyi dari tanda tasniyah dan jam’.
2. Jama’ Taksir adalah kalimat isim yang menunjukkan arti banyak yang berubah dari bentuk asalnya.
3. Jama’ muannas salim adalah kalimat isim yang menunjukkan ma’na perempuan banyak, dan ditandai dengan alif dan ta’.
4. Jama’ Mudzakkar Salim adalah isim yang menunjukkan arti laki-laki banyak yang ditandai wawu dan nun ketika dalam keadaan Rofa’ dan ditandai ya’ dan nun ketika dalam keadaan nashob dan jer.
5. Isim tatsniyah adalah isim yang menunjukkan aarti dua orang / benda yang ditandai alif dan nun ketika rofa’ dan ditandai ya’ dan nun ketika nashob dan jer.
6. Asmaul Khosah adalah Isim-isim lima yang dijadikan pathokan dasar. Diatara lain : أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
7. Af’alul Khomsah adalah lima buah fi’il mudlore’ yang mempunyai ciri kemasukan alif tatsniyah , wawu jam’ dan ya’ muannats mukhotobah. Contoh :
يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين
8. Fi’il Mudlore’ terbagi menjadi dua :
a. Fi’il Mudlore’ shoheh akhir yaitu fi’il mudlore’ yang huruf akhirnya berupa huruf shoheh.
b. Fi’il mudlore’ Mu’tal akhir yaitu fiil mudlore’ yang huruf akhirnya berupa huruf illat seperti contoh :
- خشي Berakhiran alif.
- يغزو Berakhiran wawu.
- رمي Berakhiran ya’.
MU’ROBAT
- اَلْمُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ قِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ, وَقِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحُرُوفِ
- فَاَلَّذِي يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ اَلِاسْمُ اَلْمُفْرَدُ, وَجَمْعُ اَلتَّكْسِيرِ, وَجَمْعُ اَلْمُؤَنَّثِ اَلسَّالِمِ, وَالْفِعْلُ اَلْمُضَارِعُ اَلَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْءٌ
- والذى يعرب بالحروف الاربعة :التثنية وجمع المذكر السالم والاسماء الخمسة والافعال الخمسة وهى: يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين .
Fi’il
اَلْأَفْعَالُ ثَلَاثَةٌ : ماض وَمُضَارِعٌ, وَأَمْرٌ, نَحْوَ ضَرَبَ, وَيَضْرِبُ, وَاضْرِبْ. فَالْمَاضِي مَفْتُوحُ اَلْآخِرِ أَبَدًا. وَالْأَمْرُ : مجزوم أَبَدًا.
1. Fi’il Madli adalah kata kerja yang mempunyai keterangan waktu di masa lampau. Berhukum mabni fathah.
2. Fi’il Mudlore’ adalah kata kerja yang mempunyai dua keterangan waktu yaitu masa sekarang dan akan datang.
3. Fi’il Amar adalah Fi’il / kata kerja yang menunjukkan arti perintah ( mempunyai keterangan waktu akan datang).
MARFU’ATUL ASMA’
اَلْمَرْفُوعَاتُ سَبْعَةٌ وَهِيَ اَلْفَاعِلُ, وَالْمَفْعُولُ اَلَّذِي لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ, وَالْمُبْتَدَأُ, وَخَبَرُهُ, وَاسْمُ "كَانَ" وَأَخَوَاتِهَا, وَخَبَرُ "إِنَّ" وَأَخَوَاتِهَا, وَالتَّابِعُ لِلْمَرْفُوعِ, وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَلنَّعْتُ, وَالْعَطْفُ, وَالتَّوْكِيدُ, وَالْبَدَلُ
Isim-isim yang dibaca rofa’ ada 7:
Faa’il , Naibul Faa’il , Mubtada’ , Khobar , Isim kaana , Khobar inna , Taabi lil marfu ’
1. FA’IL
اَلْفَاعِلُ هُوَ الاسم اَلْمَرْفُوعُ اَلْمَذْكُورُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ
Faa’il yaitu isim yang dibaca rofa’ yang jatuh setelah fi’il mabni ma’lum. Dengan kata lain Fa’il adalah sobyek / pelaku dalam suatu pekerjaan.
- Isim Dhohir adalah isim yang wujudnya tampak, baik itu nama atau dzatnya, seperti zaid, bulan, bintang dll.
- Isim Dlomir adalah isim yang wujudnya aslinya disembunyikan seolah diganti dengan kata tertentu. Contoh : هو yang berma’na dia laki-laki satu. Artinya wujud aslinya adalah Zaid, Kholid atau Umar , namun disembunyikan dan diganti dengan kata “ Huwa “ tsb.
2. NAIBUL FAIL
وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلَّذِي لَمْ يُذْكَرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ.
Naibul faai’l yaitu isim yang di baca rofa’ yang jatuh setelah fi’il mabni majhul. Lebih mudahnya lagi Naibul fail adalah isim yang dibaca rofa’ yang menganti kedudukan fail karena failnya dibuang.
Cara memabnikan majhul fi’il madhi dan mudhori’ yaitu :
A. fi’il madhi dengan cara:
Didhommah huruf pertamanya dan dikasroh huruf sebelum akhirnya.
B. fi’il mudhori’ dengan cara:
Didhommah huruf pertamanya dan difatkha huruf sebelum akhirnya.
3. MUBTADA’
اَلْمُبْتَدَأُ : هو اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْعَارِي عَنْ اَلْعَوَامِلِ اَللَّفْظِيَّةِ
4. KHOBARNYA MUBTADA’
وَالْخَبَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْمُسْنَدُ إِلَيْهِ
Mubtada’ yaitu ism yang di baca rofa’ yang di rofa’kan oleh amil ma’nawi (ibtida’) yang sunyi dari amil lafdzi.
فَالظَّاهِرُ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ والمضمر اثنا عشر وهى :أنا ونحن وأنتَ وأنتِ و وأنتما وأنُتم وأنتن وهو وهى وهما وهم وهن نحو قولك (أنا قائم) و(نحن قائمون) وما أشبه ذلك
Mubtada’ ada 2 macam yaitu :
1. isim dhohir
2. isim dlomir
Khobar yaitu isim yang di baca rofa’yang di sandarkan kepada mubtada’, yang dirofa’kan oleh mubtada’.
والخبر قسمان : مفرد وغير مفرد فالمفرد نحو زيد قائم
وغير المفرد (اربعة اشياء )الجار والمجرور والظرف والفعل مع فاعله والمبتدأ مع خبره نحة قولك : (زيد فى الدار) وزيد عندك وزيد قام ابوه وزيد جاريته زاهبة)
Khobar ada 2 macam yaitu :
1. khobar mufrod
2. khobar ghoiru mufrod
Catatan :
1. Khobar Mufrod adalah yang tidak berupa susunan kalimat.
2. Khobar Ghoiru Mufrod adalah sebaliknya, artinya Khobar tersebut tersusun atas beberapa susunan. Dalam hal ini terbagi menjadi 4 :
a. Jumlah Fi’liyyah yang tersusun atas fi’il dan fa’il seperti contoh : زيد قام ابوه
b. Jumlah Ismiyah yang tersusun atas Mubtada’ dan khobar. Contoh : زيد جاريته زاهبة
c. Jer majrur tersusun atas huruf jer dan isim yang dimasuki huruf tsb ( majrur ) contoh : زيد فى الدار
d. Dhorof Madhruf tersusun atas dhorof dan isim yang dimasukinya ( madhruf ) contoh : زيد عندك
AMIL YANG MASUK PADA MUBTADA’ KHOBAR
وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ كَانَ وَأَخَوَاتُهَا وَإِنَّ وَأَخَوَاتُهَا وَظَنَنْتُ وَأَخَوَاتُهَا
Amil-amil yang masuk pada mubtada’ dan khobar itu ada tiga yaitu: َ وَأَخَوَاتُهَا وَإِنَّ وَأَخَوَاتُهَا وَظَنَنْتُ وَأَخَوَاتُهَا
كَانَ وَأَخَوَاتُهَا
فَأَمَّا كَانَ وَأَخَوَاتُهَا, فَإِنَّهَا تَرْفَعُ اَلِاسْمَ, وَتَنْصِبُ اَلْخَبَرَ
1. Kaana wa akhwatuha.
Adapun pengamalannya adalah merofa’kan mubtada’ dan dijadikan sebagai isimnya serta menashobkan khobar dan dijadikan sebagai khobarnya.
إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا
وَأَمَّا إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا فَإِنَّهَا تَنْصِبُ الاسْمَ وَتَرْفَعُ الْخَبَرَ،
2. Inna wa akhwatuha.
Adapun pengamalannya adalah menashobkan mubtada’ dijadikan sebagai isimnya dan merofa’kan khobar dijadikan sebagai khobarnya
َظَنَنْتُ وَأَخَوَاتُهَا
وَأَمَّا إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا فَإِنَّهَا تَنْصِبُ الاسْمَ وَتَرْفَعُ الْخَبَرَ
3. dhonna wa akhwatuha.
Adapun pengamalannya adalah menashobkan mubtada’ dan khobar untuk dijadikan maf’ul pertama dan maf’ul keduanya dhonna.
TABI’
اَلنَّعْتُ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوتِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ, وَتَعْرِيفِهِ وَتَنْكِيرِهِ; تَقُولُ قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِلِ.
Naat yaitu Lafadz yang mengikuti pada lafadz sebelumnya (yang disifati) dalam hal rofa’, nashob, jaar, ma’rifat dan nakiroh. Contoh : قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ , َرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ
- na’at adalah kata sifat sedang man’ut adalah yang disifati maka secara lazim sifat harus sama dengan yang disifati.
ISIM MA’RIFAT
وَالْمَعْرِفَةُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ اَلِاسْمُ اَلْمُضْمَرُ نَحْوَ أَنَا وَأَنْتَ, وَالِاسْمُ اَلْعَلَمُ نَحْوَ زَيْدٍ وَمَكَّةَ, وَالِاسْمُ اَلْمُبْهَمُ نَحْوَ هَذَا, وَهَذِهِ, وَهَؤُلَاءِ, وَالِاسْمُ اَلَّذِي فِيهِ اَلْأَلِفُ وَاللَّامُ نَحْوَ اَلرَّجُلُ وَالْغُلَامُ, وَمَا أُضِيفَ إِلَى وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ اَلْأَرْبَعَةِ.
ISIM NAKIROH
وَالنَّكِرَةُ كُلُّ اِسْمٍ شَائِعٍ فِي جِنْسِهِ لَا يَخْتَصُّ بِهِ وَاحِدٌ دُونَ آخَرَ, وَتَقْرِيبُهُ كُلُّ مَا صَلَحَ دُخُولُ اَلْأَلِفِ وَاللَّامِ عَلَيْهِ, نَحْوُ اَلرَّجُلِ والفرس.
Nakiroh adalah semua isim yang umum dalam jenisnya yang tidak tertuju pada satu kesatuan tertentu. Lebih mudahnya memahami isim Nakiroh adalah semua Isim yang bisa dimasuki AL yang sifatnya umum ( tidak tertuju pada indifidu tertentu) itulah isim nakiroh. Contoh :
رَّجُلِ , فرس , غُلَامُ , , اسْمُ yang jika di masuki “al” menjadi اَلرَّجُلِ , الفرس, َالْغُلَامُ , الِاسْمُ , .
‘ATHOF
وَحُرُوفُ اَلْعَطْفِ عَشَرَةٌ وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْفَاءُ, وَثُمَّ, وَأَوْ, وَأَمْ, وَإِمَّا, وَبَلْ, وَلَا, وَلَكِنْ, وَحَتَّى فِي بَعْضِ اَلْمَوَاضِعِ
Dengan kata lain athof adalah kata penghubung, penghubung antara satu kalimat dengan kalimat lainnya. Maka dari itu yang diikuti dengan yang mengikuti harus sama dalam I’robnya. Jika yang diikuti itu Rofa’ maka yang mengikuti juga harus Rofa’, jika nashob maka nashob dan seterusnya. Contoh :
• قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو
• وَرَأَيْتُ زَيْدًا وَعَمْرًا
• وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو
• وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلَمْ يَقْعُدْ
TAUKID
• اَلتَّوْكِيدُ "تابع لِلْمُؤَكَّدِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ وَتَعْرِيفِهِ".
• وَيَكُونُ بِأَلْفَاظٍ مَعْلُومَةٍ, وَهِيَ اَلنَّفْسُ, وَالْعَيْنُ, وَكُلُّ, وَأَجْمَعُ, وَتَوَابِعُ أَجْمَعَ, وَهِيَ أَكْتَعُ, وَأَبْتَعُ, وَأَبْصَ�$B9ُ, تَقُولُ قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ, وَرَأَيْتُ اَلْقَوْمَ كُلَّهُمْ, وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِينَ.
Dengan kata lain Taukid bisa diartikan Lafadz yang mengikuti pada lafadz sebelumnya yang berfungsi menguatkan.
Contoh :
• قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ
• وَرَأَيْتُ اَلْقَوْمَ كُلَّهُمْ
• وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِينَ
BADAL
إِذَا أُبْدِلَ اِسْمٌ مِنْ اِسْمٍ أَوْ فِعْلٌ مِنْ فِعْلٍ تَبِعَهُ فِي جَمِيعِ إِعْرَابِهِ
Secara terjemah bebas Badal adalah kata ganti dari suat kalimta yang secara langsung disebutkan tanpa ada perantara semisal huruf atof atau yang lain.
وَهُوَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ بَدَلُ اَلشَّيْءِ مِنْ اَلشَّيْءِ, وَبَدَلُ اَلْبَعْضِ مِنْ اَلْكُلِّ, وَبَدَلُ اَلِاشْتِمَالِ, وَبَدَلُ اَلْغَلَطِ
MANSHUBATUL ASMA’
اَلْمَنْصُوبَاتُ خَمْسَةَ عَشَرَ, وَهِيَ اَلْمَفْعُولُ بِهِ, وَالْمَصْدَرُ, وَظَرْفُ اَلزَّمَانِ وَظَرْفُ اَلْمَكَانِ, وَالْحَالُ, وَالتَّمْيِيزُ, وَالْمُسْتَثْنَى, وَاسْمُ لَا, وَالْمُنَادَى, وَالْمَفْعُولُ مِنْ أَجْلِهِ, وَالْمَفْعُولُ مَعَهُ, وَخَبَرُ كَانَ وَأَخَوَاتِهَا, وَاسْمُ إِنَّ وَأَخَوَاتِهَا، وَالتَّابِعُ لِلْمَنْصُوبِ، وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءٍ: النَّعْتُ وَالْعَطْفُ وَالتَّوْكِيدُ وَالْبَدَلُ.
MAF’UL BIH
وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يَقَعُ بِهِ اَلْفِعْلُ, نَحْوَ ضَرَبْتُ زَيْدًا, وَرَكِبْتُ اَلْفَرَسَ. وَهُوَ قِسْمَانِ ظَاهِرٌ, وَمُضْمَرٌ
Mafu’l bih yaitu isim yang dibaca nashob yang dijatuhi pekerjaan ( menjadi objek ). Contoh : ضَرَبْتُ زَيْدًا, وَرَكِبْتُ اَلْفَرَسَ
MASHDAR
اَلْمَصْدَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يَجِيءُ ثَالِثًا فِي تَصْرِيفِ اَلْفِعْلِ, ، نحو ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا
Mashdar yaitu isim yang dibaca nashob yang jatuh pada tashrifan ketiga, tashrif ishthilakhi. Contoh : ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا
DHOROF
ظَرْفُ اَلزَّمَانِ هُوَ اِسْمُ اَلزَّمَانِ اَلْمَنْصُوبُ بِتَقْدِيرِ "فِي"
وَظَرْفُ اَلْمَكَانِ هُوَ اِسْمُ اَلْمَكَانِ اَلْمَنْصُوبُ بِتَقْدِيرِ "فِي"
• Dhorof zaman yaitu isim yang dibaca nashob yang menunjukan zaman / masa dengan mengira-ngirakan ma’nanya huruf jaar fi.
• Dhorof makan yaitu isim yang dibaca nashob yang menunjukan tempat dengan mangira-ngirakan ma’nanya huruf jaar fi.
HAAL ( اَلْحَالِ )
اَلْحَالُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلْمُفَسِّرُ لِمَا اِنْبَهَمَ مِنْ اَلْهَيْئَاتِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا" وَ"رَكِبْتُ اَلْفَرَسَ مُسْرَجًا" وَ"لَقِيتُ عَبْدَ اَللَّهِ رَاكِبًا" وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ وَلَا يَكُونَ اَلْحَالُ إِلَّا نَكِرَةً, وَلَا يَكُونُ إِلَّا بَعْدَ تَمَامِ اَلْكَلَامِ, وَلَا يَكُونُ صَاحِبُهَا إِلَّا مَعْرِفَةً.
Khal yaitu isim yang dibaca nashob yang menjelaskan keadaan (sesuatu) shokhibul khal yang masih samar. Contoh :
جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا
Syarat-Syarat Haal :
1. Harus Berupa isim Nakiroh
2. Jatuh setelah sempurnya kala
3. Shohibul Haal harus ma’rifat
TAMYIZ
• اَلتَّمْيِيزُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلْمُفَسِّرُ لِمَا اِنْبَهَمَ مِنْ اَلذَّوَاتِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا", وَ"تَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمًا" وَ"طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا" وَ"اِشْتَرَيْتُ عِشْرِينَ غُلَامًا" وَ"مَلَكْتُ تِسْعِينَ نَعْجَةً" وَ"زَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا" وَ"أَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا"
• وَلَا يَكُونُ إِلَّا نَكِرَةً, وَلَا يَكُونُ إِلَّا بَعْدَ تَمَامِ اَلْكَلَامِ.
Tamyiz yaitu isim yang di baca nashob yang menjelaskan kepada isim dzat / nisbat yang yang masih samar. Contoh : تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا
Syarat Tamyiz ada dua :
1. Harus berupa isim nakiroh
2. Jatuh setelah kalam yang sudah sempurna.
ISTITSNA’
وَحُرُوفُ اَلِاسْتِثْنَاءِ ثَمَانِيَةٌ وَهِيَ إِلَّا, وَغَيْرُ, وَسِوَى, وَسُوَى, وَسَوَاءٌ, وَخَلَا, وَعَدَا, وَحَاشَا
Istisna’ yaitu keluarnya suatu lafadz dari hukum lafadz sebelumnya dengan menggunakan salah satu huruf istisna’ ( pengecualian ). Contoh : قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا
Didalam istisna’ itu ada 3 bagian, yaitu :
1. Mustasna yaitu lafadz yang dikecualikan
2. mustasna minhu yaitu lafadz yang mengecualikan
3. adawatul istisna’lafadz-la yaitu fadz yang digunakan untuk mengecualikan
4. Kalam Tam Mujab yaitu Kalimat yang Positif dan sudah Mufid ( bisa dipahami )
5. Kalam Tam Manfi yaitu kalimat yang sudah bisa dipahami tapi berbentuk negative
6. Kalam Naqis yaitu kalam yang belum bisa dipahami.
ISIMNYA لا
اِعْلَمْ أَنَّ "لَا" تَنْصِبُ اَلنَّكِرَاتِ بِغَيْرِ تَنْوِينٍ إِذَا بَاشَرَتْ اَلنَّكِرَةَ وَلَمْ تَتَكَرَّرْ "لَا" نَحْوَ "لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ"
Laa itu mempunyai pengamalan seperti inna yaitu menashobkan mubtada’ (yang berupa isim nakiroh ) untuk menjadi isimnya dan merofa’kan khobar untuk menjadi khobarnya. Contoh : لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ
Syarat-syarat nashobnya Isimnya La
1. Tidak boleh dibaca / kemasukan tanwin
2. Isimnya harus berupa isim nakiroh
3. La tidak diulang-ulan.
Seandainya La itu diulang maka boleh dua wajah, isimnya boleh dibaca nashob dan juga boleh dibaca rofa’.
MUNADA
اَلْمُنَادَى خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ : المفرد اَلْعَلَمُ, وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ, وَالنَّكِرَةُ غَيْرُ اَلْمَقْصُودَةِ, وَالْمُضَافُ, وَالشَّبِيهُ بِالْمُضَافِ
- فَأَمَّا اَلْمُفْرَدُ اَلْعَلَمُ وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ فَيُبْنَيَانِ عَلَى اَلضَّمِّ مِنْ غَيْرِ تَنْوِينٍ, نَحْوَ "يَا زَيْدُ" وَ"يَا رَجُلُ"
- وَالثَّلَاثَةُ اَلْبَاقِيَةُ مَنْصُوبَةٌ لَا غَيْرُ.
Munada atau nida’ yaitu memanggil atau panggila , dengan menggunakan huruf nida’.
Didalam bab munada itu ada 2 istilah yaitu:
1. munada : lafadz yang dipanggil dengan menggunakan huruf nida’.
Munada itu ada 5 macam yaitu :
a. mufrod alam.
b. mufrod nakiroh maksudah.
c. mufrod nakiroh ghoiru maksudh.
d. mudhof.
e. syibhul mudhof.
2. huruf nida’ : huruf yang digunakan untuk memanggil.
Penjelasan Istilah-istilah di atas :
1. Mufrod Alam yaitu Isim alam ( nama orang , benda atau sesuatu yang lain ) yang berbentuk mufrod. Contoh zaid, Madinah, Surabaya
2. Nakiroh Maqsudah yaitu Bentuk kalimat ysng sifatnya umum akan tetapi ada penunjuk pada yang dimaksud / yang dituju.
3. Nakiroh ghoiru maqsudah yaitu Bentuk umum secara mutlaq tanpa ada individu / personel yang dituju atau yang dimaksud
4. Mudlof adalah penyusunan dua kalimat menjadi satu bentuk kata beru serta arti baru juga. Seperti : رسول الله
5. Syibhu Mudlof yaitu bentuk kata yang hanya satubentuk akan tetapi mempunyai ma’na yang menyerupai mudlof. Contoh : يا راضيا
MAF’UL LI-AJLIH
وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يُذْكَرُ بَيَانًا لِسَبَبِ وُ�9�ُوعِ اَلْفِعْلِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو" وَ"قَصَدْتُكَ اِبْتِغَاءَ مَعْرُوفِكَ".
Maf’’ul min ajlih yaitu isim yang dibaca nashob yang menjelaskan alasan atau sebab terjadinya suatu pekerjaan. Contoh ; قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو
Adapun yang menashob kannya adalah kalimat fi’il atau syibhul fi’il sebelumnya.
MAF’UL MA’AH
وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يُذْكَرُ لِبَيَانِ مَنْ فُعِلَ مَعَهُ اَلْفِعْلُ, نَحْوَ قَوْلِكَ "جَاءَ اَلْأَمِيرُ وَالْجَيْشَ" وَ"اِسْتَوَى اَلْمَاءُ وَالْخَشَبَةَ".
Mafu’l ma’ah yaitu isim yang dibaca nashob yang jatuh setelahnya wawu mai’yyah yang menjelaskan suatu perkara yang disertai dengan pekerjaan lain.
Adapun khobarnya kana, isimnya inna dan tabi’ itu sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya.
MAKHFUDLOTUL ASMA’
اَلْمَخْفُوضَاتُ ثَلَاثَةُ أَنْوَاعٍ مَخْفُوضٌ بِالْحَرْفِ, وَمَخْفُوضٌ بِالْإِضَافَةِ, وَتَابِعٌ لِلْمَخْفُوضِ
فَأَمَّا اَلْمَخْفُوضُ بِالْحَرْفِ فَهُوَ مَا يَخْتَصُّ بِمِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءِ, وَالْكَافِ, وَاللَّامِ, وَبِحُرُوفِ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُ, وَبِوَاوِ رُبَّ, وَبِمُذْ, وَمُنْذُ.
وَأَمَّا مَا يُخْفَضُ بِالْإِضَافَةِ, فَنَحْوُ قَوْلِكَ "غُلَامُ زَيْدٍ" وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ مَا يُقَدَّرُ بِاللَّامِ, وَمَا يُقَدَّرُ بِمِنْ; فَاَلَّذِي يُقَدَّرُ بِاللَّامِ نَحْوُ "غُلَامُ زَيْدٍ" وَاَلَّذِي يُقَدَّرُ بِمِنْ, نَحْوُ "ثَوْبُ خَزٍّ" وَ"بَابُ سَاجٍ" وَ"خَاتَمُ حَدِيدٍ
Semoga member manfa’at pada kita semua
Sekaligus mengantarkan kita lebih memahami ilmu sehingga menjadi syafa’at besok di hari akhir nanti
BUKU TERJEMAH JURUMIYAH
18.20 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar